Kost Biru

358 16 5
                                    

Alya Sahira. Cewe periang dan supel tapi karena keadaan terkadang harus menjadi cewe yang kuat sekaligus rapuh di waktu yang bersamaan. Dimana cewe lain seumuran dia yang saat ini duduk di kelas dua SMA menghabiskan malam mingguannya buat window shopping, nonton atau sekedar nongkrong sambil menikmati iced vanilla latte di kafe kenamaan, berbeda dengan Alya, rapuh, itu yang tergambar di wajah cantiknya saat ini. Duduk bersila, sembari bersandar di salah satu pintu apartment elite di Jakarta. Jam 22:15, sudah hampir 2 jam Alya memeluk backpack kosong yang kadang digunakan sebagai bantalan kepala di atas kedua lututnya. Ngeblank, ketika tiba tiba Papanya yang baru pulang dari kantornya meminta Alya keluar dari rumah secepatnya, iya, Alya diusir tanpa alasan jelas. Alya hanya mampu meraih backpack kosong dan Hp di meja belajarnya. Beruntung hari ini Alya menggunakan pakaian lumayan rapi meskipun hanya di rumah, tak terbayang kalau dia hanya pakai baju tidur atau bahkan celana pendek dengan tangtop yang biasa dia kenakan saat tidur dan tidak ada waktu untuk mengganti baju seperti tadi. "Bego" sesekali Alya merutuki diri sendiri karena seharian nonton drama korea di laptop tanpa tau Hp nya sudah lowbatt dan imbasnya dia harus menunggu selama ini tanpa bisa menelpon atau chat penghuni apartment yang saat ini mungkin sedang menikmati malam mingguannya entah dimana.

"Alya?!"

"Veraa kemana aja sih lo?!'

Luar biasa lega saat Vera, penghuni apartment yang merupakan teman SMP Alya sudah kembali dari kegiatan malem mingguannya.

Vera menatap aneh ke arah Alya "Lo ngapain kaya gembel di sini?"

"Wawancaranya nanti aja bisa ga? Gue haus"

"Lo diusir?"

"Veeeeer" ucap Alya memelas agar Vera menghentikan pertanyaan pertanyaannya.

"Udah dua jam lebih gue nunggu tau!"

"Ini bukan jaman purba Al, kenapa ga nelfon?"

Alya mengangkat Hp di genggamannya, "mati" jawabnya lemah.

"Ini apartment gede, ke lobby dong, charger banyak, pinjem telfon juga bisa kan ada security"

Alya nyengir, "gak kepikiran"

Vera menggelengkan kepalanya sambil membuka pintu. Heran, punya temen pinter di semua mata pelajaran tapi masalah ginian aja lemot banget.

Alya langsung mengambil segelas air putih setelah memasuki apartment Vera. Sudah semenjak kelas 1 SMA Vera tinggal sendirian di sini, meskipun berbeda sekolah Alya sering datang membantu mengerjakan tugas atau PR Vera, Alya sudah bebas melakukan apa saja seperti di kamar sendiri. Bahkan security apartment tidak pernah menanyakan identitasnya lagi saat berkunjung seperti hari ini.

"Jadi kenapa bisa diusir?"

Alya mengendikkan bahunya, "stress kerjaan mungkin"

Anwar, Papanya Alya memang bekerja di perusahaan besar dengan banyak cabang, Manager keuangan tepatnya, setiap awal bulan tensinya sepertinya naik, apalagi hari Sabtu begini harus ngantor sampai malem untuk mengurus angka dan laporan laporan yang harus dicek olehnya.

"Gue nebeng di sini ya Ver, semalem doang kok, minggu sore gue balik" lanjut Alya sambil mengisi kembali gelasnya yang sudah kosong.

"Boleh, tapi gak gratis!"
"Gue ada tugas penting buat lo besok!"

Alya menatap langit langit kamar apartment Vera memikirkan perubahan sikap Papanya semenjak hampir setengah tahun terakhir, tepatnya setelah Alya naik ke bangku kelas dua SMA. Saat itu Alya mulai tinggal serumah hanya berdua karena kakaknya, Aldi, memutuskan untuk kuliah di Bandung. Sedangkan Mamanya saat ini tinggal di Jogja karena sudah pisah dengan Papanya semenjak Alya duduk di kelas 1 SMP. Beruntung ada dua kamar di apartment ini, jadi Vera tidak perlu melihat sahabatnya meratapi nasib semalaman.

AlibiOnde histórias criam vida. Descubra agora