malu!

28.1K 1.9K 24
                                    

Siang ini Rheyna dan Alea sedang menikmati jalan-jalan mereka di sebuah kafe usai membeli beberapa buku novel kesukaan Alea. Sejak 10 menit lalu Rheyna tidak hentinya terus membicarakan tentang pertemuannya pagi tadi dengan Alvano.

“Emangnya dia duda ya, Le?”tanya Rheyna dengan wajah yang muram.

"Jadi serius lo baru tau kalo pak Al itu duda?"tanya Alea dengan kedua bola mata yang membulat.

Rheyna mengangguk, "itu pun gue tau dari Alaska karena dia keceplosan katanya”

Alea yang mendengar itu langsung merasakan haus di tenggorokanya membuat Alea langsung meminum jus jambu miliknya. Rheyna yang melihat itu hanya mendelik lalu menatap kearah depan dengan pikiran yang kosong.

"Gue gak pernah ngikutin gosip-gosip dikampus sih, jadi gue gak tau dia itu duda"ucap Rheyna.

"Tapi lo beneran gak tau sama sekali, Rhey?”tanya Alea sekali lagi.

“Le, lo pernah cerita tentang pak Alvano aja enggak! Selama ini gue tau gosip kampus dari lo doang”jawab Rheyna.

“Ya tapi paling enggak lo cari tau sendiri, Rhey”ucap Alea geregetan.

Pasalnya Rheyna selalu terlambat untuk menyadari sesuatu jika bukan Alea yang memberitahunya. Seperti sekarang ini contohnya. Sudah hampir satu kampus tahu tentang status pernikahan Alvano. Tapi dengan polosnya Rheyna bilang dia tidak tahu apa-apa.

"Ya sorry, gak usah emosi gitu juga kali, Le"ucap Rheyna sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

"Lo tuh harus sering-sering gue ajak gosip bareng anak-anak deh kayaknya biar gak kudet-kudet banget"ucap Alea sambil menatap Rheyna sebal.

Rheyna kembali memperlihatkan deretan giginya. Padahal sia-sia juga kalau Alea sampai melakukannya, karena Rheyna tidak akan peduli dengan gosip apapun. Bahkan sering kali Alea menceritakan tentang gosip orang tapi Rheyna malah mendengarkannya tanpa minat.

"Yaudah lanjut makan nya"ucap Rheyna dengan tangan yang terulur mengusap pipi mulus Alea.

Pikiran Rheyna melayang pada sosok Alvano. Wajah galak dicampur wajah tampan yang pagi tadi ia lihat sangat terlihat jelas diingatannya membuat detak jantung Rheyna berdetak lebih cepat. Rheyna menoleh menatap jendela untuk menetralkan kembali detak jantungnya.

"Rhey? Are you okay?"tanya Alea saat menyadari Rheyna sedang mencemaskan sesuatu.

"Le, kok gue deg degan ya u----"

"Ya iyalah lo kan hidup bege!"

"Gue belum selesai ngomong!"kali ini Rheyna sangat kesal dengan  Alea. Bagaimana tidak sahabatnya itu juga lebih menyebalkan dari biasanya.

Alea terkekeh melihat sorot mata Rheyna yang menatapnya penuh murka.

"Yaudah lanjutin"ucap Alea sambil tersenyum.

"Gak jadi"jawab Rheyna kemudian bangkit meninggalkan tempat duduknya.

"Rhey, lo kok ngambek? Rhey awas----"

Dug

Rheyna jatuh terduduk saat tubuhnya tidak sengaja menabrak seseorang. Kekesalannya semakin menjadi saat orang didepannya tidak menolong bahkan hanya memandanginya dalam diam.

"Kalo jalan tuh lihat-lihat kek"ucap Rheyna kesal.

Suara tawa Alea terdengar sangat nyaring dari belakangnya membuat beberapa pengunjung kafe yang lain menatapnya. Ada juga yang menertawakan Rheyna dan ada juga yang merasa prihatin karena Rheyna pasti menahan rasa malu yang sangat tinggi. Mendengar gelak tawa itu sontak membuat wajah Rheyna menjadi merah padam.

Sebut saja Alea adalah teman yang tidak punya akhlak, teman jatuh bukannya ditolong malah ditertawakan. Tidak ingin menahan malu lebih lama lagi, Rheyna pun bangkit dan segera pergi dari kafe itu. Mood nya buruk sekali hari ini, ditambah kejadian di kafe yang sangat memalukan tadi.

Sampainya Rheyna dirumah, tidak ada satupun mobil dihalaman rumahnya. Rheyna mengecem ponselnya, dan ada sebuah pesan dari Fira

Mama

Mama ada arisan hari ini, jaga rumah sama alaska ya
Nanti siang mama pulang

10.10

"Lah Alaska nya aja gak ada dirumah, kayaknya"gumam Rheyna sambil membuka gembok gerbang.

Dan benar saja, rumah Rheyna terlihat sangat sepi , bahkan tak satupun manusia hidup disana kecuali dirinya sendiri. Alaska tidak dirumah begitupun mamanya yang sudah jelas mengirim pesan padanya.

Rheyna hanya menghela kemudian masuk kedalam kamarnya. Kejadian beberapa menit lalu masih terbayang diingatannya. Betapa malunya Rheyna terjatuh dan ditertawakan oleh pengunjung kafe.

Tapi Rheyna juga penasaran dengan lelaki yang tadi ia tabrak. Rasanya tidak familiar dengan sosok lelaki itu. Rheyna merasa dirinya bodoh karena tidak sempat melihat wajahnya, ia hanya melihat sepatu dan arloji yang dipakai lelaki itu.

Ah entahlah Rheyna pusing memikirkan itu. Rheyna ingin tidur saja! Tapi baru saja Rheyna menutupi wajahnya dengan bantal bel rumah bunyi membuat Rheyna mengerang pelan

"Aarghh gak tau gue lagi pusing apa?"gerutunya kemudian berjalan menuju pintu utama.

Rheyna segera membuka pintu dan menatap seorang pria dengan kemeja hitam rapi membelakanginya.

"Siapa ya?"tanya Rheyna membuat lelaki itu membalikan tubuhnya.

Oh...

pak Al...

Eh

PAK AL?

-batin Rheyna

"Kamu baik-baik aja, kan?"tanya Alvano membuat Rheyna terdiam dengan kedua alis yang terangkat.

"Saya? Baik, ada apa ya, pak?"jawab Rheyna sambil menunjuk dirinya sendiri

"Enggak, saya khawatir aja soalnya tadi kamu marahi saya di kafe....."

Ehh?

Duda LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang