13

180 35 70
                                    

"Apa yang kau dapatkan dengan diam seperti ini?" satu ketukan pada meja terdengar saat Taehyung dengan sengaja meletakkan botol minumannya begitu keras setelah meminumnya.

Yena sedikit membuka mulutnya, mengangkat kepalanya untuk memberanikan diri menatap kedua pemilik mata yang begitu memohon akan jawaban darinya, namun juga terlihat begitu tegas menatapnya. "Taehyung-ssi tidak ada alasan untuk menyembunyikan apapun."

Taehyung meringis sembari menggelengkan kepalanya, "Aku bukan orang bodoh yang mudah untuk di bohongi." menatap tajam manik Yena yang terlihat begitu tidak nyaman, "Apa kau benar-benar mengingatku?"

"Tentu saja. Kau sudah menemuiku yang ke dua kalinya ini dan selalu menanyakan tentang hal yang sama." jawab lancar Yena sembari meringis, hanya menghindari rasa tegang di antara mereka.

Taehyung tersenyum miring, "Kita pernah bertemu sebelum itu--- dan aku bisa melihat betapa khawatirnya wajahmu saat itu." jelas Taehyung.

Rasa terkejut terlihat di wajah Yena, "Benarkah?"

"Apa kau tidak mengingat sama sekali saat kau menabrakku hingga membuat kantong belanjaanku jatuh," menjeda sebentar ucapannya, seutas senyuman terpapar di wajahnya. "Kau bahkan terlihat tidak baik-baik saja waktu itu."

"Taehyung-ssi aku benar-benar melupakannya, ingantanku sedikit lemah." Yena menunjukkan kekehannya. Barangkali ia memang benar-benar melupakan kejadian tersebut.

Ah, sayang sekali Taehyung harus mendengar jelas jawaban itu. Sedikit kecewa, bukan karena Taehyung yang selalu ingin di ingat. Taehyung mencoba memahami semua alur yang sudah di laluinya ini, barangkali dengan membuat Yena kembali mengingatkan pertemuannya dengan wajah yang menurut Taehyung sangat tidak baik itu bisa memojokkan posisi Yena, ya ia akan selalu melontarkan pertanyaan yang sama selagi belum mendapatkan jawaban dari Yena sendiri. Atau selama ini Yena beralasan tidak mengingat pertemuannya bersama Taehyung? Itu mungkin saja selagi dirinya masih memilih untuk bungkam menutup dirinya.

Taehyung tidak memberi ekspresi apapun, ia tahu jika wanita yang ada di hadapannya ini tentu pemikirannya tidak jauh berbeda dari Hera.

"Jadi.... Kau tetap akan diam?"

"Dari awal aku sudah mengatakannya jika tidak ada alasan."

"Yena, pikirkan posisi Hera." Taehyung menghembuskan nafas kesalnya, mencoba menahan diri agar amarahnya tidak meledak di tempat yang salah.

"Hera eonnie akan baik-baik saja, aku yakin Jimin oppa akan menjaganya." ujar Yena yang sedari tadi terus menyatukan erat jemari tangannya, mengepal erat di pangkuannya.

Taehyung menarik sudut bibirnya, senyum miring ditunjukkannya. "Itu artinya selama ini kau tidak pernah melihat hubungan asli mereka,

Diammu membuatku semakin mencurigai seseorang-- Bagaimana Jimin bisa menjaga kalian jika Jimin sendiri tidak tau orang yang sudah mengincar kalian."

Beberapa sekon mereka diam. Barangkali sedang terhanyut dalam pikirannya masing-masing.

Taehyung menarik nafas panjang sebelum memilih untuk berbicara kembali, "Ku mohon katakan semuanya, kita bisa merahasiakan semuanya ini."

Mengangkat minumannya, Yena menenggak cairan nan manis itu hingga lolos membasahi kerongkongannya. Ya, ia sedang menutupi kebimbangan yang mencekat di setiap aliran pembuluh darahnya. Ia sendiri bingung antara memilih mengatakan semuanya atau kembali diam dan pergi begitu saja. Ah, terlihat begitu rancu memenuhi pikirannya.

"Taehyung-ssi..... Ka-kau berjanji akan diam saja bukan?" tanya Yena ragu.

"Tentu saja kau bisa mempercayiku. Aku ini sangat dekat dengan Jimin bahkan dengan Hera, apa itu tidak membuktikan jika aku orang yang baik?"

Destruction of Life [M]Where stories live. Discover now