Bet You Wanna

237 30 14
                                    

Ting! Tong!

Suara bel rumah berbunyi pertanda ada tamu yang datang dan siap dijamu. Tentu kalian pasti tahu siapa kedua tamu itu. Tak lama setelah bel tersebut berbunyi, terdengar suara seseorang membuka pintu yang tadi sempat ditekan belnya.

Setelah pintu tersebut terbuka, tampaklah seorang perempuan paruh baya yang masih sangat cantik di masa tuanya. Perempuan paruh baya itu tersenyum sangat lebar menyambut Febrian.

"Akhirnya, kamu datang juga, sayang."

Perempuan itu langsung memeluk Febrian dengan erat dan masih belum menyadari satu tamu lagi sedang tersenyum manis menyaksikan interaksi ibu dan anak itu.

"Of course I will come, mom," ucap Febrian dengan tersenyum.

Saat keduanya melepaskan pelukannya, perempuan paruh baya itu baru sadar akan kehadiran Vania yang masih tersenyum dan sedikit membungkukan badannya sesaat kedua mata mereka bertemu.

"Selamat malam, ma'am."

Vania masih tersenyum, tapi tidak dengan perempuan paruh baya itu. Ia masih menatap Vania dengan penuh selidik, seakan kehadiran perempuan itu sangatlah aneh di matanya. Merasa bahwa diperhatikan terlalu intens, Vania berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Sedangkan di sisi lain, Febrian yang menyadari hal itu juga langsung mengambil alih.

"Mom, let me introduce you to my woman. This is Vania and Vania this is my mom, Franka," ucap Febrian dengan merangkul bahu Vania mesra.

Mendengar hal tersebut tentu membuat Franka –mom Febrian- sedikit bingung dan terkejut. Bagaimana tidak?

Ini hal yang sangat baru baginya dan ditambah lagi ini bukan hal yang tepat karena ada seseorang yang ingin ia kenalkan kepada anaknya. Dan tentu perempuan yang ingin dikenalkan itu saat ini ada di dalam rumahnya.

Tatapan Franka langsung beralih kepada Febrian seolah menutut penjelasan.

"Aunt Franka, kenapa lama sekali? Apa itu Febrian anak tante yang ingin tante kenalkan padaku?"

Suara seorang perempuan tiba-tiba muncul membuat Franka langsung membalikan tubuhnya. Sedangkan Vania langsung bergerak cepat untuk melakukan bagiannya. Apa lagi kalau bukan menjadi pacar laki-laki tampan di sebelahnya ini?

Vania langsung merangkul erat lengan Febrian hingga membuat laki-laki itu menengok bingung ke arah Vania. Tapi Vania tak menghiraukan itu dan menampilkan senyum terbaiknya untuk memulai aksinya.

Tak lama kemudian muncullah perempuan yang tadi sempat bersuara itu. Tampaklah seorang perempuan muda cantik seperti model. Senyum perempuan bak model itu luntur begitu melihat tangan Vania yang merangkul erat Febrian. Sebenarnya Vania merasa sedikit minder dengan bagaimana proposional tubuh perempuan itu. Tapi ini bukan saatnya mengalah karena pertarungan yang sesungguhnya baru saja akan dimulai.

"Hai, salam kenal!" sapa Vania dengan ramah, tapi tidak sambut ramah oleh perempuan itu.

"O-oh, ya hai," jawab perempuan bak model itu tak niat.

Setelah jawaban tak niat itu diberikan, suasana menjadi sedikit canggung. Hal itu dikarenakan dalam beberapa detik kemudian semua orang terdiam. Febrian merasa tak menghiraukan kehadiran perempua bak model yang melihatnya lapar sedaritadi, sedangkan Vania semakin mengeratkan pelukan lengannya.

Tentu Febrian menyadari hal tersebut. Melihat reaksi Vania yang seperti orang takut kehilangan benda kesayangannya terkesan menggemaskan di mata Febrian. Walau sebenarnya sudah banyak perempuan yang mencoba mendekatinya dan melakukan hal yang sama, tapi entah mengapa semuanya itu sangat menjengkelkan di mata Febrian. Tapi tidak untuk Vania.

CRAZY PATIENT ✔ (Fin)Where stories live. Discover now