3. Seenaknya

45.4K 1.8K 37
                                    

*Hola. Sedih banget kita masih harus berdampingan sama pandemi dan ngejalanin PSBB jilid dua.

Aku cuma mau bilang, teruntuk mama mama strong yang harus ngawasin anaknya belajar online, teruntuk kamu kamu yang tetap harus beraktivitas diluar, teruntuk kamu yang sampai hari ini selalu di rumah, pokoknya semuanya! Kalian yang kuat dan sehat sehat ya! Semangat! Harus!

Pengen deh lebih rajin update buat nemenin kalian. Semoga aku bisa membagi waktu dengan lebih baik!

Anw! Selamat membaca! Semoga suka!*

———————————

"Kav! Bangun!" Daya mengguncang bahu Kavka yang tidur dengan posisi duduk bersandar pada ranjang.

Daya membuka tirai, Berharap Kavka akan terbangun karena silaunya sinar matahari. "Kaaav! Udah siang! Nggak kerja apa!" Daya mencoba lagi.

"Hmhhh?" Hah!! Sinar matahari tampaknya berhasil membangunkan Kavka, matanya terbuka sedikit demi sedikit.

Tapi Kavka belum berdiri juga. Dengan geram Daya menarik lengan pria itu mencoba membangunkan seutuhnya. "Kaaav! Bangun! Udah telat!" usaha Daya lagi. Bukannya kenapa, Kavka itu paling benci kalau telat kerja. Di hidupnya, tidak boleh ada jadwal yang miss, semenit saja udah bisa bikin dia berubah jadi hulk. Apalagi hari ini yang sudah terlat berjam jam? Hii.. Daya ngeri sendiri ngebayanginnya.

Akhirnya Kavka terbangun. Daya menghela napas lega. Tapi, langkah Kavka bukan menuju pintu, melainkan..."Hmmhhh..." Kavka membaringkan tubuhnya ke kasur Daya dan mengeluarkan suara nyaman karena akhirnya bisa merasakan kasur.
Kaki Daya menghentak hentak. Pagi pagi sudah dibikin pusing. "Hih!!Kav! Awas ya kalau lo nanti ngamuk ngamuk!" Daya ngamuk duluan. Yaaa, walaupun kasihan juga Kavka. Pasalnya entah pukul berapa mereka tertidur. Sisa malam mereka habiskan dengan berdebat, dan hebatnya tidak menghasilkan apapun alias nihil. Yang ada, mereka malah berhenti berdebat karena capek dan ketiduran.

Ini tidak bisa. Daya tidak boleh teriak teriak karena harus rekaman demo lagu terbarunya. Ia lalu mengingat ucapan guru yoganya. Pejamkan mata, tarik napas perlahan dan hembuskan dengan pelan.

Daya bermeditasi sambil membayangkan tengah berada di padang rumput luas. Tenang, damai.. Dan oke, ini terakhir kalinya. Masa bodoh nanti Kavka mau bangun atau tidak."Kavka, ini terakhir kalinya gue bangunin elo. Sekarang udah jam 11, lo telat. Telat banget malah. Jadi please, bangun."

"Gue cuti..." Kavka kembali tidur, "Day, tutupin gordennya dong."

Daya merasa pendengarannya salah."Cuti?" tanyanya memastikan. Kavka nggak mungkin ambil cuti kalau nggak ada kepentingan yang mendesak.

Kavka mengangguk. Emosi Daya hanya terbuang sia sia hari ini. Sudah cukup urusan Kavkanya, dia harus mandi dan kebawah untuk mulai rekaman di studionya. "Tidur di kamar lo sendiri. Gue mau mandi."

Kavka bangun dengan berat. Mulutnya sudah mau protes kalau dia tidak perlu pindah, sekedar lihat mandi saja seharusnya tidak masalah. Merekakan sudah... Ah Kavka memutuskan untuk menelan pikiran itu sendiri saja . Daripada Daya ngamuk lagi, berdebat lagi. Matanya masih ngantuk berat..

"Jo ngundang kita ke grand opening restorannya nanti malam." Daya memberitahu Kavka tentang undangan yang mereka terima saat Kavka di depan pintu kamar.

"Hm." jawab Kavka seadanya. Satu tangannya terangkat lalu terus berjalan.

"Nggak ada hm hman, Kavka. Alasan sibuk lo itu nggak berlaku malam ini." Daya mengejar Kavka hingga ke depan pintu kamarnya.

We Are Married AnywayWhere stories live. Discover now