His name is Brian..?

822 56 11
                                    

"So, that's a deal then!" Ujar Vania penuh dengan senyuman penuh percaya dirinya, yang disambut gelak geli oleh Febrian.

"Deal!" Jawab Febrian. Tanpa mereka sadari, supir taksi yang mnegantarkan mereka sampai akhirnya tiba di rumah sakit hanya tersenyum saja mendapati percakapan antara dokter dan pasien yang sepertinya saling tertarik satu sama lain, namun belum ingin mengakuinya sepenuhnya.

Ahh.. semakin banyak couple birds yang muncul ditiap tahunnya.

.

.

.

Sesudah kejadian sehari yang lalu, Vania sekarang hanya bisa berkeliling disepanjang lingkungan rumah sakit, namun tentu tidak diperbolehkan menjauh dari rumah sakit barang kali 5 meter dari pintu masuk rumah sakit. Ini dikarenakan setelah edisi dirinya refreshing jadi-jadian tersebut malah menyebabkan penjagaan tiba-tiba setiap pasien yang masih dalam kondisi rawat inap tidak diperbolehkan bepergian keluar ruangan lewat jam 4 sore.

Entahlah Vania sendiri bingung, pasal hal tersebut diperuntukan untuk seluruh pasien yang sedang rawat inap di rumah sakit ini. Dan peraturan tersebut baru diberlakukan setelah kejadian Vania meninggalkan rumah sakit karena bad day yang ia alami kemarin.

Vania sebenarnya sadar bahwa dokter no name yang menemaninya kemarin seperti memiliki hubungan dengan pemilik rumah sakit ini. Karena proses penetapan peraturan tersebut langsung dilaksanakan setelah dokter ganteng no name itu tiba-tiba menghubungi seseorang saat sesampainnya mereak di rumah sakit.

Dan jangan ditanya bagaimana reaksi orangtuanya bersama abang bangkotannya itu dengan penetapan peraturan yang tiba-tiba tersebut. Tentu mereka sangat senang. Bedahal dengan Vania yang merasakan bahwa dirinya dengan sengaja sedang diborgol supaya tidak kabur-kaburan. Padahal kalau dipikirkan ia memang kemarin itu tidak ada niatan untuk kabur sama sekali.

Untuk masalah saat Vania mencari "angin" kemarin, orangtuanya dan abang bangkotannya itu tentu sudah mengerti dan sebab itulah mereka tidak mencari Vania. Walau sempat khawatir kalau-kalau anaknya ini akan kabur, namun hal itu ditepis oleh pesan yang diberikan oleh Febrian kepada Jack.

Dan disinilah Vania saat ini. Hanya bisa duduk manis di salah satu bangku panjang yang berada di taman yang tidak begitu luas di dalam rumah sakit ini. Sebenarnya, Vania seharusnya sudah kembali ke kamarnya mengingat ini sudah jam 4 kurang 10 menit.

"Huft.. bosan! Kenapa harus lama banget sih berasanya? Baru beberapa hari di rawat, tapi rasanya udah 1 tahun dirawat!" Gerutunya yang terus menerus selama ia duduk. Sedangkan beberapa saat setelah ia berbicara seperti itu, ada seorang anak kecil yang menyamperinya.

"Ka..?"

Mendengar ada yang memanggilnya, Vania langsung memandang tepat dimana suara tersebut berasal. Dan setelah dilihatnya, seorang gadis kecil yang pernah ia temui beberapa hari lalu saat ia berkeliling rumah sakit ini.

"Hai lagi Janet! Kenapa kamu masih diluar? Seharusnya kan kamu udah harus masuk sekarang?" Ujar Vania dengan mengecek layar ponselnya untuk melihat waktu saat ini.

Sedangkan Janet yang mendengarnya hanya tersenyum dan langsung duduk disamping Vania duduk. "Loh-loh? Kok kamu malah duduk? Sana kamu balik ke kamar, nanti kalau ketauan kamu kena omel suster loh."

Janet yang mendengar ucapan Vania hanya tertawa, "Lah? Apa bedanya dengan kakak? Kakak aja belum masuk? Berarti kalau nanti aku kena marah, aku gak sendiri kena marahnya!" Ucapan Janet membuat Vania menyeringit menatap Janet bingung.

"Loh? Kok bisa gitu?" Janet yang mendengar jawaban Vania yang bingung dengan maksudnya hanya memutar bola matanya bosan.

"Heh! Kamu gak boleh kayak gitu ya.. gak sopan sama yang tua nih." Ujar Vania menasihati yang membuat Janet tertawa dibuatnya.

CRAZY PATIENT ✔ (Fin)Where stories live. Discover now