06

297 107 65
                                    

Lembaran-lembaran ingatan seakan mengibaratkan penggalan cerita bahagia maupun sebaliknya. Beberapa orang memilih sebisa mungkin melupakan semua ingatannya yang berlalu hanya untuk menutupi suatu kejadian yang sudah membuatnya seakan pernah dipermalukan. Shit, membuat seseorang menjadi kejam saja. Jimin terus tersenyum dengan pandangan yang mungkin kosong. Mengabaikan tubuh seseorang disana yang dengan nyamannya memenuhi sofa mahal ibunya, layaknya tidak mempunyai beban hidup. Atau mungkin kebiasaan Taehyung memang seperti itu-- tentu saja tidak akan menjadi masalah untuk Jimin sendiri, toh mereka memang sudah saling mengenal dan dekat. Mengabaikan sisi belakang yang penuh akan kecurangan dalam hidup ini.

Berusaha menghentikan aktifitas dilayar ponselnya, Taehyung meletakkan benda persegi panjang itu di sisinya lalu mengajak kedua bola matanya untuk mengarah pada kondisi temannya yang sangat aneh, sebab tersenyum sendiri sembari duduk di hadapannya. "Are you oke?" tanya Taehyung memotong lamunan Jimin.

"Kurasa kau sudah mulai gila Jim."

"Mungkin karenamu Tae!" jawab Jimin.

Taehyung tertawa keras, merasa lucu saja mendengar ucapan Jimin. Bagaima bisa Jimin menjadi gila karenanya bahkan mereka saja sudah lama tidak bertemu. "Lama tidak bertemu padahal."

"Rasanya aku ingin memukul kepalamu." kekeh Jimin

Taehyung membentuk posisinya menjadi duduk tepat di depan Jimin, menatap Jimin serius. Barangkali sesuatu ingin ia sampaikan kepada teman baiknya ini. "Sayang kau tidak akan pernah melakukan itu padaku." tersenyum singkat lalu menyandarkan tubuhnya kembali di punggung sofa. Kedua tangannya mendekap di depan dadanya dan memandang Jimin begitu santai.

Jimin itu penyayang, hatinya pasti tidak akan tega melukai orang-orang didekatnya. Ia tahu betul arti akan sebuah kedekatan, tentu semua itu telah ia pelajari bersama didikan Hyun Soo dan Seokjin. Memang mereka berdua itu sangat berpengaruh mengisi otak Jimin. Rasanya isi otaknya akan meledak saat memandang bola mata Taehyung Sial! wajah Taehyung memang penuh akan rasa ketenangan, sayang jika Jimin sampai melukainya. Lagi-lagi Jimin harus menindas dirinya sendiri didepan orang-orang yang terlalu ia sayangi. Memang sebaik itu lingkungannya, menyembunyikan sisi keburukan yang seharusnya Jimin ketahui sejak dulu.

"Kau tahu jawabannya, lalu dengan mudahnya kau melakukan batasanmu. Jangan memanfaatkan diam ku Tae." membuang pandangannya kesamping dengan kedua tangan yang semakin erat meremas.

"Itu artinya aku akan melihat perlawanan darimu." jawabnya santai. "Kau tau Jim-- kau itu orang yang tidak akan pernah bisa mengenal dirimu sendiri." tersenyum singkat menatap manik Jimin yang semakin penuh akan sesuatu, ya keraguan. Taehyung bisa melihat semuanya di mata temannya itu.

Jimin tertawa singkat, "Berhenti mengucapkan kalimat itu Tae, Kau sudah sering mengucapkannya, cih! membuat telingaku geli saja." Jawabnya lalu meminum secangkir kopi yang mungkin sudah dingin di hadapannya. "Lain kali perbaiki dirimu dulu." ingat Jimin setelah menelan kopi dimulutnya.

Menganggap sesuatu rumit menjadi mudah, tentu saja semua orang bisa membuat angan-angat itu. Tetapi nyatanya, beberapa orang masih banyak yang gagal membuktikan semua itu dalam dirinya sendiri. Ya-- Jimin akui dia sangat sempit untuk mengerti dirinya sendiri, sebab yang ia tau ia akan bahagia itu saat ia bisa mengangkat bibirnya membentuk senyuman manis. Lalu ia akan tau bahwa dirinya merasa sedih, sebab ia bisa artikan saat dirinya dalam kondisi hancur hingga diam-diam menangis bersama gelapnya ruangan kerjanya, lalu akan selalu mematikan lampunya jika sedang merasakan kehancuran. Bukankah pernyataan itu bisa sebagai bukti jika ia sudah mengenal dengan baik dirinya sendiri?

Jimin memijat kedua pelipisnya, Dengan cara apa aku harus mengenali diriku sendiri? menghancurkan otakku dengan meminum beberapa botol soju, apa bisa....

Destruction of Life [M]Where stories live. Discover now