40. Sebuah Jaminan Kepastian

2.1K 285 36
                                    

Hari ini adalah hari terakhir ujian sebelum kenaikan kelas, Prilly dan kawan-kawan terlihat sangat bersemangat menyambut liburan yang telah mereka rencanakan sedemikian rupa.

"Oh iya, Ali juga bakal ikut camping kita kali ini," ujar Bimo. Prilly yang sedang menopang dagunya seketika tersadar.

Bimo yang menyadari keterkejutan Prilly langsung bertanya, "Boleh 'kan?"

Prilly mengangguk kaku, "Loh, emangnya kenapa? Santai aja kali," sambil diiringi dengan tawa canggung.

"Kok tiba-tiba, Bim?" Tanya Rassya penasaran.

"Emang tiap tahun Ali selalu jadi pemandu camping di geng motor, tanya aja tuh sama Maxime," Bimo mengalihkan pandangannya ke arah Maxime yang duduk tidak jauh darinya.

Maxime mengangguk mengiyakan, "Ali punya skill ketahanan diri yang kuat."

* * *

Pagi-pagi sekali, mereka semua telah berkumpul di markas geng motor. Tetapi, Prilly masih belum kelihatan sama sekali.

"Bim, cewek lo kok belum dateng?" Tanya Arman.

Bimo terlihat sedikit gelisah, "Handphone dia dari semalem gak aktif."

"Lo udah coba ke rumahnya?" Tanya Rassya.

Bimo menggeleng, "Dia bilang dia gak mau dijemput kemarin, jadinya gue kira kita bakal langsung ketemuan disini."

Bani membuka mulutnya, "Biar gue ke rumah Prilly."

Rassya menahan bahu Bani, "Terlalu beresiko."

Ali menyela percakapan Rassya dan Bani, "Kalau gitu gue yang jemput Prilly aja."

Bimo menggeleng, "Gapapa kalian semua berangkat duluan, biar gue barengan sama Prilly."

"Mending lo sama Ali barengan jemput Prilly," usul Maxime yang disetujui oleh Bimo.

"Emang mobil kalian masih muat? Rassya sama Dino ngikut bareng gue juga masih bisa kok," lanjut Bimo.

"Yaudah, berarti mobil gue ada gue, Bani, Arman, Fathar, sama Dino." Usul Maxime.

"Nah, mobil Bimo yang ikut Bimo, Prilly, Ali, Rassya, sama Indah aja ya." Imbuh Maxime.

Setelah menyetujui kesepakatan yang dibuat Maxime, masing-masing masuk ke mobil yang telah ditentukan.

"Bim, lo udah coba call Prilly lagi gak? Siapa tau handphonenya udah aktif," tanya Indah.

"Masih belum aktif," balas Bimo sambil mencoba menghubungi Prilly kembali.

"Lo tau gak kira-kira dia kenapa, Sya?" Tanya Bimo dengan nada khawatir.

"Dia juga gak ngabarin gue sama sekali, mending sekarang kita susulin ke rumahnya," ujar Rassya yang diangguki oleh Bimo. Bimo segera menyalakan mesin dan memacu mobilnya menuju rumah Prilly.

Sesampainya mereka di depan rumah Prilly, Bimo bergegas turun untuk memastikan keadaan Prilly. Tangan Ali juga hendak membuka pintu mobil, namun suara Rassya langsung menginterupsi.

"Jangan bertingkah seolah peduli," ujar Rassya dengan dingin.

Ali kembali menarik tangannya dari pintu mobil, ia sedang tidak ingin beradu mulut dengan Rassya saat ini. Entah apa yang ada di pikiran Ali saat itu, perasaannya benar-benar sedang tidak karuan.

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang