teman lama

32K 2K 8
                                    

Alvano masih berdiri didepan pintu masuk toko kosmetik dimana disanalah terakhir kali ia melihat punggung Rheyna yang menjauh.

"Ngapain mas?"tanya Sintya yang baru saja selesai membayar belanjaan ditangannya. Ia menatap Alvano yang sedang melamun menatap kearah yang sepi.

"Kamu lihatin apa sih?"tanya Sintya lagi dengan tangan yang melingkar disebelah tangan Alvano.

Alvano tersadar dan segera menatap Sintya disampingnya lalu menepis tangan Sintya sedikit kasar.

"Bukan urusan kamu, saya antar kamu pulang sekarang"jawab Alvano tegas.

"Tapi kamu belum ganti rugi masalah yang tadi, mas"ucap Sintya.

"Kamu yang nyenggol cewek itu dan bikin semuanya berantakan, jadi kamu yang harus ganti rugi"jelas Alvano.

"Yaudah aku yang ganti, tapi habis ini kita makan ya, mas"

"Saya lagi gak nafsu makan"jawab Alvano lalu berjalan lebih dulu.

Diperjalanan pikirannya terus tertuju pada Rheyna, Rheyna dan Rheyna. Juga senyumannya yang ternyata membuat Alvano candu dan ingin sekali melihatnya lagi. Sebelumnya Alvano tidak pernah sadar dengan keberadaan Rheyna di kampus. Bahkan skripsi adalah hal pertama yang membuat mereka bertemu dan menyadari satu sama lain.

Alvano pun belum pernah merasa terpikat oleh senyuman wanita, tapi kali ini? Dia benar-benar suka dengan senyuman itu. Oh, apa sebenarnya semua ini? Alvano menghela sedikit kasar saat pikirannya mulai melebihi batas.

Mobilnya berhenti tepat didepan pagar rumah Rina. "turun!"

"Kamu gak ikut turun?"tanya Sintya.

"Saya masih ada urusan"jawab Alvano tegas.

"Kamu mau kemana?"tanya Sintya.

"Bukan urusan kamu!"jawab Alvano.

"T-tapi mas—"

"Saya bilang turun, ya turun!"bentak Alvano memotong ucapan Sintya.

Lihat, siapa yang tidak sakit hati kalau dibentak seperti itu? Karena bukan Alvano namanya kalau tidak membentak.

Sintya menghentakan kakinya lalu keluar dari mobil dan Alvano segera melajukan mobilnya dengan cepat menjauh dari kawasan perumahan elit itu menuju rumah miliknya. Disana kedua anaknya sedang bermain dengan Clara.

-

Hari semakin gelap, Rheyna keluar dari kamarnya setelah membenarkan penampilannya. Ia mendengar suara mobil masuk ke pekarangan rumahnya membuat Rheyna penasaran dan memutuskan untuk mengeceknya. Matanya memicing saat melihat pria berjas hitam duduk membelakanginya. Orang itu tampak tidak asing dimata Rheyna.

Karena semakin dibuat penasaran, akhirnya Rheyna berjalan menghampiri lelaki itu.

"Lho? Daniel?"ucap Rheyna saat melihat lelaki itu dari depan dan jelas sekali kalau dia adalah sahabat lelakinya sejak SMA yang tempo hari ia telepon melalui panggilan vidio bersama Alea.

"Rheyna?"

Rheyna memutar bola matanya malas."Ya iyalah, siapa lagi"

"Hehe, kirain tante Fira"jawab Daniel sambil memperlihatkan gigi kelincinya.

"Tua dong gue"celetuk Rheyna lalu duduk didepan Daniel.

"Lo kapan sampainya Niel?"tanya Rheyna.

"Tadi siang, kebetulan keinget lo jadi mampir kesini"jawab Daniel.

Rheyna mengangguk paham, "Ekhem..lo gak bawa oleh-oleh dari Korea gitu? Skincare nya kek"

"Orang mah tanyain kabar dulu kek, lo malah nanya begitu"cibir Daniel membuat Rheyna terkekeh geli.

"Iya deh iya, lo apa kabarnya?"tanya Rheyna.

"Gue baik"jawab Daniel sambil tersenyum manis.

"Jadi, mana oleh-olehnya?"tanya Rheyna lagi.

"Gue gak bawa oleh-oleh kelupaan tadi, gue kesini niatnya juga cuma mau ngapelin anak orang"jawab Daniel lalu tertawa.

"What? Lo mau ngapelin kak Alaska?"tanya Rheyna dengan wajah terkejut yang dibuat-buat.

Daniel menatap Rheyna malas."Gila kali, ya enggak lah! Homo dong gue"

Rheyna tertawa mendengar jawaban Danie, "santai aja dong bapak, kok emosian sih, punya darah tinggi ya?"ledeknya.

"Demen banget sih dari dulu bercandain gue?"tanya Daniel masih dengan tatapan malas menatap Rheyna.

"Ya iyalah, lo baperan gitu"jawab Rheyna.

"Gue gak baperan ya!"

"Masa sih? hahahahah"tawa Rheyna menggelegar seketika saat mengucapkan itu.

"Serius, lo mau ngapain kesini?"

"Ya, mau ketemu lo aja, udah berapa tahun kan gue gak nemuin lo dan gak main kesini"jawab Daniel

"Hemmmm, bapak ada benarnya juga, sibuk banget ya pak di Korea sampai putih gitu mukanya kayak oppa-oppa"Rheyna kembali meledek Daniel.

"Diem dah! Biasa aja juga"ucap Daniel dengan wajah sebalnya.

"Tuh kan, hahahah baperan banget sih astagaaa..."ucap Rheyna sambil terus tertawa.

Daniel hanya mendelik kearah Rheyna yang terus menertawainya. Dalam hati sebenarnya Daniel sangat merindukan Rheyna dan ingin sekali memeluknya, tapi melihat Rheyna bisa tertawa seperti ini saja sudah membuat hatinya mendesir dan rasa rindunya perlahan terobati.

"Om Bagas kemana Rhey?"tanya Daniel mengalihkan pembicaraan.

"Papa, lagi keluar kota"jawab Rheyna singkat.

"Oh iya, lo mau minum apa?"tanya Rheyna.

"Gak usah deh, gue harus ke kantor bokap lagi"jawab Daniel

"Aduuhhhh, bapak sibuk bangett ya pakk"ledek Rheyna.

"Yaa gini lah, CEO muda"jawab Daniel lalu tersenyum menyombongkan dirinya.

"Yaudah deh, gue pamit sekarang, ya?"

"Iya deh, gue anter sampai depan"jawab Rheyna lalu berjalan bersama Daniel menuju halaman rumah.

Saat membuka pintu, matanya langsung terhenti menatap mobil BMW hitam yang juga berhenti didepan rumahnya. Rheyna segera turun dan membukakan pagar rumah saat mengetahui kalau itu adalah mobil mamanya.

"Sebentar, gue keluarin mobil gue dulu"ucap Daniel lalu berjalan memasuki mobilnya dan memundurkannya keluar

"Pamit ya, tante, bang"ucapnya saat hampir melewati mobil keluarga Rheyna.

"Iya nak Daniel, hati-hati"jawab Fira.

Setelah melihat mobil Daniel yang mulai melaju pergi Rheyna langsung masuk kedalam rumah. Baru saja ia menutup pintu kamar, ponselnya menyala dan menampilkan notif pesan dari Alea.

'Lea

Besok temenin gue beli novel, ya?'

Rheyna segera membuka pesan itu dan membalasnya sambil berjalan menuju kamarnya.

Duda LoversWhere stories live. Discover now