01

559 163 258
                                    

Jika saja Jimin sendiri yang menulis catatan hidupnya, maka ia akan mengatakan berhasil, kaya, orang yang dikagumi dan lagi orang yang sangat bahagia. Tetapi kenyataannya adalah bahwa ia harus berhadapan sendiri dengan rencana-rencaan yang gagal mungkin sampai hancur. Ya benar Jimin telah dihantam begitu keras dengan kehidupan yang semestinya sudah ia rencanakan sedetail mungkin.

Ah tunggu- siapa bilang Jimin tidak berhasil? Jika membicarakan tentang harta tentunya Jimin tidak semiskin orang-orang diluar sana yang kesulitan mencari makan. Ia itu lelaki pekerja keras yang penuh akan pertimbangan, bahkan rencana untuk menghancurkan Hera saja ia rancang sebegitu rapinya, hanya saja mungkin ia menunggu waktu yang tepat untuk melihat finalnya.

Ia meremas kepalanya, Ayolah Jim mau sampai kapan menunggu waktu yang tepatnya?

Berusaha menenggak terakhir, menghabiskan sisa-sisa cairan agak manis dan encer. Sejak tadi sudah membasahi tenggorokannya yang mungkin sudah menghanyutkan beberapa persen kesadarannya. Sial, tingkat kesadarannya masih utuh. Bahkan ia masih bisa melihat jelas siluet perempuan yang berjalan mendekatinya, begitu anggun dan cantik membuat Jimin terpesona saja. Memang akan sia-sia jika mata Jimin harus mengabaikan pandangan didepannya saat ini.

Hera sengaja mendaratkan pantatnya dipangkuan Jimin, duduk dengan tatapan tajam menyorot mata Jimin. "Apa kau gila minum soju sepagi ini, hm?"

Jimin tersenyum lembut lalu mencuri satu kecupan di pipi kiri Hera. "Kalo aku gila mana mungkin kau mau bersamaku" ucapnya manja.

"Oke Baek Jimin aku kalah." memutar malas kedua bola matanya, "Ngingetin aja jangan minum soju di pagi hari, apalagi perutmu masih kosong." kesal Hera.

Jimin kembali mencium pipi kanan Hera merasakan betapa lembut kulit perempuannya ini. "Lagi pula minum soju bisa memperlambat penuaan loh." ringisnya

"Yang benar saja..." elak Hera yang tidak setuju akan argumen Jimin tentang minuman soju.

"PH nya itu seimbang He sehingga kulit wajah tidak kering dan berminyak. Benarkan?"

Hera mengalungkan kedua tangannya di leher jimin, begitu sexy dengan posisinya yang masih dipangkuan Jimin. "Wow tuan Baek belajar dari mana?"

Jimin terkekeh, "Yang mantan dokter kan kamu, masa tidak tau sih kalo PH yang seimbang bisa menghambat penuaan." menarik pinggang Hera untuk ia raih agar semakin dekat dengan tubuhnya.

Masalahnya itu Jimin merasa hampir gila. Beberapa celah hatinya memang belum menerima semuanya tentang Hera. Tapi tubuhnya sangat sulit untuk menolak semua sentuhan atau apapun dari Hera. Bahkan jika sehari penuh Hera duduk dipangkuannya tentunya Jimin tidak akan merasakan keberatan sama sekali. Membuatnya merasa sulit saja.

Hanya bisa membuat Hera bungkam saja, Jimin sudah merasa mendapatkan poin-poin untuk menambah ukuran kemenangannya. Ini memang cukup gila dan tidak masuk akal sama sekali. Sebab tujuan Jimin selama ini adalah bagaimana ia memilih cara untuk membuat Hera bungkam sedikit demi sedikit lalu bisa menaklukkannya dan mendorongnya diwaktu yang tepat. Benar-benar licik.

"Tumben membicarakan statusku yang dulu. Masih ingin membuktikan kalo aku berbohong ya?"

Jimin menggelengkan sedikit kepalanya. "Enggak gitu kok."

"Berhenti mencurigaiku Jim. Belum lelah ya, padahal sudah dua tahun." Hera mengangkat kedua tangannya untuk memegang pipi hangat Jimin. Memberi sedikit usapan yang membuat rasa nyaman untuk Jimin. "Mana mungkin aku melakukan semua itu hah?"

Jimin itu mudah hanyut, hanya mendapat tatapan lembut dari kedua manik Hera saja mampu membuatnya luluh dan diam. Jika memang seperti itu lalu kenapa ia sangat sulit mempercayai semua ucapan yang keluar dari bibir perempuannya itu. Membingungkan saja, atau mungkin jimin hanya berlagak tidak percaya.

Destruction of Life [M]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz