Pertandingan Persahabatan

95 5 5
                                    

"Bang Aldi bisa kenal Bhira dan bang Bheno dari mana?" Alya memegang mug berisi penuh dengan coklat panas di tangannya, sweater putih pemberian Bhira yang dia kenakan kurang membantu menghangatkan badannya dari dinginnya angin malam di balkon kamarnya.

"Praditya atau Om Adit, bos nya papa yang juga papanya Bhira pengen gue menjadi bagian dari salah satu bisnis mereka, karena itu gue kenal keluarga mereka termasuk Bhira dan Bheno" bukan coklat panas, Aldhi sesekali menyeruput kopi hitam kesukaannya.

"Dan selama ini Alya taunya papa kerja di perusahaan biasa, bodoh!" Rutuknya masih sambil menikmati coklat panas di tangannya. "Kenapa mereka pengen bang Aldi gabung?" Kepo Alya.

"Papa temenan sama Om Adit dari jaman kuliah, keluarga mereka akan selalu bilang kalau kesuksesan mereka karena kerja keras papa juga, jadi ya semacem balas budi lah"

"Dan Alya juga percaya waktu Bhira bilang papa temen sekantor papanya, duuh bego banget sih Alya, trus apalagi?" Antara kepo tapi terus saja Alya merutuki diri sendiri.

"Kamu tau gak klo Bhira kadang ngantor? Sebenernya posisi dia itu awalnya ditawarin ke gue, tapi gue lebih milih kuliah di Bandung"

"Tau, dan Alya percaya waktu Bhira bilang cuma magang, kurang bego gimana lagi coba Alya?"

"Jatuh cinta emang kadang bikin orang jadi bego" sindirnya.

"Ish, lagian aneh gak bang? Mereka gak pernah punya acara keluarga gitu dari kantor? Kok Alya gak pernah tau, paling gak kan Alya tau tempat kerja papa atau kenal sama temen papa dan anak anaknya" Alya sedikit meninggikan suaranya.

"Pernah, sering malah ada acara kantor tapi papa sengaja gak pernah ngajakin kamu" Aldi sedikit mencondongkan tubuhnya mendekati Alya. "Tau gak alasannya apa? papa takut kalau mereka ketemu kamu, mereka bakal jodohin kamu entah buat Bheno atau Bhira, nyatanya apa?" Aldhi mulai tertawa. "Kamu malah ketemu Bhira dan pacaran, lucu ya?" Tawa Aldi makin tak tertahan.

Alya memincingkan matanya, "gak lucu tau!" Protesnya.
"Berarti selesai kuliah bang Aldi bakal sekantor sama Papa dong?"

Aldi mengambil gelas berisi kopi hitam yang hanya tinggal seteguk, "nggak, gue akan kerja di Bandung sambil belajar bisnis. Papa pasti lebih bangga kalau gue sukses dengan cara gue sendiri bukan karena ikut Om Adit yang bisnisnya sudah sukses besar seperti sekarang"

Alya mengangguk mengerti. Akan lebih mudah meraih suskes bila bergabung di kantor papa tapi pengalaman merintis bisnis sendiri akan lebih berharga daripada sukses karena bantuan orang lain. Apalagi dengan embel embel bisa masuk ke perusahaan karena merupakan anak dari teman dekat pemilik perusahaan tersebut ditambah lagi ada kata balas budi, gak usah deh. Dan bagaimanapun pengalaman akan mengajarkan apa yang tidak diajarkan di bangku sekolah maupun kuliah.

"Jadii Alya gak salah juga dong kalau berfikir untuk udahan dengan Bhira? Alya gak pantes kan buat Bhira, belum lagi anggapan orang tentang keluarga kita pasti akan jelek terus, numpang hidup doang kalau kata Lora"

Aldi mendekatkan posisi duduknya dengan Alya, "Keputusan ada di kamu Al, kamu lebih tau mana yang bikin kamu bahagia, mau dengerin kata orang atau kata hati sendiri"

Aldi mengambil Hp di kantong celananya, "buset, elo laporan apa sama Bhira?" Aldi menyerahkan Hpnya ke Alya karena Alya terlihat bingung dengan pertanyaan abangnya.

Bhira
Awas lo ya sampe cerita yang aneh aneh ke cewe gue!

Alya tersenyum melihat chat dari Bhira ke abangnya.

"Bukan Alya yang lapor, noh liat!" Mata Aldi mengikuti arah yang ditunjuk oleh Alya. Seseorang yang juga tengah berdiri di balkon kamarnya melambaikan tangan ke arah mereka.

AlibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang