54. Euforia Yang Membuncah

717 84 2
                                    

"Prilly!" Teriak Gritte sambil menghampiri Prilly. Prilly yang melihat hal itu merasa kaget karena tumben sekali Gritte menghampirinya dengan buru-buru?

"Kenapa?" Tanya Prilly bingung.

Gritte menerjang tubuh Prilly dengan pelukannya, "Gue bahagia ngelihat lo bahagia, Pril."

Hati Prilly menghangat, "Thankyou, Te."

"Akhirnya, Tuhan ngabulin doa lo ya?" Tanya Gritte sambil tertawa kecil. Matanya terlihat berkaca-kaca, "Tuhan emang baik banget sama lo."

Prilly mengangguk kembali, "Gue juga masih suka gak nyangka, Te."

Gritte mencubit pipi Prilly dengan gemas, "Pokoknya lo harus bahagia dan langgeng sama Ali. Kalo dia jahatin lo, jangan lupa kabarin gue. Biar gue kebiri anunya!"

Prilly melotot dengan garang, "Enak aja! Masa depan gue itu." Gritte tertawa setelahnya, "Tapi gue yakin sih, Ali gak mungkin nyakitin lo lagi."

"Amin." Prilly tersenyum mendengar ucapan Gritte.

"Dia baik banget sama gue," balas Prilly yang membuat Gritte tersenyum, "Baguslah. Gue tunggu undangan dari kalian ya! Lo 'kan rencananya mau nikah setelah tamat SMA 'kan?"

Prilly tertawa kecil, "Iya, gue mau sih. Tapi Alinya tuh, dia gak mau, katanya belom siap."

"Lo sih, ganas banget, rawr!" Gurau Gritte yang membuat Prilly menepuk lengannya pelan.

Gritte melihat wajah Prilly dengan lama, kemudian ia memeluk Prilly lagi, "Aaaa...sahabat gue akhirnya punya ending yang bahagia."

Prilly membalas pelukan Gritte dengan erat, "Aaaa...makasih udah nguatin gue selama proses menaklukkan hati Ali."

* * *

Tawa Prilly berderai, akhirnya Indah jatuh juga ke pelukan Rassya. Indah akui bahwa ia tidak dapat menolak pesona Rassya, semua perjuangan dan ketulusan pria itu membuatnya luluh juga.

"Gue rasa kita harus double date," usul Prilly sambil bertepuk tangan riang.

Ali melirik ke arah Rassya dan mengangguk pasrah setelahnya, "Kamu yang atur aja." Prilly dan Indah saling bertatapan dan tersenyum puas.

"Tapi, bentar, bentar. Double datenya di mana dulu nih?" Tanya Rassya menengahi.

"Di hutan aja, gimana?" Tanya Indah dengan wajah lugunya.

"Gak!" Kali ini, Ali yang menolak.

Prilly tertawa jenaka, "Ya udah, di kebun binatang aja gimana?" Usul Prilly tidak jauh lebih buruk dari usulan Indah.

Akhirnya, mereka berempat memutuskan untuk menjalani kencan berganda itu di sebuah mall. Hal pertama yang mereka lakukan adalah menonton film di bioskop.

"Horor!" Ujar Prilly tidak mau kalah.

"Anjir, gak mau." Balas Rassya tidak setuju.

"Sayang, kamu lihat tuh Rassya gak mau ngalah!" Adu Prilly dengan manja.

Ali menahan tawanya, "Ayolah, Sya."

"Dih, apaan pake ngadu-ngadu sama pacar?! Bebeb, kamu lihat tuh si Prilly maksa aku!" Rassya juga tidak mau kalah, ia menggoyangkan lengan Indah sambil mengerucutkan bibirnya.

Indah menepuk jidatnya, "Udah, biar adil. Kita mencar aja gimana? Ya, lo sama Ali nonton horor. Gue sama Rassya nonton action. Entar setelah kelar, kita ketemuan di resto aja. Gimana?"

Prilly awalnya tidak setuju, tetapi ia merasa bahwa ini adalah kesempatan yang tepat untuk modus kepada Ali. Mau tidak mau, ia mengangguk menyetujui.

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang