pengakuan

5.7K 399 15
                                    

Kembali kepada pertengkaran batin Alvano yang tidak kunjung usai setelah beberapa hari tidak mendapatkan kabar dari Rheyna.

Untuk kesekian kalinya Alvano mendapatkan pertanyaan dari kedua anaknya mengenai keberadaan Rheyna hingga rasanya Alvano sendiri sudah lelah dengan pertanyaan itu.

Datang langsung ke rumah milik keluarga Rheyna pun sang gadis pujaan yang ia cari tidak pernah ada dirumah, dan orang rumah pun tidak pernah memberi kejelasan dimana keberadaan Rheyna saat itu.

Hingga akhirnya Alvano memutuskan untuk menanyakan langsung pada Bagas yang sedabg berada diperusahaannya.

"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?"tanya seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis diperusahaan milik Bagas.

"Saya ingin bertemu dengan pak Bagas, apa beliau ada dikantor hari ini?"jawab Alvano.

"Pak Bagas ada, apa bapak sudah membuat janji dengan pak Bagas?"tanya resepsionis tersebut.

"Belum, tapi tolong sampaikan saja jika saya ingin bertemu dengan beliau sekarang"jawab Alvano.

"Sebentar ya pak, saya hubungi terlebih dahulu pak Bagas nya"ucap resepsionis itu.

Alvano hanya mengangguk lalu mengubah posisi berdirinya jadi menghadap kearah pintu lobi.

Dari kejauhan ia melihat seorang wanita berjalan keluar dari perusahaan itu.

"Maaf, atas nama---"

"Gak jadi mbak, terimakasih"ucap Alvano segera berlari mengejar wanita itu.

"Rhey!"panggil Alvano sontak membuat wanita yang didepannya berhenti melangkah kemudian berbalik.

"Pak Al?"

"P-pak?"gumam Alvano yang langsung ia abaikan karena itu bukanlah hal yang ingin ia bahas sekarang.

"Kamu kemana aja? Mas cari-cari kamu, anak-anak juga kangen----"

"Pak Al ada perlu apa ya cari saya?"tanya Rheyna.

"Pak? Saya? Kamu ini kenapa sih Rhey? Menghindar dari mas? Mas ada buat salah sama kamu?"tanya Alvano.

"Maaf pak, tapi saya sedang buru-buru sekarang"jawab Rheyna.

"Rhey, please!"ucap Alvano menahan tangan Rheyna untuk tidak pergi.

Rheyna menundukan kepalanya sambil menghela lalu kembali menatap Alvano sengan tangan Alvano yang iaa tepis perlahan.

"Aku pengen kita cukup sampai disini aja, lupain semua rencana masa depan yang udah kamu susun, hidup bersama, lupain semuanya"ucap Rheyna dengan keyakinan penuh.

"Mas ada salah apa sama kamu?"tanya Alvano.

Rheyna menggeleng, "aku cuma capek aja jalanin hubungan kayak gini sama kamu"

"Ya kamu maunya gimana? Mas gak mau selesai gitu aja"ucap Alvano.

"Aku juga gak mau mas, tapi kamu yang bikin aku nyerah"jawab Rheyna dengan air mata yang berhasil mengalir dari sudut matanya.

"Iya makanya mas tanya sama kamu, kesalahan apa yang udah mas bikin sampai kamu mau nyerah sama hubungan kita?"tanya Alvano untuk kesekian kalinya.

"Kamu belum bisa membatasi hubungan kerja kamu dengan klien wanita kamu, maaf kalau aku terkesan membatasi kamu padahal aku bukan siapa-siapa nya kamu"Rheyna menjeda ucapannya

"Aku juga masih menyimpan rasa sakit hati sama tante kamu dan Sintya meskipun sekarang aku gak tau Sintya dimana"lanjutnya

"Rhey---"

"Dan yang paling menyakitkan buat aku adalah ucapan kamu ke teman kamu bahwa kamu masih sangat mencintai Marshella dan posisi aku disini bukan apa-apa"Rheyna menunduk saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Rhey, maaf"

Rheyna menggelengkan kepalanya, "udah sulit buat aku maafin kamu untuk kesekian kalinya, karena percuma mas, gak akan ada yang berubah"

Kali ini Alvano ikut menunduk dan mengutuk dirinya sendiri. Untuk yang kedua kalinya, ia harus merelakan wanita yang ia cintai.

"Mas gak bisa ngomong apa-apa lagi, Rhey. Kamu betul, mas memang bodoh dan tidak pantas untuk kamu"ucap Alvano.

"Makanya kita sampai disini aja, jangan pernah cari aku lagi karena kita gak akan pernah ketemu lagi"jawab Rheyna.

"Maaf mas udah bikin kamu kecewa"ucap Alvano.

Rheyna mengangguk kemudian berbalik pergi dengan air mata yang kembali berlinang kali ini semakin deras. ia berjalan sambil menahan isakan nya, meski Alvano tau jika Rheyna sangat rapuh setelah mengucapkan kalimat itu.

Alvano sangat bisa membaca semua ketakutan dari raut wajah Rheyna saat tadi berbicara dengannya.

"Alvano, saya dengar kamu mencari saya?"

Alvano yang sedang menatap punggung Rheyna langsung berbalik saat mendengar suara berat milik Bagas.

Dengan wajah yang kecut Alvano tersenyum.

"Gak jadi om, barusan urusannya udah selesai"jawab Alvano.

"Lho kok bisa? Kan kamu cari saya?"tanya Bagas.

Alvano menatap wajah Bagas dalam-dalam kemudian menghela.

"Saya kesini mau menanyakan tentang Rheyna--"ucap Alvano yang terpotong oleh Bagas.

"Yasudah, tanyakan saja sekarang"sela Bagas.

"Tapi barusan udah ketemu sama Rheyna nya, jadi udah selesai, om"jawab Alvano.

Bagas terlihat bingung lalu melihat ke sekeliling mereka.

"Rheyna kesini? Kok dia gak ada ke ruangan om? Sekarang dia kemana?"tanya Bagas.

"Pergi"jawab Alvano singkat.

Bagas seketika panik dan langsung menggeser tubuh Alvano untuk berjalan mencari keberadaan Rheyna.

Saat didalam mobil Alvano terdiam meratapi kisah hidupnya sendiri. Ia sudah melakukan kesalahan sebanyak 2 kali. Ia sudah gagal menjaga Marshella untuk tetap hidup bersamanya, dan sekarang ia juga gagal menjaga perasaan gadisnya untuk tetap berada disampingnya.

Alvano tidak tahu harus berbuat apa sekarang, pikirannya kosong dan semuanya seolah-olah kembali abu-abu baginya. Tidak ada lagi warna keceriaan yang selalu dibawa oleh Rheyna, tidak ada lagi senyuman manis yang biasa ia lihat dari wajah cantik Rheyna.

Di sisi lain Rheyna termenung didalam kamarnya. Saat pergi dari hadapan Alvano ia memutuskan untuk segera pulang dan menangis didalam kamarnya.

"Rhey, ada apa?"tanya Fira sambil mengetuk pintu kamar milik Rheyna dengan khawatir.

"Rhey, ayok bahas ini sama papa"ucap Bagas yang baru saja sampai.

"Pa ada apa sih sebenarnya?"tanya Fira.

"Nanti papa jelasin ya ma, sekarang kita bujuk dulu Rheyna nya biar mau keluar"jawab Bagas.

Fira mengangguk lalu kembali mengetuk pintu kamar Rheyna yang terkunci.

"Rhey butuh waktu sendiri ma, pa, tolong"ucap Rheyna.

"Gak bisa sayang, kita harus bahas ini sama-sama"jawab Bagas dari luar kamar.

"Gam ada yang perlu dibahas pa, tolong biarin Rheyna sendiri"ucap Rheyna.

Bagas menghela lalu menarik tangan Fira agar menjauh dari sana.

Rheyna pun kembali menangis didalam kamarnya, kali ini dengan suara yang kencang. Dadanya masih terasa sangat sesak setelah mengucapkan kalimat menyakitkan itu pada Alvano.

Dan ia juga mengakui bahwa kehidupannya akan berubah mulai dari sekarang. Ia akan lebih fokus pada dirinya sendiri dan akan mulai merasakan kesepian.

Duda LoversWhere stories live. Discover now