8. Tepuk Tepuk Pan/tat

53.5K 2.3K 265
                                    

"Kamar..mm..Kamar..." Ibu berbelok, kotak kotak bawaannya yang berserakan itu ia kumpulkan. Kemudian ia segera berjalan tergesa.

Sama tergesa, mami menyusul di belakang,"Mami sama Ibu langsung ke kamar aja, ya." pesannya sambil melambai dan berlalu cepat.

Ya! Kamar! Seharusnya itu tempat yang tadi Kavka dan Daya tuju! Atau dimana kek, ruangan tertutup selai ruang tamu sialan ini. Kan jadinya nggak perlu malu begini.

Dengan cepat Daya memungut dan memakai cardigannya. Ia lalu menatap Kavka yang cuma bisa garuk garuk leher. "Gue lupa. Mereka udah kasih kabar mau nginep. Besok pagi mau berangkat dari sini, biar lebih deket ikut senam massalnya." Daya menghembuskan napas."Kaav!Ih, malu maluin...." keluhnya.

Bukannya panik seperti Daya. Kavka manggut manggut, malah ia sedang menahan tawa. Memang memalukan sih. Tapi ya namanya suami istri sah sah saja, kan? Mami sama Ibu aja yang lagi apes. Ralat, dia yang lebih apes, jadi ngegantung gini mana enak.

Lagian tadi juga belum yang gimana gimana. Cuma cium cium aja. Bajunya dan Daya juga masih lengkap. Nggak tahu deh kalau Mami dan Ibu tadi masuknya telat beberapa menit.

"Calm down, Day. Calm down." Kedua tangan Kavka menahan bahu Daya agar berhenti bergerak gerak panik.

Jempol Kavka naik mengusap bibir Daya dan sekitarannya yang basah. Demi apapun, kalau saja akalnya kurang waras, pasti bibirnya yang sudah ia utus langsung. Ia harus menahan diri. Nanti kalau sudah di kamar, mungkin bisa di usahakan lagi, pikirnya.
"Kaaav." garis bibir Daya melengkung ke atas.

"Mmm?" Bibir Kavka juga ikut cemberut meniru Daya.

Sadar sedang diledek, Daya memukul lengan Kavka dengan kencang. "Bisa bisanya ya lo! Ini gimanaaaa!"

Kavka mengusap lengannya sambil tertawa,"Ya nggak gimana gimana." jawabnya acuh. Memang nggak perlu gimana gimanakan?

Melihat Kavka yang mukanya setebal tembok, Daya mendengus kesal. Udah nggak solutif, bisanya cuma ketawa ketiwi pula.

"Eh! Eh! Kemana?" tanya Daya panik. Tiba tiba Kavka sudah narik dia ke arah...

"Kamar." jawab pria itu singkat.

"Hah?" mulut Daya menganga nggak habis pikir. Malu yang tadi saja belum hilang masa udah mau ke kamar lagi?
"Ngapain?" Daya mendesak makin panik.

Kavka cuek saja dan terus berjalan. Untung langkah besarnya menghantarkan mereka dengan cepat sampai ke depan pintu kamar tamu yang di tempati orangtua mereka, "Maaam....Bu...." panggilnya dengan mengetuk pelan.

Sambil menunggu pintu di buka. Kavka berbisik pada Daya. "Kamarnya Mami sama Ibu. Emangnya tadi lo mikir apa?" tanyanya dengan senyum usil dan puas karena wajah Daya yang memerah. Tuhkan, Daya juga kelihatannya pengen cepat cepat masuk kamar.

Pintu dibuka, otomatis Kavka juga selamat karena Daya baru saja mau mengeluarkan tendangan hasil latihan taekwondonya saat SD dulu.

"Mami sama Ibu mau dibuatin teh?" tawar Kavka langsung pada dua wanita paruh baya tersebut.

Mami dan Ibu saling pandang, tak lama keduanya menggeleng serentak. Kompak persis anak kembar.

Kavka menyenggol siku Daya. "Kalau cemilan?" tanya Daya yang langsung berinisiatif menawarkan hal lainnya.

"Kita mau langsung tidur aja. Besok kitakan harus bangun pagi, sayang." tolak Mami lembut sambil mengusap lengan Daya.

"Iya, kalian istirahat juga sana." tambah Ibu yang sudah berbaring di atas kasur.

Daya mengangguk lalu memberikan ciuman jarak jauh untuk Ibu. "Good night, Mi." ia memeluk Mami sekilas dan melangkah keluar.

Kavka mengedipkan mata pada kedua wanita itu, "Good night, my two beautiful ladies." salamnya, kemudian menutup pintu.

We Are Married AnywayOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz