Bhirawa Praditya

155 4 2
                                    

Alya turun dari kamarnya dengan perut kosong siap menghabiskan makanan di meja yang sedari tadi sudah menggodanya. Mengikuti saran Bi Asih, Alya mengikat rambutnya meskipun asal. Papanya terus tersenyum dan menanggapi obrolan random tentang apa saja yang dibahas oleh Alya.

"Besok sore Alya ijin ke rumah Vania ya Pa, mau ngerjain tugas"

"Yang rumahnya di Permata? Sekalian bareng Papa aja, Papa mau ketemu temen kantor"

"Asiiikkkk"

***

Alya menikmati Sabtu paginya dengan berolahraga di balkon kamarnya. Rasanya tak pernah sebahagia ini, tidur semalam berasa sangat nyenyak di kamar nyamannya, Papa yang kembali baik dan Bi Asih yang akan selalu menemani hari harinya. Seperti saat ini, Bi Asih tengah membereskan kamar Alya yang seminggu ini ditinggal pergi olehnya.

"Lho kok bajunya dipisahin Bik?" Alya memasuki kamarnya setelah selesai berolahraga, menyeka lehernya yang penuh dengan keringat dengan hand towel berwarna baby blue.

"Biar yang baru bisa kepake Non, ini yang lama Bibi pisahin"

"Tapi kok yang diambil yang warna ungu doang, ini ada dress yang masih baru juga lho Bik" rengeknya.

"Non tu kurang pantes pake baju warna ungu" kilah Bi Asih.

Meskipun berasa aneh dengan sikap Bi Asih, kemarin masalah rambut sekarang baju warna ungu, tetapi Alya menuruti kemauan Bibinya, toh Bibinya sudah ikut merawat Alya dari bayi, mungkin selain Mamanya, emang Bi Asih lebih tau mana yang bagus buat Alya.

"Non nanti sore jadi pergi sama Bapak kan? Jangan lupa rambutnya dikuncir aja ya" ucap Bi Asih lagi saat mau keluar kamar membawa setumpuk baju Alya yang semuanya berwarna ungu.

Alya hanya mengerutkan dahinya tetapi tanpa banyak tanya lagi dan membiarkan Bi Asih berlalu dari kamarnya. Setelah menghabiskan hari Sabtunya dengan makan, nge drakor, gambar design baju asal dan terlibat obrolan hangat dengan Papanya. Saat ini Alya tengah menunggu Papanya untuk mengantarnya ke rumah Vania.

"Gak bawa apa apa?"

Alya menggeleng, "bawa ini doang" jawab Alya sambil menunjuk bagian samping kepalanya.

Anwar tersenyum sambil sedikit menggelengkan kepalanya "pasti seperti biasa, kamu doang yang mikir ngerjain tugasnya"

Alya mengangguk cepat, "Papa paham kan?!"

Alya memasuki kamar Vania yang tak pernah berubah, ukurannya luas, tapi dari ujung ke ujung bernuansa pink dan ungu muda semua, puluhan boneka disusun rapi di lemari kaca, seperti masuk ke kamar anak SD menurutnya. "Klo Bi Asih kesini, gak tau deh apa yang terjadi" gumam Alya.

"Apa Al?"

"Gak Van, lo gak bosen apa sama warna kamar gini, girly banget?"

"Cantik tau!"

"Ni pake laptop ini aja, laptop yang biasa lagi dipinjem adek" Vania menyodorkan laptop yang juga berwarna pink ke arahnya.

Alya terkejut saat membuka laptop dan melihat foto di wallpaper. Ada tiga orang di dalam foto, Vania, Bimo dan cowo satu lagi seperti sedang berada di suatu pesta, "kenapa Al, gak bisa laptopnya?" Tanya Vania saat melihat Alya terdiam di depan layar laptopnya.

Vania ikut melihat layar laptop karena penasaran, "ternyata kamu cewe normal juga ya, liat cowo ganteng langsung melotot" goda Vania.

AlibiWhere stories live. Discover now