51. Kencan Pertama

933 125 4
                                    

Indah menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kamar Prilly yang lebih layak disebut kapal pecah, "Masih belum ada yang cocok?"

"Gue gak ada baju, In," tubuh Prilly merosot ke lantai.

"Jadi, selama 45 menit lo ngapain aja hah?! Ngitungin keramik?" Tanya Indah dengan nada jengkel. Prilly bahkan telah mengeluarkan 85% isi lemarinya, mencoba baju, berputar-putar di depan cermin, lalu menggelengkan kepala dan beralih ke baju lain.

"Ya, bukan gitu, In. Tapi ini first date gue, ya kali gue pake baju ngasal," ujar Prilly dengan nada yang sama frustasi.

"Udah, paling cocok lo pake seragam aja, Pril. Atau karung goni noh," cibir Indah sarkas.

Prilly menatap Indah dengan garang, "Lo kok gitu sih, In! Ya, namanya ini kencan pertama gue sama Ali. Gue harus pake baju yang terbaik lah."

"Gaun biru tadi bagus," ujar Indah malas.

"Tapi, kalo ternyata Ali ngajak gue ke pasar malam gimana? Ya kali, ke pasar malam pake gaun," ujar Prilly bingung.

"Lo ribet banget, asli," Indah menggeram di tempatnya.

"Lo udah tanya mau ngerayain first date kalian dimana?" Prilly menggeleng dengan polos.

"Ya Tuhan, dosa apa gue punya temen bucin, mana goblok lagi," maki Indah dengan sebal.

"Mending sekarang lo tanya kalian bakalan first date dimana," ujar Indah. Prilly menggeleng tidak mau, "Gue mau surprise aja, In."

"Yaudah, kalo gitu fix lo pake seragam aja deh. Daripada lo bingung mikirin kostum," ujar Indah dengan ide yang sangat buruk.

"Gue pake celana aja kali ya? Menghindari salah kostum juga," balas Prilly yang dibalas dengan dengusan.

"Serah lo, Pril, daritadi gue udah muji celana lo bagus. Lo malah muter-muter nyobain gaun," Indah benar-benar jengkel dengan Prilly. Sedangkan, pelakunya hanya tersenyum cengengesan.

* * *

Ali menetralkan degupan jantungnya, ini kali pertamanya berkencan dengan orang yang telah mengusik hidupnya selama tiga tahun belakangan ini. Ali bahkan tidak pernah menyangka, hari seperti ini akan datang. Hari dimana ia dan Prilly berkencan dengan status baru mereka, in a relationship.

Prilly keluar dari rumahnya dengan senyuman malu-malu, terakhir ia memakai turtleneck lengan panjang berwarna merah marun dan ripped jeans hitam. Netra Ali beradu pandang dengan netra Prilly, senyumannya ikut mengembang. Debaran di dada mereka semakin tidak karuan.

Sampai akhirnya, Prilly berdiri tepat di depan Ali. Melihat Ali dari jarak sedekat ini, membuat ia terlihat tampan luar biasa, dengan memakai hoodie berwarna navy dan celana panjang putih.

"Udah belum senyumnya?" Tanya Ali sambil terkekeh pelan.

"Gak bisa berhenti senyum, Li," ujar Prilly jujur.

Ali melihat wajah polos Prilly hanya bisa mengulum senyuman gemas, "Silakan nikmati ciptaan Tuhan di hadapan kamu sepuasnya."

"Terima kasih Tuhan, udah menciptakan manusia titisan dewa di hadapan aku, gantengnya luar biasa," Prilly menatap langit seolah-olah ia sedang berbicara dengan Tuhan.

Ali gemas bukan main, ia mencubit hidung Prilly pelan. "Yuk, berangkat, keburu kemaleman ntar," ajak Ali yang diangguki semangat oleh Prilly.

Ali memasangkan helm di kepala Prilly, "Keselamatan Tuan Puteri, nomor satu."

Sial, hari ini Ali bertingkah sangat manis.

Ali membuka pijakan motor di belakang, membiarkan Prilly naik dengan nyaman. Kemudian, ia menarik kedua pergelangan tangan Prilly dan membiarkan lengan Prilly melingkar sempurna di perutnya.

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang