11

189 45 107
                                    

"Kau sudah pulang ternyata.... Harusnya kau tiba dua jam lagi bukan?"

Hera tersenyum lebar-- hentakan sepatu semakin dekat menghampirinya. Hatinya sedang mekar,orang yang ditunggunya selama ini akhirnya muncul juga.

Perasaanya seakan menggelitik, menjadi hal yang tidak biasanya. Ia merasa begitu senang karena kepulangan suaminya ini-- mengabaikan menatap dulu wajah suaminya, karena itu selalu percaya Jika penampilan wajah Jimin yang pastinya selalu menarik matanya. Atau mungkin ia tidak sempat melirik wajah Jimin karena aktivitasnya saat ini yang berada di dapur.

"Jim hentikan! Aku harus menuang air panas ini ke gelas."

Desiran nafas hangat terus merayap di jenjang kulit mulus Hera, mengabaikan pemilik leher yang sedari tadi sudah tidak nyaman akan tingkah lakunya tersebut. Ia semakin erat memeluk tubuh Hera dari belakang, merasakan pinggang ramping yang selalu menggodanya. Shit!, tangannya memang pintar mencari posisi yang menguntungkan.

"Jim kau sangat menggangguku," kesal Hera. Ia tahu pasti Jimin melakukan ini semuanya karena sangat merindukannya, tetapi sungguh ini membuatnya jadi sulit melakukan aktivitasnya.

Hidung mancungnya terus menelusuri aroma leher Hera sembari memejamkan matanya, ia mencuri kecupan singkat di kulit leher Hera lalu tersenyum membiarkan wanita yang berada didekapannya semakin kesal. Namun, satu hal yang membuatnya ingih marah. Ah benar, Hera memang sudah jatuh cinta kepada seorang Jimin. Diam-diam ia mengeluarkan senyum khas yang begitu licik.

Hera menghentikan aktifitasnya, memilih diam sejenak-- hanya memastikan keanehan yang terjadi, "Jim apa kau mengganti parfummu?" tanya Hera. Sial, tangan Jimin berhasil memasuki piyamanya, gerakan tangan itu semakin menjelajahi bentuk perutnya yang ramping. Biasanya Jimin tidak pernah menelusuri perutnya seperti ini. Barangkali seorang Baek Jimin memang begitu merindukannya.

Menyerah untuk diam, ia semakin kesal mendengar semua ucapan Hera. "Aku tidak pernah mengganti parfumku!" mengarahkan bibirnya tepat di daun telinga kiri Hera, "Karena istriku sangat menyukai aroma ku ini."  ucapnya dengan tegas dan penuh kelicikan.

Hera begitu terkejut saat mendengarkan kalimat tersebut, rasanya berubah menjadi kaku saat mendengar pemilik suara itu dengan santainya menekan dirinya.

Cepat-cepat ia membalikkan badannya. Ia bungkam, matanya melebar saat mengetahui jika saja yang memeluknya sedari tadi bukan Jimin. "K-kauu...." ucapnya klagepan. Ia berusaha menyingkirkan pemilik tangan yang masih memeluknya tersebut, namun gagal karena tenaganya yang tidak begitu besar.

"LEPASKAN AKU!!" teriaknya, Hera ingin marah tetapi di sisi lain ia juga merasa takut.

"Tenang saja, aku bukan penjahat," jawabnya, ia semakin menarik kasar pinggang Hera, barangkali sudah menimbulkan rasa sakit yang begitu nyeri, atau mungkin kulitnya sudah terluka karena semua kuku tajam milik Seokjin yang menancap di kulit pinggannya tersebut. Jarak mereka semakin dekat. Hera berharap seseorang segera pulang dan menghentikan semuanya ini, ia
Butuh pertolongan seandainya saja ada.

"Bukannya kau seharusnya masih bersama Jimin?" kedua alis Hera kali ini sudah menyatu, memperlihatkan dahinya yang berkerut. Sungguh ia merasa sakit saat pemilik tangan itu sengaja meremas pinggangnya begitu kencang.

"Tenanglah!! aku akan semakin menyakitimu jika kau memberontak seperti ini."

"BRENGSEK KAU SEOKJIN.....BAJINGAN!! LEPASKAN AKU!!!" teriak Hera lebih kencang.

Berkali-kali ia menyingkirkan tangan Seokjin yang terus menelusuri bentuk rahangnya. Hera mengajak gigi-giginya untuk bertarung didalam, ia sangat takut saat ini. Seluruh tubuhnya merinding hebat. Sedang wajah Seokjin semakin dekat menghampiri wajahnya, ia bisa merasakan ujung hidung Seokjin yang menyentuh pipinya hingga berakhir di telinga kirinya.

Destruction of Life [M]Where stories live. Discover now