Chapter 44: No More Reason

222 38 13
                                    

-Lucille-

Tidak ada yang terlalu spesial dari acara ini. Hanya lebih banyak makanan tersedia di tenda ruang makan. Aku terduduk di meja panjang utama terus menerus berpura-pura meminum sesuatu yang tidak lagi ada di gelasnya. "Aku bisa meminta pelayan menuangkan lagi minumannya jika kau mau, Lucille." Nazaam berbisik tanpa menatapku. Aku tidak ingin melihatnya. Bukan karena aku tkaut, tapi... aku hanya tidak mau.

Aku menggeleng dan menjawab, "Tidak. Terima kasih."

Pernikahan ini bukanlah sesuatu yang aku inginkan, apalagi dengan orang yang menutup dirinya dariku saat aku mencoba untuk mengenalnya. Ia masih berbicara padaku, memeriksa apa aku baik-baik saja. Setidaknya ia berusaha.

Setelah menghabiskan waktu beberapa hari bersamanya, perasaan yang aku miliki untuknya hanyalah perasaan jengkel. Selir di mana-mana dan ia begitu dingin dan sinis meski sedang menanyakan kabarku. Edmund justru kebalikannya. Ia begitu hangat dan lembut meski aku tahu ia tidak ingin berbicara denganku. Namun di sisi lain aku melihat sedikit perbedaan saat Nazaam menghadapi wanita dan anak-anak, mungkin dia masih memiliki sisi yang bisa disukai. Tidak seperti orang-orangnya, ia tahu kapan ia harus tegas. Meskipun begitu, aku juga sadar kalau aku tidak akan benar-benar mendapatkan apa yang aku inginkan darinya seperti apa yang aku pikir saudariku dapatkan dari Edmund.

Kadang aku berpikir kalau dunia memang tidak adil. Aku pernah mendengar orang tua lain berkata pada anak mereka untuk mengikuti kata hati mereka dan berjalan di jalan mereka sendiri, tapi aku tahu kalau berjalan di jalan ayahku akan membuat hidupku terjamin walau aku sering bertanya, apa itu yang benar-benar aku inginkan?

Ku dengar orang-orang di sekitarku memuji apa yang mereka lihat dariku. "Rambutnya pirang bagaikan sinar mentari, anggun, dan penurut seperti yang diharapkan dari seorang wanita."

Penurut... apa hanya itu yang mereka inginkan dariku? Penurut? Namun bagaimana kalau aku menuruti orang yang salah? Apa mereka akan peduli?

Duduk di kursi makan ini, kursi makan seorang Ratu saja sudah membuatku bertanya-tanya, apa yang sebenarnya aku inginkan di sini? Takhta? Atau Cinta? Meskipun aku tahu pria yang aku cintai tidak mencintaiku. Rasanya panas telingaku setiap kali seseorang di Archenland membicarakan bagaimana romantisnya kisah cinta Edmund dan Luna. Sangat menjengkelkan.

Tapi, apa dengan mengambil bagian dalam peperangan untuk menjatuhkan kekuasaan mereka berdua akan membuatku bahagia? Apa terduduk di samping Nazaam sepanjang sisa hidupku akan membuatku bahagia?

Ini hari pernikahanku. Namun kepalaku berada di tempat lain, bermimpi untuk menikahi Edmund, menari di tengah pesta sederhana dikelilingi pepohonan hijau dan bunga-bunga berbagai warna melengkapiku yang memakai gaun pernikahan putih yang ibu asuhku janji akan jahitkan untukku, tapi di mana semua itu sekarang? Bunga-bunga dan pepohonan tertutup abu mesin uap. Sekarang, aku tidak bisa bertemu orang-orang yang telah membesarkanku lebih dari ayahku sendiri dan aku yakin sekarang Edmund jauh lebih membenciku dibanding sebelumnya.

Aku muak dengan acara ini, jadi aku meminta izin pada Nazaam untuk pergi kembali ke tenda. Ia mengizinkanku dan tanpa berpikir panjang, aku berjalan keluar dari tenda. Hari masih gelap dan bintang-bintang masih menghiasi langit itu meski sebentar lagi matahari akan terbit. Asap-asap penempaan sudah tidak lagi menutupi langin perkemahan, aku bisa melihat bintang-bintang itu dengan jelas. Setidaknya aku tidak merasa sendirian di bawah bintang-bintang itu.

Aku berjalan melewati tenda-tenda kosong. Semua orang ada di tenda ruang makan kecuali para prajurit yang tendanya berada di sisi lain perkemahan. Aku kira tidak akan ada lagi hal aneh atau mengganggu terjadi, sampai aku mendapati sebuah cahaya kecil bersinar dari dalam tenda ayahku. Aku mencoba mencari seseorang di sekitarku namun tidak ada sama sekali. Aku mencoba mengintip ke dalam tendanya pun tidak ada orang. Aku kira itu mungkin cahaya obor atau semacamnya, namun aku salah. Cahaya tersebut berasal dari peti baju ayahku yang tak tertutup.

Lost In Time: Martyrs (BOOK 2)Where stories live. Discover now