perasaan yang rumit

6.2K 393 7
                                    

Alvano terduduk disofa single sambil menatap Rheyna yang tertidur lelap dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

Alvano terduduk disofa single sambil menatap Rheyna yang tertidur lelap dengan selimut yang menutupi tubuhnya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Ingin sekali rasanya Alvano berhambur memeluk Rheyna. Tapi jika mengingat kembali dengan hubungan mereka, Alvano urung. Ia tidak ingin membuat Rheyna merasa disia-siakan lagi.

Ia tersenyum melihat wajah Rheyna yang sangat nyaman dan tenang. Semalaman Rheyna tidak tidur karena mengeluh hidungnya yang tersumbat. Tapi saat matahari mulai terbit ia malah tertidur begitu saja.

Sambil memperhatikan wajah cantik Rheyna yang terlelap, Alvano mengangkat kamera ponselnya lalu memotret Rheyna dalam diam.

"Hiks...mamii..."

Alvano menoleh kearah Aileen yang terbangun dan segera menghampirinya.

"Hei, kenapa sayang?"tanya Alvano.

"Mami...mami pergiiii hiks"jawab Aileen.

Alvano tersenyum, "mami ada kok, lagi bobo disofa"

Aileen berjalan menuju sofa untuk melihat Rheyna.

"Kenapa mami bobo disini?"tanya Aileen.

"Mami itu semalam flu, sayang..jadi pindah kesini karena takut membangunkan Ai dan En"jawab Alvano.

Aileen merengek lalu beberbalik memeluk Alvano.

"Ai takut mami pergi terus gak kesini lagi"ucap Aileen.

Alvano tersenyum lalu menggendong tubuh Aileen untuk menemaninya memasak didapur sekaligus menenangkannya.

Beberapa menit setelah mereka didapur, terdengar suara Enzi yang keluar dari kamarnya.

Alvano dan Aileen menunggu kedatangan Enzi didapur. Tapi nyatanya bocah kecil itu tidak menghampiri mereka, melainkan ikut tertidur bersama Rheyna diatas sofa.

Alvano hanya bisa tersenyum, melihat bagaimana Rheyna menyayangi kedua anaknya dan begitu pun sebaliknya.

Tapi selama ini ia terlalu naif hingga membuat Rheyna ingin pergi darinya.

"Papa kenapa?"tanya Aileen saat ia menyadari bahwa Alvano melamun sejak tadi.

Alvano mengedipkan matanya beberapa kali lalu tersenyum pada Aileen, "gak apa-apa sayang, papa lagi lihat En sama mama bobo diruang tamu"

"Mana papa, Ai mau lihat"ucap Aileen.

Alvano kembali tersenyum lalu mengangkat tubuh Aileen.

"Enzi bobo sama mami?"tanya Aileen.

Alvano mengangguk, "papa senang kalau bisa lihat Ai atau En bobo sama mama kayak gitu"

Aileen menatap Alvano lalu berhambur memeluknya.

"Makasih papa....udah kasih mami buat Ai sama Enzi"ucap Aileen dalam pelukan Alvano.

Alvano hanya mampu membalas pelukan Aileen dalam-dalam.

Di sisi lain, Rheyna yang sudah terbangun memilih untuk tetap memejamkan matanya sembari memeluk tubuh Enzi dibalik selimutnya.

"Mama.."gumam Enzi dalam pelukannya.

Rheyna pun membuka matanyaa perlahan, "kenapa, sayang?"

"Enzi sayang sama mama"ucap Enzi.

Rheyna hanya terdiam sambil menatap wajah Enzi lekat.

"Kalau mama tiba-tiba pergi jauh, apa Enzi tetap sayang sama mama?"tanya Rheyna.

Enzi mengangguk tanpa ragu, "Enzi selalu sayang mama"

Rheyna tersenyum lalu mencium puncak kepala Enzi dengan penuh dengan rasa sayang.

Selesai dengan masakannya Alvano segera menghampiri Enzi dan Rheyna yang nampaknya masih tertidur pulas.

"Rhey bangun yuk, mas udah selesai masak"ucap Alvano sembari menepuk pelan puncak kepala Rheyna.

Siempunya pun terbangun bersama dengan Enzi yang langsung tersenyum senang.

"Hidung kamu masih tersumbat?"tanya Alvano.

Rheyna mengangguk, "masih"

"Ya sudah, habis makan kamu istirahat lagi dikamar ya"ucap Alvano.

Rheyna mendongak menatap Alvano yang berdiri dihadapannya lalu mengangguk pelan. Alvano tersenyum kemudian mengulurkan tangannya. Melihat telapak tangan Alvano yang kosong didepan wajahnya, Rheyna pun menerima dan bangkit.

"Ayok kita nikmati detik-detik perpisahan ini" batin Rheyna.

Mereka pun berkumpul dimeja makan. Alvano menyendokan nasi dan juga lauk pauk keatas piring Rheyna dengan penuh senyuman.

"Semoga kamu suka ya"ucap Alvano.

Rheyna tersenyum tipis lalu mengangguk. Beberapa saat kemudian Rheyna mengambil sendok lalu mulai mencoba sedikit demi sedikit makanan yang ada diatas piringnya.

"Enak"ucap Rheyna membuat Alvano tersenyum lebar.

Setelah itu mereka mulai sangat menikmati sarapan pagi yang sedikit kesiangan ala mereka.

----

Keesokan harinya, Rheyna sudah kembali ke rumah kedua orang tuanya yang sudah khawatir dengan keadaannya.

"Kamu gak diapa-apain sama nak Al kan, Rhey?"tanya Fira.

"Enggak ma..mama kok jadi khawatir gini sih sama aku?"jawab Rheyna.

"Mama gak mau dia jahatin kamu hanya perkara kamu harus cepat-cepat pergi ke Jerman"ucap Fira.

"Ma...udah lah gak perlu khawatir sebegitunya sama Rhey, Rhey tau kok mas Al itu gimana orangnya, jadi dia gak akan macam-macam.."jawab Rheyna.

"Iya udah mama percaya sama kamu..tapi lain kali kalau mau nginap dirumah nak Al itu izin dulu. Masalahnya nak Al yang sekarang udah sulit untuk dipercaya, jadi mama gak mau anak mama kenapa-kenapa"ucap Fira.

"Iya mama iya..Rhey bakalan jaga diri kok"jawab Rheyna.

Fira tersenyum sambil mengusap pipi mulus milik Rheyna.

"Oh iya, mama sudah minta tolong Daniel untuk antar kamu pergi beli keperluan kamu selama di Jerman besok"ucap Fira.

"Yaudah nanti biar Rhey yang hubungi Daniel ya ma.."jawab Rheyna.

"Iya, sayang"ucap Fira.

"Yaudah Rhey ke kamar dulu.."

Fira mengangguk membiarkan Rheyna berjalan pergi kedalam kamarnya.

Beberapa detik setelah sampainya ia dikamar, Rheyna termenung. Hanya tinggal beberapa hari lagi ia akan pergi ke Jerman untuk melanjutkan hidupnya 5 tahun kedepan.

Rencana awal yang ia buat bersama papa untuk pergi 2 bulan setelah wisuda nyatanya batal. Bagas memutuskan Rheyna untuk cepat-cepat pergi dan membayar pihak kampus untuk memudahkan kelulusan Rheyna.

Ini memang tidak diperbolehkan oleh pihak manapun. Tapi Bagas dan Fira sama-sama memiliki kekhawatiran yang sama tentang hubungan Rheyna dan Alvano yang sudah mulai tidak sehat. Di sisi lain Bagas dan Fira senang dengan sosok Alvano yang sangat ramah dan baik hati. Tapi di sisi lainnya mereka juga khawatir dengan respon dari keluarga Alvano yang nampaknya sangat melarang hubungan mereka.

Lalu Alaska? Dia sama sekali tidak ingin ikut campur dengan permasalahan ini dan memilih untuk fokus pada hubungannya dengan Alea yang semakin hari semakin menunjukan keseriusannya.

Rheyna terduduk dipinggiran ranjang, lalu mengambil boneka kesayangannya dan memeluknya.

"Gue bisa kan?"monolognya.

Entah kenapa ia malah merasa berat sekarang jika harus meninggalkan Aileen dan juga Enzi. Iya, mereka berdua lah yang membuat Rheyna merasa tidak ingin mergi kemana pun.

Duda LoversOù les histoires vivent. Découvrez maintenant