1.8 | Be sick over

317 45 35
                                    

Satu-satunya hal yang lebih menyedihkan dari dibenci adalah diabaikan.

🍂

🍂

🍂

 Hari ini Retalyo sengaja pulang lebih cepat dari jam kerja yang lain agar tidak pulang bersama Ranuca seperti biasanya, untung saja ia membawa mobilnya sendiri karena tadi pagi ia juga berangkat lebih dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hari ini Retalyo sengaja pulang lebih cepat dari jam kerja yang lain agar tidak pulang bersama Ranuca seperti biasanya, untung saja ia membawa mobilnya sendiri karena tadi pagi ia juga berangkat lebih dulu.

Sejak kejadian tadi pagi ia jadi kesal pada laki-laki itu yang menganggap ucapannya hanya angin lalu. Ia masih bisa bersabar jika laki-laki itu menanggapi topik pembicaraan seadanya. Tapi semalam ia sudah berbicara dengan serius bahkan sempat khawatir melihat laki-laki itu sampai tertidur di ruang tengah. Tapi Ranuca hanya menanggapinya dengan santai.

Retalyo memutuskan untuk tidak pulang ke Apartemen melainkan ia pulang ke Bandung ke kediaman orangtuanya.

"Teh, rumah kok sepi? Ayah, Bunda, A Tama pada kemana?" tanya Retalyo saat memasuki rumah hanya ada Teh Anggita sendiri.

Anggita yang sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca majalah menjawab dengan mengalihkan pandangannya sejenak pada Retalyo. "Bunda sama Ayah lagi ke swalayan buat belanja bulanan Dek, sekalian ngabulin permintaannya utun yang lagi pengen mangga muda. Kalau Tama gausah ditanya dia mah sibuk terus orangnya." Anggita mengusap perutnya yang datar.

Retalyo membuka mulutnya, lalu meloncat girang ke sebelah Kakak iparnya itu.

"Aaaa ada dedek nya nih sekarang. Selamat ya Tehh,akhirnya Reta bakal jadi aunty, keluarga kita juga bakalan ada anak kecil nih."

Anggita mengangguk senang, "Makasih ya Ta... Pokoknya kamu sabar-sabar aja ya sampai sembilan bulan ke depan. Pokoknya Teteh janji kali ini bakal lebih aware biar kejadian lalu ga terulang."

Retalyo mengangguk setuju.

"Dek... Kamu mau dibuatin Teteh minuman apa?" Tanya Anggita hendak berdiri. Namun dicegah Retalyo cepat-cepat.

"Aku bisa buat sendiri kok Teh, pokoknya Teh Anggi ga boleh capek-capek." tolak Retalyo.

"Eh terus kamu kok Adek tiba-tiba disini? Sendiri pula... Ranucanya mana?" heran Anggita dan baru tersadar akan hal itu.

Retalyo jadi menyandarkan tubuhnya ke belakang sofa. Dan Anggita yang paham akan gesture tersebut langsung menyimpan majalahnya lalu beralih melihat ke arah adik iparnya yang nampaknya sedang ada masalah.

"Lagi kenapa?"

"Capek banget hari ini." balas Retalyo seadanya, Anggita tidak bertanya lagi. Ia memutuskan untuk mengambilkan adik iparnya itu minuman terlebih dahulu baru setelah itu ia akan bertanya lagi.

Tak lama, Anggita kembali ke dalam kamar dan memberikan segelas jus jeruk. "Nih dek minum dulu."

Retalyo mengambilnya dengan senyuman tipis, "Jadi ngerepotin kan, tapi makasih ya Teh."

CINTA DUA KUTUBWhere stories live. Discover now