18. Polisi tidur

12.8K 851 118
                                    

Misi paket ✉️~~~~~~







~~~~~~



Mata Daya masih terjaga. Dia sudah seharian tidur di studio. Jadi ya wajar kalau malam ini dia tidak bisa tidur. Bukan karena ada Kavka di sebelahnya, jelas bukan. Bohongnya.

Daya mengetatkan selimutnya. Ia terbaring kaku. Posisi terlentangnya tidak berubah sejak naik ke kasur.

Di sebelahnya, Kavka tidur membelakangi. Posisinya juga tidak berubah sejak Daya keluar kamar mandi.

Kasur berukuran Queen ini terisi penuh. Tidak ada sisi kosong yang tersisa. Bayangkan saja, Kavka dan Daya masing masing memakai satu bedcover, belum lagi diantara mereka ada bantal bantal yang menengahi.

"Mbaaaak! Mas!!!!" suara cempreng Olin yang diiringi ketukan pintu memecah keheningan. Daya dan Kavka mengernyit. Ngapain Olin tengah malam begini berisik sekali?

Daya bangun membuka pintu. "Ngapain sih Lin tengah malam gini!" tanyanya sewot.

Olin memiringkan kepala mengintip ke dalam kamar. "Aduh!" pekik Olin. Daya menjitak kepalanya yang penuh ingin tahu itu.

"Ngigo lo, mbak?" Olin balik bertanya. "Malam? Udah jam 9 kali, Mbak! Ibu tuh suruh tanyain kalian mau sarapan apa." serunya sambil megang kepalanya yang dijitak Daya. Sakit juga ternyata.

"Lagi pada ngapain sih sampai nggak tahu waktu." celetuk Olin. Bibirnya senyam senyum ngeres nunjukin pikiran kotor yang ada di kepalanya.

Tangan Daya hampir mendarat lagi ke kepala Olin kalau aja Kavka nggak jalan gitu aja keluar kamar melewati mereka.

Ternyata Olin yang suka ngaco itu benar. Matahari sudah tinggi, Daya dan Kavka aja yang waktunya tidak berputar. Terlalu sibuk sama fikiran masing masing.

"Gue mau ketoprak yang di ujung gang." kata Daya mantap. Kalau urusan perut, dia yakin akan pilihannya.

"Gue bubur ayam yang di depan mesjid." Kavka nambahin menu pilihan sarapannya. Sama seperti Daya, pilihan perut itu harus yakin. Apalagi ini judulnya sarapan. Pondasi dari segala pondasi.

Olin ngangguk ngangguk kemudian menyilangkan tangan. "Ibu pengen nasi uduk depan jalan. Gue pengen mie ayam di sebelahnya. Dan lo berdua, pengen apa tadi?"

"Ketoprak yang di ujung gang." jawab Daya sumringah, udah lama dia nggak makan ketoprak disana.

"Gue bubur ayam depan mesjid." Kavka mengulang menu sarapannya dengan sama sumringahnya.

"Yang gerobaknya biru langit Lin, jangan yang biru tua." Daya menambahkan,  soalnya Kavka lebih suka bubur ayam yang gerobaknya biru langit.

Kavka manggut manggut setuju. Dia lupa kalau ada dua penjual bubur ayam disitu.

Olin narik napas sebelum menghembus keras, "Yaudah. Nih." ia menyodorkan kunci motor ke Kavka. Kepalanya berasap.

"Loh?" Kavka bingung. "Kan lo-"

"Lo berdua yang beli. Kan lo berdua yang banyak request. Makanan gue sama ibu masih satu tempat, sebelahan." potong Olin. Bibirnya tersenyum tapi bikin takut. Cocok si Olin jadi adiknya daya, sama sama perempuan nyeremin. Menurut Kavka, cuma Ibu perempuan paling baik di rumah itu.

Kavka dan Daya lihat lihatan. Mau nggak mau setuju dan langsung kabur. Lagian perut mereka juga udah keroncongan minta diisi.

Di atas motor, Daya bingung mau naruh tangannya dimana. Banyak polisi tidur, bisa bisa Daya jatuh kalau nggak pegangan.

Pertama, Daya menyilangkan tangan. Seketika bayangan om jin lagi lipat tangan sambil naik permadani terbang melintas di kepalanya. Daya jadi geli sendiri.

We Are Married AnywayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang