Chapter 18: The Mathieus

365 68 7
                                    

-Edmund-

Setelah tidur lama, kami terbangun cukup pagi, bahkan saat matahari belum bersinar terang. Aku mencoba memeriksa luka Luna lagi tapi ajaib, tidak ada lagi pendarahan, lukanya kecilnya tertutup dan dia merasa baik-baik saja. Jadi kami memulai perjalanan kami mengikuti sungai. "Baiklah, tujuan kita sekarang adalah kastil Telmar. Kalau dugaanku tepat, kita sudah dekat dengan daerah hutan lain, Lantern Waste, setengah jalan ke kastil Telmar. Harap-harap ada desa kecil di sana. Seingatku sih tidak tapi banyak pohon buah yang bisa kita makan. "

"Sepertinya kau paham sekali dengan Lantern Waste," ujar Luna.

Aku terkekeh mengingat ia tidak tahu apa-apa soal ini. "Tentu saja... salah satu gelarku adalah 'Duke of Lantern Waste'. Secara teknis, sejak dulu, wilayah itu adalah salah satu wilayah kekuasaanku."

"Itu pun kalau struktur kerajaan Narnia masih sama dengan masa kekuasaanmu dulu," Aku tahu Luna ingat kejadian Lucy hampir jatuh dari tebing setelah mengetahui kalau River Rush menyurut. Aku menatapnya dan mengangguk.

Dia benar. Narnia sudah jauh berubah. Aku tidak sempat belajar banyak tentang situasi Narnia saat ini. Aku bahkan tidak tahu apa aku masih Raja atau bukan. "Apa pun itu, kita harus mencoba mencari bantuan. Kita harus mencari Lucy dan Phil secepatnya."

Tidak jauh di depan, kami melihat asap keluar dari cerobong asap sebuah rumah. Rumah itu berpenghuni dan satu-satunya rumah di sekitar sini. Aku mengajak Luna ke rumah itu walau kami sedikit takut kalau-kalau pemilik rumahnya tidak begitu ramah. Kami mengetuk pintunya beberapa kali namun pintunya tidak juga terbuka, tapi ada dua orang anak kecil berlari dan bermain bersama ibu mereka, seorang pria menggandeng tangan anak gadisnya, mereka berjalan dari samping rumah dengan keranjang berisi telur dan sayuran. "Permisi, maaf kalau kami mengganggu anda. Kami sangat butuh bantuan," jelasku.

Pria itu seperti menyadari sesuatu dan menunduk kepadaku. "Kalian, menunduklah, beliau adalah Raja Edmund."

Keluarga itu menyadarinya dan mereka semua menunduk kepadaku membuatku tersenyum. "Tidak perlu terlalu formal. Kalian tahu siapa aku?"

"Tentu saja Yang Mulia. Aku ada di sana saat kau kembali ke duniamu," jawabnya.

Pria itu mengalihkan pandangannya dariku ke arah Luna yang sedang menunduk di belakangku. "Dan tentu saja aku mengenalimu nona Luna. Sebuah kehormatan bertemu dengan anda."

Luna menjawab dengan senyuman lesu dengan wajah agak pucat. "Tidak, ini adalah kehormatan untukku bertemu denganmu."

Lalu seoran gadis muda yang terlihat seumuran dengan Luna menghampirinya dan bertanya. "Apa kau baik-baik saja nona? Kau terlihat kurang sehat."

Aku menghampiri Luna dan mencoba memeriksa apa dia terkena demam. Sangat mungkin seseorang yang terluka bisa terkena demam. "Tidak, aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah," jawabnya.

Aku berusaha menjelaskan semuanya kepada keluarga itu. "Dia belum pulih sepenuhnya, aku harap kau bisa membantuku, mungkin beberapa potong roti dan air bersih. Tujuan kami adalah kastil Telmar, kami harus menemui Raja Caspian dan menemukan adikku dan kakak Luna."

Sang ibu berkata, "Perjalanan dari sini ke kastil Telmar akan sangat melelahkan jika berjalan kaki. Kalian bisa tinggal di sini sementara, setidaknya sampai nona Luna pulih."

Aku bertanya apakah mereka keberatan tapi mereka sangat ramah dan menerima kedatangan kami. Kami masuk ke rumah mereka. Tidak begitu besar tapi cukup untuk mereka. Tapi tidak seperti kastil-kastil yang pernah aku tinggali, fondasi rumahnya hanyalah batu-batu dan kayu biasa, tidak ada relik atau batu 'mahal' seperti kastil. Kami duduk di sebuah meja kayu panjang. Mereka menyiapkan makanan seperti sup, roti dan beberapa buah-buahan. Makanan sederhana. Tidak ada kemewahan sama sekali tapi mereka tampak senang dengan apa yang mereka miliki. Mereka adalah keluarga Mathieu. "Namaku Alistaire , dan istriku, Leanna, anak gadisku, Valencia dan dua anak laki-lakiku, Logan dan Luke." Itu bagaimana dia mengenalkan keluarganya kepada kami.

Kami berbincang sambil menyantap makanan kami. "Tuan, jika aku boleh tahu, apa saja yang terjadi setelah kami kembali ke dunia kami? Apa yang terjadi dengan Narnia? Apa yang terjadi dengan gelarku?" tanyaku berusaha mengejar ketertinggalan informasi tentang kerajaanku sendiri.

"Beberapa hari setelah kalian kembali ke dunia kalian, Raja Caspian membuat formasi dewan perundingan yang baru. Mereka mengumumkan nama bangsawan yang tersisa dalam monarki Narnia. Gelarmu sekarang adalah Raja Tertinggi, Yang Mulia. Tuan Phylarchus Di Ilios akan diberi gelar Knight of Narnia, nona Luna akan diberi gelar Dame of Narnia karena mereka sudah terlibat perang dengan Telmar sebelumnya," papar tuan Mathieu.

Aku menghela nafas lega. Aku kira semuanya sudah diambil alih. Bukannya aku gila kekuasaan tapi, aku merasa bertanggung jawab setelah Aslan bilang kalau Peter dan Susan tidak akan kembali ke Narnia lagi. Lalu aku teringat dengan ayah Luna, tuan Archie. Ksatria Archenland.

"Bagaimana dengan Archenland? Aku masih ingat kalau Archenland adalah sekutu terbesar Narnia sejak dulu. Apa ada kabar dari kerajaan itu?" tanyaku penasaran terpikir dengan negeri tetangga yang telah lama tak kudengar namanya.

Tuan Alistaire menjawab dengan agak ragu. "Rumor menyebar dengan sangat cepat. Sejak dulu, keluarga kami tinggal di Archenland, kami terpaksa meninggalkan rumah lama kami sebelum kami kehilangan semuanya. Raja Nain adalah Raja terakhir Archenland. Beliau meninggal tanpa pewaris takhta ataupun bangsawan sedarah beberapa bulan yang lalu, pemerintahan mereka diambil alih oleh para dewannya. Archenland seakan-akan tidak memiliki pemimpin namun para dewannya terus menerus meminta pajak pada rakyat dengan tanpa alasan. Sangat di sayangkan, dengan ancaman-ancaman yang sering kali mereka dapatkan dari bangsa Calormen, Archenland hanyalah kerajaan yang rapuh. Mereka bisa runtuh kapan pun."

Apa? Bagaimana bisa? Bangsa Calormen itu tidak pernah belajar dari kesalahan lalu mereka. Mereka tidak akan berhenti mencoba menghancurkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Luna memegang tanganku dan berbisik, "Kau bisa mengurus semuanya saat kita sudah bertemu Caspian, jangan biarkan amarahmu mengambil alih. Tidak di hadapan orang-orang ini."

Aku menarik nafas. "Tenang saja. Aku akan membantu mereka sebisaku. Aku tidak akan melupakan keramahan keluarga kalian. Jika kalian membutuhkan sesuatu, datang saja ke kastil Telmar dan minta bantuan kepada monarki mana pun yang sedang bertugas. Katakan kalau kalian ada di bawah perlindunganku. Aku hanya bisa mengharapkan kesetiaan dan dukungan keluarga kalian terhadap monarki Narnia."

Tuan Alistaire tersenyum dan menjawab, "Tentu saja, Yang Mulia."

Lost In Time: Martyrs (BOOK 2)Where stories live. Discover now