Lora

85 6 0
                                    

"Kamu tu bisa gak sih gak emosian, attitude Lor, kamu ni disekolahin jauh jauh ke UK tapi kelakuan makin urakan gimana Bhira mau sama kamu kalau dikit dikit marah, apalagi sama orang yang sama sekali gak kamu kenal, ngarang cerita pula. Mama malu liat video kamu di kantin Angkasa!" Ucap mama Lora sambil sesekali meminum air putih untuk menenangkan diri.

"Mama udah usahain buat kita ketemu Bhira malam ini, pokonya kamu harus minta maaf dan bisa ngambil hatinya, mama yakin mereka masih pacaran jadi masih ada kesempatan buat..." ucapannya terpotong ketika Lora tiba tiba berdiri dan terbawa emosi lagi saat melihat orang yang dia tunggu datang tak sendiri.

"Kenapa harus bawa dia sih Ra?!" Protesnya penuh amarah.

"Duduk nak Bhira, jangan dengerin Lora, dia lagi pms biasa bawaannya marah marah mulu" bela mamanya sambil berusaha menenangkan Lora.

"Iya tan, kan saya yang pesen tempat ini, saya pasti duduk lah" savage Bhira sambil mempersilahkan Alya duduk terlebih dahulu. Wanita itu tersenyum canggung mendengar jawaban Bhira.

"Jadi mau ngobrol apa tan?" Lanjut Bhira tanpa basi basi.

"Gak ada!" jawab Lora singkat.

"Loraaa...gak boleh gitu" ucap mamanya seolah sedang menghadapi anak kecil nakal yang sedang marah. "Jadi gini nak Bhira kebetulan ada nak Alya juga, Lora mau minta maaf soal kejadian di kantin sekolah Angkasa waktu itu ya kan? Lora?" Tak ada jawaban dari Lora, dia terus saja memasang muka cemberut dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Bentar ya Al, mama nelfon" Alya mengangguk saat Bhira pamit sebentar untuk mengangkat telfon.

"Gak usah ngarep gue bakal minta maaf sama lo!" Kini tinggal bertiga saja di ruangan. Sepertinya amarah Lora makin menjadi setelah Bhira pergi dari sana.

"Kamu siapa berani deket sama Bhira?" Dan di luar dugaan, mamanya yang tadi lembut dan manis tutur katanya langsung berubah sama seperti Lora.

"Lihat dong penampilan Lora, dia yang lebih pantes sama Bhira" ucapnya sambil membanggakan anaknya yang mengenakan dress seperti sedang menghadiri ajang penghargaan film bergengsi. Design dressnya cantik memang tapi lebay untuk sekedar makan malam biasa tetapi menggunakan dress semewah itu.

Mamanya Lora memandang Alya seolah jijik, "Sedangkan kamu?" Alya melihat sendiri baju yang dia kenakan, tidak ada yang salah dengan oversized sweater yang dia pakai pun terlihat serasi dengan baju yang Bhira pakai malam ini.

"Kamu gak ngerti juga ya?" Lanjut mama Lora penuh intimidasi.

"Aku aja ma yang ngasih tau dia" sela Lora.
"Elo tahu Kenanga kan? Mall tempat kita berada sekarang, hotel dan rumah sakit itu semua milik orang tua Bhira yang nantinya akan jadi milik Bhira, belum lagi bisnis lain di luar kota dan luar negeri. Trus elo masih yakin Bhira beneran mau sama elo atauuu elo emang niat buat numpang hidup sama Bhira? Gak tahu malu!"

Mengejutkan memang mendengar hal semacam ini dari orang lain, bukan dari mulut Bhira secara langsung. Tapi Alya harus kuat, paling tidak untuk saat ini dua orang ini harus lihat kalau Alya pantes buat Bhira, kalaupun tidak pantes setidaknya Alya tidak akan terus dihina jika berani melawan mereka.

"Terserah kalian mau ngomong apa, kalaupun nanti hubungan kami tidak akan sampai ke jenjang serius paling tidak kami akan tetap berteman dekat, dan sebagai teman dekat saya akan menyarankan Bhira untuk menjauhi orang semacam kalian, cewe manja yang tidak bisa mengatur emosi dan seorang ibu yang menilai orang lain hanya karena uang, Bhira pasti dengan senang hati menerima saran saya" ucap Alya tegas meskipun berusaha menyembunyikan tangannya yang gemetar.

"Elo!"

Amarah Lora terhenti saat Bhira kembali memasuki ruangan.

"Mommy!" Panggil Alya seraya memeluk Anisa yang baru datang bersama Bhira dan Bu Rima. Pelukan seorang Ibu, itulah yang Alya butuhkan saat ini. Seberapa keras dia mencoba untuk kuat, perasaannya yang campur aduk saat ini cukup membuatnya merasa kecil dan rapuh.

AlibiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora