1. Kemelekatan Terhadap Ali

7.7K 664 39
                                    

Terlalu lemah untuk menyerah, namun terlalu lelah untuk tetap bertahan.

2 Tahun Kemudian.

Di pagi yang cerah, begitu juga dengan suasana hati Prilly. Ia bersenandung dengan langkah kecil menuju kelasnya. Prilly tak segan-segan menyapa siapa saja yang bertemu pandang dengannya. Memang, Prilly dikenal sebagai gadis ramah dan ceria, cenderung hiper malah.

Sesampainya di depan kelas, ia menarik nafas terlebih dahulu. Setelah merasa nafasnya cukup, Prilly menekan knop pintu dan bersorak menyapa teman sekelasnya. Beberapa orang menyapanya balik, beberapa lagi sibuk dengan tugas masing-masing, dan ada yang tidak menghiraukan kehadirannya.

Terutama seseorang yang sudah dua tahun belakangan ini selalu mengabaikan kehadirannya, "Selamat pagi, Ali. Semoga hari ini dan seterusnya kita makin langgeng ya!"

Prilly berjalan menuju meja Ali tanpa menaruh tasnya terlebih dahulu. Ali masih mengabaikan kehadiran Prilly, meski gadis itu telah berdiri tak jauh darinya.

"Duh, ileh. Pagi-pagi udah cerah aja, Pril."

"Ya, iyalah gue cerah. Secara Ali adalah alasan kenapa gue rajin dateng ke sekolah."

Jawaban gamblang yang dilontarkan Prilly tidak membuat Ali berhenti dari aktivitasnya. Mungkin karena ia juga telah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Ali –selaku ketua kelas– beranjak dari kursinya berniat menuju perpustakaan untuk mengambil buku paket Matematika. Prilly yang menangkap isyarat Ali ingin lewat pun mencegahnya.

"Eits! Kamu pasti mau ke perpus 'kan? Yuk, biar aku temenin," ujar Prilly sambil mengedipkan sebelah matanya.

Ali sama sekali tidak berniat merespon ucapan Prilly, yang dianggapnya tidak begitu penting dan hanya akan membuang-buang beberapa menitnya saja. Ia pun dengan sigap menghindari tubuh Prilly yang berjarak tidak lebih dari dua jengkal dengannya.

Langkah Prilly pun ikutan sigap, ia mengekori Ali dari belakang.

"Ali, kok diem sih? Gak punya mulut, ya? Cewek cantik begini kok dianggurin sih? Ali, dengerin aku dulu dong!" Langkahnya agak terseok karena langkah Ali yang lumayan lebar.

"Ali, tungguin aku dong! Capek tau ngejar-ngejar kamu, mana langkah kamu lebar banget lagi!" Volume suara Prilly mengencang, meski begitu tidak membuat Ali berbalik.

"Li, Ali, jalannya pelan-pelan aja kenapa sih?! Aduh, duh, duh, rambut aku keseleo nih!"

Ali membalikkan tubuhnya lantaran kesal dengan tingkah absurd Prilly, sedangkan yang ditatap hanya bisa memasang cengiran jahilnya.

"Sangking cintanya kamu sama aku, sampe-sampe kamu percaya kalo rambut aku keseleo? Uh, so sweetnya," goda Prilly sambil tersenyum mesem-mesem.

Ali hanya menatap Prilly malas, "Udah dramanya?"

"Ya ampun, Ali. Aku tuh lagi serius, enggak ada drama-dramaan."

Ali mendengus malas, "Jangan gangguin gue lagi. Bisa gak?"

"Eng-Gak!" Pernyataan Prilly mutlak dan tidak akan berubah.

"Lo!" Ali menatap mata Prilly dengan tajam dan terlihat ada kilatan emosi. Prilly malah menantang Ali dengan tatapan tengil khasnya.

"Kenapa, Ali? Mau bilang I love you, ya? Kalo gitu, i love you too!"

"Argh!" Tangan Ali terkepal di samping kantong celananya.

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang