43. Terlambat, Selalu.

2.3K 280 23
                                    

"Then, do you still love me?"

Ali membasahi tenggorokkannya yang tiba-tiba terasa mengering, "Boleh kasih aku waktu?"

Keterdiaman Ghina di seberang sana membuat Ali merasa bersalah dan gagal di waktu yang bersamaan. Ghina-nya pasti kecewa. Ah, masih pantaskah ia menyebut Ghina sebagai miliknya?

"Aku tau kamu lagi bingung, Do. Take your time dan have fun ya disana." Ali menutup matanya rapat-rapat mendengar ucapan Ghina yang terdengar tetap lembut dan tulus.

"Makasih ya, Fir. Kamu juga jaga diri disana." Lalu, Ghina memutuskan panggilan sepihak.

Jika dulu, Ali tidak memerlukan waktu untuk menjawab pertanyaan sesederhana itu. Entah mengapa pertanyaan itu terasa sangat sulit bagi Ali, ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan. Termasuk kelanjutan hubungannya dengan Ghina.

Ali mengambil salep pemberian Prilly di dalam tas ranselnya, ia menatap salep itu dengan lama. Ingin rasanya Ali mengembalikan dua hal; waktu Prilly yang telah ia sia-siakan dan perasaan cinta Prilly.

  * * *

"Sumpah, gue lupa ngambil handphone gue!" Ujar Prilly sambil menepuk jidatnya.

"Biar aku ambilin, Pril, kalian ngikut jalan setapak ini aja. Terus aja, gak perlu belok-belok lagi," tawar Bimo.

Prilly menggeleng keras, "Gak perlu, Bim. Aku yang balik aja."

"Tapi—" perkataan Bimo belum selesai namun telah dipotong oleh Prilly, "Serius, Bimo, lagian ini masih belum jauh-jauh amet dari tenda kok."

"Gue temenin lo, Pril," ujar Indah.

Prilly menggeleng tidak setuju, "Percaya deh, gue bisa balik sendiri. Lagian di tenda masih ada Ali juga kan? Palingan entar gue bareng aja sama dia."

"Lo yakin?" Tanya Rassya memastikan.

"Kalian pada kenapa sih? Lagian ini juga tinggal balik, terus udah sampe tenda kok. Soal bareng sama Ali, palingan gue jalan duluan." Jawab Prilly.

"Jangan keras kepala, Pril. Gue bareng lo titik," ujar Indah sambil menggandeng lengan Prilly.

"Bye, guys! Kalian duluan aja, entar gue sama Prilly nyusul, kita tau jalan kok," lanjut Indah sambil melambaikan tangannya.

Kemudian, dengan berat hati Bimo dan kawan-kawan berjalan terus menuju tempat pemandian yang disebut-sebut tadi. Sedangkan Indah dan Prilly berjalan kembali ke tenda.

Di tengah perjalanan, Indah merasa kebelet dan ingin buang air kecil. Ia menyuruh Prilly untuk berjalan duluan ke tenda yang sudah semakin dekat.

"Udah buruan, Pril, gue tunggu disini." Ujar Indah.

"Jangan kemana-mana lo, ngilang entar!" Ujar Prilly.

* * *

Indah berjalan menuju tenda dengan ngos-ngosan, "Loh, kok lo balik lagi, In?"

Indah mengernyitkan dahinya bingung, "Prilly juga balik ke tenda tadi bareng gue."

Ali menggelengkan kepalanya, "Orang daritadi gue berdiri disini gak ada siapa-siapa kok."

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang