04

301 123 118
                                    

Setelah mendapat ancaman gila dari Seokjin semalam, hari ini Hera menyempatkan diri menemui orang yang mungkin sedari tadi sudah menunggunya. Dengan langkah yang tergesa-gesa dan wajah yang menyembunyikan rasa kemarahannya, ia berjalan mendekati Seokjin yang berdiri memunggunginya. Hera datang untuk menghentikan semua kekotoran yang ada pada akal Seokjin. Barangkali bisa.

"Lama sekali." ujar Seokjin yang memunggunginya.

"Dimana adikku?"

"Apa suamimu tidak mengajari sopan santun, hell! kau lupa ya kalo aku ini kakak iparmu?" diam-diam Seokjin mengeluarkan senyum liciknya. Ia memutar tubuhnya lalu, menatap tajam perempuan yang ada dihadapannya. "Apa susahnya melakukan semua itu?"

Hera mengepalkan kedua tangannya, berusaha mengkontrol kemarahannya. Sebab ia tahu benar, Seokjin tidak akan pernah bisa dilawan dengan kemarahan juga. "Jelaskan kenapa aku harus melakukan semua itu?" tanya baik-baik Hera.

"Jika tidak bisa menaklukkan jenderalnya maka aku akan menggunakan pasukannya." kekehnya. Berjalan mendekati Hera lalu mengangkat dagu Hera hingga mata mereka bisa saling bertemu. "Karena aku bisa melihatmu yang mulai jatuh dipelukannya. Benar bukan dugaanku?"

Sial, Hera tidak berhasil juga menyingkirkan tangan Seokjin. "Ouh jadi kau anggap aku ini pasukannya? Bukannya kau sudah berjanji untuk melindungiku?"

Seokjin menarik senyum singkat, "Kau tidak mengerti juga ternyata." jari jempolnya beralih mengusap lembut bibir Hera, mengabaikan jika Hera sejak tadi sudah menolak semua sentuhan tangan kotornya itu. "Aku akan menghancurkan kepercayaan Jimin melalui dirimu. Akan kubuat dia semakin bimbang, lalu aku akan datang menjadi penenangnya, menarik bukan?" ia mengangkat singkat kedua alisnya dengan senyuman licik yang terus menghiasi wajahnya.

Hera membuang pandangannya kesamping. Ya--ia sudah muak melihat wajah Seokjin sedari tadi. "Tidak!! Aku tidak akan menjalankan rencana kotormu ini. Aku tidak akan melemparkan diriku sendiri kedalam situasi yang meruginkanku."

"Aku tidak menyuruhmu untuk menyerahkan diri. Apa kau sudah tidak sayang lagi dengan adikmu itu?" ancam Seokjin.

Otaknya seakan pecah, Hera mengakui telah menyesal menjalankan semua rencana Seokjin selama ini. Ingin berhenti saja susah, memang sudah sedalam itu Seokjin mengikat dan menjadikannya sebagai anjing peliharaan yang harus tunduk dengan majikannya. Hera hanya bisa megumpat didalam hati, mau bagaimanapun yang namanya peliharaan memang harus tunduk kepada majikannya. Hatinya begitu hancur, disisi lain dirinya harus melindungi adiknya, yang sudah menjadi keluarga satu-satunya selama ini tetapi ia juga tidak ingin melakukan rencana busuk Seokjin. Tidak, mana mungkin ia membiarkan Seokjin bebas melukai adiknya. Memang dunia sedang mempermaikannya, pada akhirnya ia harus menjalankan misi Seokjin jika masih ingin melihat adiknya baik-baik saja. Ia akan memilih waktu yang tepat untuk menajalankan rencana tersebut.

"Aku akan melakukan semua rencana kotormu itu. Jadi, jangan menyentuh keluargaku, ingat itu!" ucapnya penuh penekanan sebelum meninggalkan seyum licik Seokjin.

"Kau tenang saja, aku akan menjadi pelindungmu juga." teriak Seokjin

Tentu telinga Hera masih menangkap jelas kalimat yang keluar dari bibir Seokjin. Ia berlagak mengabaikan ucapan Seokjin, dan meneruskan langkahnya kembali untuk cepat-cepat jauh dari pandangan Seokjin.

.

.

.

¤¤¤

Belakangan ini, perlahan Jimin mulai sadar akan hati yang sudah ia jaga selama ini. Entah mulai kapan nama Hera mulai memasuki hatinya, bahkan ia sendiri tidak bisa menjelaskan detail alurnya. Ia akui akhir-akhir ini hanya mengajak dirinya untuk berbohong dengan perasaannya sendiri. Begitu rancu, hatinya mulai merasa nyeri kembali saat mengingat Hera yang masih berhubungan dengan Taehyung. Ia berusaha mengabaikan semua ini, namun gagal. Atau mungkin ia memang benar-benar jatuh hingga memasukkan Hera ke dalam hatinya.

Destruction of Life [M]Where stories live. Discover now