15

172 32 63
                                    

Suasana berubah menjadi tidak menyenangkan, sekalipun memang sebelumnya begitu mencekat hingga menembus sebuah hati. Bekas luka menyakitkan yang membuat hati menangis, Hera harusnya tidak mendengar semua perbincangan laknat itu maka ia tidak akan berada di posisi yang kelam ini. Kebenaran dari mulut Jimin membuatnya semakin buruk-- di posisi berbaring memegang kuat perutnya, Hera merasakan jantung yang remuk dan kata-kata yang tak mampu di sampaikan. Semua serasa menghilang bersama, karena kejadian beberapa jam yang lalu...

Jatuh di dalam hati Min Taehyung karena rencana kotor Baek Jimin, bukankah itu sangat lucu? Hera sendiri tidak menyangka bahwa semua orang juga brengsek sepertinya. Lalu apa lagi ini, Betapa hancurnya saat Jimin menuduh anak yang di dalam kandungannya adalah anak Taehyung, tetapi di sisi lain sebuah kebenaran akan kemandulan Taehyung di ketahui sendiri oleh Jimin. Shit! Siapa yang sedang membohongi Hera di sini, Alam atau penghuninya?

Hera tersenyum getir, Semua bahkan berjalan begitu keji. Aku mengira dirikulah  penjahat di sini, tetapi mereka juga....

Braakk,

Memilih tetap diam masih berbaring di ranjang, menggeser tubuhnya menghadap ke samping. Hera melihat jelas dari awal pintu itu di buka kasar oleh Jimin hingga mereka bertatapan langsung.

Beberapa sekon hening tercipta.

"Hera...." panggil Jimin, masih dengan tangan kanannya yang memegang gagang pintu kamar.

Hera masih diam, menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan kepalanya dengan menghadap Jimin yang berdiri ragu menatapnya. Hera benci berada di suasana seperti ini, dimana ia hanya diam sembari merasakan hati yang seperti di tusuk jarum berkali-kali, bahkan ia tak mampu untuk meledakkan amarahnya di depan Jimin. Entah itu karena rasa cintanya atau memang dia sudah tak mempunyai tenaga untuk itu semua. Sebab sejak tadi ia juga menahan perutnya yang terasa nyeri.

Satu langkah dari kaki panjang Jimin, hingga berakhir tepat di dekat Hera. Jimin diam sejenak melihat setiap cairan bening yang keluar dari kedua mata merah Hera, yang mungkin sudah membasahi sebagian kulit tangannya sendiri. "Hera...." panggilnya lagi lirih penuh keraguan dan ketakutan yang ia coba untuk di sembunyikan.

"Berhenti memanggilku jika tidak mampu menjelaskan semua alasannya." ucap Hera dingin, dengan pandangan kosong yang kini menatap kedua sepatu Jimin.

"He dari awal aku menikahimu bukan untuk menghamilimu. Maafkan aku...."

"Berapa kali kau mengucapkan kalimat itu,"

Hera tersenyum hambar, "Lalu apa yang kau pikirkan hingga menitipkan benihmu ini di perutku Jim?"

"Hubungan kita akan berakhir setelah semua ini, itu kenapa aku tidak ingin adanya anak."

Hera mengubah dirinya di posisi duduk, mengabaikan kepalanya yang amat pening. Ya-- ia sudah terlalu lama menangis hingga membuat kepalanya sakit karena banyaknya air mata yang keluar ternyata juga mengambil beberapa persen tenaganya. Ia mendongak menatap Jimin, "Apa itu sebuah alasan Jim? Apa seperti itu caramu untuk membela kebrengsekanmu ini?" tanyanya lirih namun mampu menusuk hati Jimin juga, terlihat dari Jimin yang mengunci rapat bibirnya. Rupanya Jimin tak mampu untuk membenarkan alasannya.

"Lalu bagaimana dengan ini Jim?" tanya Hera sembari memegang perutnya. Hera tersenyum getir, "Kau sudah mendengar semuanya dari Taehyung-- tentang Seokjin. Apa kau juga tidak mampu untuk berbuat apapun?"

Jimin diam, rahangnya mengeras bersama deretan giginya yang saling menekan di dalam sana. Kedua tangannya kini sudah mengepal erat, sebuah tamparan kalimat dari Hera membuatnya bungkam bersama aliran darah panas di kesekujur tubuhnya.

"Pergi Jim. Tanyakan semua kebenaran pada Seokjin karena aku tidak mampu mengungkapkannya. Tanyakan kenapa seorang kakak begitu kejamnya hingga tega membunuh ayahnya sendiri,

Destruction of Life [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang