Holmes

239 23 1
                                    

Setelah kejadian makan malam itu, Vania dan Febrian sama-sama disibukan dengan kesibukannya masing-masing. Walau begitu, hubungan keduanya pun semakin erat. Vania sering kali dihubungin oleh Franka hanya untuk menanyakan beberapa hal klise, seperti apakah Vania sedang sibuk?, lalu bagaimana kabar Vania.

Tentunya Vania senang dengan respon baik Franka yang merupakan ibu dari kekasihnya. Tapi ada satu hal lagi yang membuat Vania semakin senang, yaitu Helen. Perempuan itu selalu hadir disaat tertentu dirinya bertemu dengan Franka. Hal itu membuat Vania bisa lebih mengulik kasus Pert Corps yang sepengetahuannya, pemiliknya adalah kerabat dari pemilik Yorsen. Bukan hanya itu saja, tapi Pert Corps adalah pemilik saham yang paling banyak di Yorsen Group. Tentu saluran dana itulah yang akan menjadi penghubung hal-hal yang dirinya ingin ketahui.

Helen yang malang itu pun dengan senang hati selalu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh Vania. Namun dirinya itu tidak mengetahui niat tersembunyi dari Vania. Perempuan itu hanya menyangka Vania adalah seorang perempuan norak dan tidak level yang tidak tahu menahu mengenai kejayaan dari perusahaan milik Yorsen Group dan Pert Corps.

Lucunya lagi, Franka yang seperti mengerti niatan dari kekasih anaknya itu terkadang ikut menanyakan beberapa hal krusial mengenai kedua perusahaan besar itu. Hal itu tentu membuat hubungan Vania dan Franka semakin erat pula.

Satu bulan telah berlalu dan dirinya telah mengumpulkan beberapa hal yang membuatnya bisa tersenyum puas. Hari ini Vania seperti biasa hanya duduk di meja kantornya dan membolak-balikan beberapa kertas yang merupakan salah satu petunjuk dari kerja kotor kedua perusahaan itu. Saat dirinya tengah fokus menghubungkan beberapa keterangan, tiba-tiba pintu kantornya terbuka begitu saja. Oh, tentu saja dia tahu siapa yang datang. Karena hanya ada satu orang saja yang berani melakukan itu.

"Mau apaan lo?" tanya Vania tak tertarik dengan kehadiran orang itu dan tetap fokus dengan lembaran kertas di tangannya.

"Jutek amat lo ama abang sendiri. Dosa apaan gue punya adek enggak tahu diri macem lo?" ucap Jack sambil berjalan menuju meja adiknya.

Mendengar hal itu Vania hanya mendengkus saja.

"Kalau enggak penting dan cuman mau bikin otak gue makin pusing mending lo keluar," ucap Vania.

Perkataan itu membuat Jack terkekeh dan melemparkan satu berkas lengkap dengan beberapa notes di dalamnya di depan meja penuh kertas itu. Vania yang melihat beberapa lembar kertas menjadi berantakan langsung menatap abangnya kesal.

"Lo bisa lihat gak sih? Di atas meja gue ini ada kertas penting dan lo main lempar berkas ini begitu aja!" ujar Vania emosi sambil memijit kedua pelipisnya.

Bukannya menjawab ucapan Vania, Jack duduk begitu saja di kursi yang disediakan di ruangan adiknya itu. Laki-laki itu hanya bersiul dan tentu hal itu membuat Vania semakin emosi melihatnya.

Ih!!! Ingin rasanya kucekik orang bau kertas kantor ini! –batin Vania kesal.

Akhirnya, Vania pun memutuskan untuk mengambil berkas itu dan duduk di hadapan abangnya itu. Saat Vania duduk, Jack langsung tersenyum. Sedangkan Vania masih menatap abangnya itu kesal bukan main. Harinya seperti hancur tiba-tiba karena kedatangan orang bau kertas kantor itu.

"Apa ini?" tanya Vania to the point yang membuat senyuman Jack semakin lebar.

Jack mengubah gaya duduknya seperti seorang boss dan berkata. "See and read it."

Perkataan itu membuat Vania menatap abang seolah apakah abangnya sedang mengajaknya bercanda? Kalau iya, maka dirinya sangat tidak memiliki waktu untuk itu.

Tapi bukannya membuka suara, Jack malah memajukan dagunya sejenak seolah menunjuk berkas itu. Vania yang melihat hal itu menghela nafas pasrah dan menuruti kemauan abangnya. Lebih baik dirinya membuka berkas ini dan abang tua bangkotannya itu bisa keluar lebih cepat dari sini.

CRAZY PATIENT ✔ (Fin)Where stories live. Discover now