Chapter 54: Halvor Hamid

112 28 6
                                    

Phil tidak percaya dengan apa yang baru saja pamannya ucapkan. Lucille terlihat dingin membeku di tempatnya berdiri dan dengan mata berkaca-kaca. "Tidak... tubuhnya tidak pernah ditemukan. Ia pasti masih hidup."

"Sudah terlambat untuk memperbaiki kesalahanku. Dan sejujurnya aku yakin aku tidak sepenuhnya salah." Constance menyerang Phil dengan brutal, masih dengan pedang dengan Nightshade mengalir di bilahnya. Phil yang masih terpukul atas pengakuannya hanya bisa menahan serangan demi serangan. Ia tidak lagi terlihat sekuat sebelumnya.

Luna tahu ada yang salah dari duel itu. Ia memaksa untuk mendekati area duel namun Edmund berlari ke arahnya dan menahannya, "Jangan..."

"Apa yang terjadi?" tanya Luna panik.

"Tuan Hamid terluka, hanya itu." Edmund menutupi pengakuan Constance karena tidak ingin Luna khawatir.

Namun, hidup di dunia penuh kebohongan selama bertahun-tahun mengajarkan Luna sesuatu. "Aku tahu kau berbohong, Ed."

Edmund tidak terkejut karena itu namun ia tetap khawatir seseorang akan kehilangan kendali mendengar berita seperti itu tanpa bukti. "Constance bilang... ia telah membunuh ayahmu. Tapi Lucille bilang tubuhnya tak pernah ditemukan. Ia bisa saja berbohong."

"Ia berbohong," bantah Luna. "Ayah mengirimkanku paket sebelum perjalanan kita dimulai. Constance mungkin mencoba dan berasumsi bahwa ia telah membunuh ayahku. Mungkin ia ingin mempengaruhi Phil." Luna berlari mendekati area duel dan menjelaskan apa yang ia ketahui. "Meski kau telah mencobanya, mungkin ayahku masih hidup. Mungkin kau, untuk kesekiankalinya, gagal membunuhnya, Constance."

"Berharaplah semaumu, itu tidak akan mnegubah apa pun," sindir Constance.

"Ayahku lebih kuat dan cerdas dari yang kau pikirkan. Aku yakin... Dengan seluruh darah mengalir di nadiku, aku percaya ia masih hidup. Jangan sampai Constance mempengaruhimu, Phil. Selesaikan duel ini," pinta Luna.

Phil yang tadinya pucat dan membatu langsung berdiri dan menghantamkan perisainya kepada Constance membuat darah keluar dari hidungnya. "Itu untuk kebohonganmu, pak tua."

Sementara duel berlanjut, Luna mengalihkan pandangannya dan mendekati tuan Hamid yang mencoba meraihnya. "Aku hanya bisa bilang kalau kau mewarisi semangat ibumu. Kau percaya pada apa yang kau rasakan dan kau mengikuti ke mana hatimu pergi. Sebuah anugerah memiliki hati sekuat dirimu."

"Kau tahu ibuku?" Luna tidak mendengarkan penjelasan tuan Hamid sebelumnya dan Edmund menjelaskannya untuk tuan Hamid. Luna ingin mencoba menyembuhkannya dengan jus bunga api namun tuan Hamid untuk kedua kalinya menolak... dan dengan sisa tenaga ditubuhnya ia berkata, "Lukaku yang sebelumnya juga terdapat racun didalamnya. Salah satu dari mereka dikirim untuk membunuh nona Lucille namun aku berhasil menghadangnya. Lupakanlah jus bunga api. Aku senang melihat kalian hidup dan baik-baik saja. Suatu hari kalian akan tahu ceritaku. Sepertimu, aku juga percaya ayahmu masih hidup. Setidaknya, itulah yang aku inginkan."

Ia menghapus air mata di pipi Luna dan berpesan, "Sampaikan salamku padanya. Kawan lamaku, Archie... misiku telah selesai."

Lost In Time: Martyrs (BOOK 2)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora