20. Kecoak dan Kesiapan

9.8K 747 64
                                    

Gagang pintu kamar Daya bergerak gerak, "Daya, Buka." terdengar suara Kavka dari balik pintu.

Daya tidak peduli. Ia membaringkan tubuhnya dan menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuh. Sekarang Daya hanya ingin tidur.

Dari luar, Kavka masih terus memanggil Daya.
"Day, please."

"Daya, buka dulu."

"Day, tolong."

Suara Kavka terdengar lirih. Tentu saja itu cukup untuk membuat Daya
luluh dan hampir memilih untuk melompat dari kasur dan membuka pintu.

Setelah lima belas menit, Daya tidak lagi mendengar suara Kavka. Begitupun menit menit berikutnya.

Tanpa sadar Daya malah menunggu suara Kavka terdengar lagi sampai niatnya untuk tidurpun hilang.

Daya memutuskan untuk bangkit dari kasur. Ia berhenti di depan cermin. Poor you, Daya. Ibanya pada diri sendiri. Ia melihat bayangan dirinya di cermin. Tubuhnya hanya terpasang kemeja yang belum terkancing tanpa bawahan. Kemungkinan celana jeans yang tadi ia kenakan masih di ruang tamu.

Semenjak Luna kembali ke hidup Kavka. Daya tidak bisa lagi menebak isi kepala pria itu. Sesaat ia ditarik mendekat namun setelahnya ia didorong menjauh.

Control yourself, Daya. Take a deep breath. Daya menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan pelan. Dia dan Kavka memang perlu bicara. Mereka tidak bisa terus saling bersikap aneh. Kalau perlu, mereka akhiri saja pernikahan ini dari pada saling terus menyakiti.

Daya terdiam sejenak dan memegangi dadanya. Tiba tiba dadanya terasa berat dan sulit untuk bernapas. Apa karena terbesitnya rencana untuk mengakhiri pernikahannya dengan Kavka? Tapi Daya bisa apa kalau itu adalah yang terbaik?

———-

Daya tidak menememukan Kavka dimanapun. Hanya ponselnya yang ada di atas meja makan.

Ia berjalan ke depan, mengintip keluar melalui jendela. Ternyata vespanya juga tidak ada, Kavka pasti pergi dengan vespanya. Tapi kemana?

Daya memutuskan untuk menunggu dan kembali ke meja makan. Ia memandangi ponsel Kavka dan tiba tiba teringat pesan yang Kavka kirimkan.

Bergegas Daya berjalan ke studio. Ditangannya sudah ada raket nyamuk yang entah akan berguna atau tidak.

Kecoak! Daya harus mencari kecoak yang Kavka bicarakan tadi. Di studionya pasti banyak tempat yang akan membuat kecoak itu nyaman lalu beranak pinak. Hiiii, bulu kuduk Daya langsung berdiri membayangkannya. Sudah cukup Luna saja yang ada dihidupnya dan Kavka, jangan ada kecoak kecoak lain di hidupnya.

Perlahan ia membuka pintu dan berjalan mengendap. Kakinya berjinjit seolah menjaga agar suara langkahnya tidak terdengar. Takut kalau nanti akan membuat musuh-kecoak-nya terjaga dan menyerang duluan.

Dalam keremangan ia mencari saklar lampu dengan meraba raba dinding. Namun ia tidak menemukannya.

"Dimanasih saklarnya!" geram Daya. Padahal dia sangat mengenal studionya.

Semua karena Kavka! Daya itu tidak takut kecoak ya. Tapi kalau kecoaknya besar seperti yang Kavka bilang, yaaa... siapa yang tidak takut. Belum lagi, seluruh hidupnyakan memang lebih banyak dihabiskan di studio yang berharga ini. Tentu saja Daya tidak rela kalau ada penyusup.

Daya mematung. Ia mendengar bunyi kresek kresek entah dari sudut mana. Terdengar lebih dari satu sumber suara.

"AAAARRRRGGGGGH!!!!!!"
Daya menjerit histeris ketika merasakan sesuatu menempel ditangannya.

"Day. Ini gue!!" seru Kavka diiringi lampu studio yang juga menyala.

"Stop bikin jantung gue mau copot Kavka!!!!" teriak Daya. Dasar Kavka! Tidak tahu bagaimana menegangkannya situasti yang Daya hadapi! "Dari mana aja Lo?" tanyanya sambil ngegas. Ngebut banget pokoknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

We Are Married AnywayWhere stories live. Discover now