Talk about The Problem

793 42 2
                                    

"HAHAHAHAHAH! KENA KA- OOPS! Salah sasaran ternyata..." Gumam Vania dengan cengiran khasnya. Sedangkan lelaki yang baru memasuki ruangan tersebut hanya bisa memejamkan matanya merasakan jidatnya yang terasa memanas karena terkena pukulan serangga yang saat ini tercetak diatas jidatnya. Dan tentu itu bukanlah hal yang baik karena lelaki tersebut sedang dalam kondisi yang bisa dikatakan tidak baik, sangat tidak baik.

"VANIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!".

"I'm sorry, Jacky..." Ucap Vania setelah melihat siapa yang tak sengaja ia pukul dengan pukulan serangga yang entah darimana dia bisa dapatkan hal tersebut. Sedangkan Jack hanya memajamkan matanya berusaha untuk menahan amarahnya kepada adik anehnya yang satu ini.

Kalau bukan adek! Udah gue kubur dari dulu dibelakang rumah! –Celetuk Jack dalam hatinya berteriak kesal.

Sedangkan saat ini Vania berusaha menyembunyikan alat pemukul serangga tersebut dibelakang tubuhnya dan menunduk seperti anak yang sebentar lagi akan mendapat hukuman dari orangtuanya. Jack yang membuka matanya dan melihat adiknya yang seperti itu sudah tak bisa marah lagi, walaupun rasa kesalnya masih bersarang di dalam hatinya. Namun ia harus menahan hal tersebut, karena ada yang perlu ia tanyakan. Dan tentu pertanyaan tersebut tak jauh-jauh dari kejadian yang beberapa hari lalu terjadi.

Bila diingat-ingat akibat dari kejadian kemarin membuat dirinya dimarahi habis-habisan oleh mamanya karena tak menjaga adiknya di rumah sakit. Memang kedua orangtuanya tidak selalu menjaga Vania di rumah sakit karena beberapa kesibukan yang tentu hal tersebut berarti Jacklah yang menggantikannya. Walau Jack memang sudah bekerja, namun hal tersebut tetaplah tanggung jawabnya sebagai kakak dan ia mengerti akan tugasnya. Sedangkan biasanya orangtuanya akan datang dimalam harinya.

"Udeh lo duduk sekarang! Gue mau introgasi lo, buru cepet!" Tegas Jack dengan muka kesalnya dan Vania pun langsung menurut sang kakak karena ia tahu dirinyalah disini yang bersalah, jadi dia tak bisa beragumen secara memang dirinyalah yang salah.

Segeralah dirinya duduk diatas banker, tempat dirinya biasa tertidur dan Jack duduk di kursi tepat disebelah bankar Vania duduki. Vania masih menunduk dihadapan kakaknya yang saat ini sedang menatap tajam adiknya yang tingkahnya selalu bisa membuat pusing satu keluarganya. Tidak, bahkan saat ini membuat pusing satu rumah sakit dan karena perbuatan yang memang sebenarnya mereka sekeluarga dapat mengerti hal tersebut, namun tidak dengan rumah sakit yang memang punya peraturan yang perlu ditaati.

"Kemana lo kemaren?" Tanya Jack memecahkan keheningan beberapa detik setelah Jack hanya menatap serius Vania yang saat ini menunduk. Vania yang mendengar pertanyaan tersebut mendongakan kepalanya, lalu menggaruk tengkuknya dengan memberikan cengirannya. Sementara itu Jack yang melihat hal tersebut melototkan matanya. Melihat hal tersebut membuat Vania langsung menarik kembali tangannya dan menarik kembali sudut bibirnya yang membentuk cengiran.

"Ditanya malah cengar-cengir! Lo tau, pas lo kabur-kaburan dengan hanya ninggalin secarik kertas persis kayak sinetron-sinetron kayak gitu tuh gimana akibatnya, hah?" Tanya Jack marah dengan Vania. Hal tersebut membuat Vania cemberut dengan perkataan Jack.

"Kan gue udah bilang kemaren kalo gue lagi ada masalah Jack. Gue juga udah pernahkan kayak begitu? Jadi, gue pikir gapapa." Bela Vania dengan muka cemberutnya tanpa mau melihat kakaknya. Sedangkan kakaknya menghela nafas kasar mendengar jawaban dari adiknya.

"Bisa gak lo bedain saat dulu sama sekarang, nia? Lo tau gimana histerisnya nyokap pas tau lo cuman ninggalin surat gak jelas begitu, hah? Gue dari yang lagi dijalan abis pulang kantor, capek, trus mau nengokin adek gue yang ala-ala ini, trus ditelfon dan disambut dengan omelan, plus dapet kabar kalo lo udah ngilang. Menurut lo gue gimana, hah?" Ucap Jack kesal yang membuat Vania hanya terdiam mendengarnya.

CRAZY PATIENT ✔ (Fin)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon