Treats or Tricks?

833 35 4
                                    

"Really? Aku kira kamu suka di rumah sakit karena ada aku disana?" Okay.. aku sangat hafal dirinya saat ini sedang menggombal. Tapi aku tidak bisa geli melainkan hanya bisa bertambah tersipu mendengarkannya berbicara seperti itu.

OH GODDD!! WHAT HAPPEN TO YOU VANIA!

 ***

Febrian Pov

Kulihat dirinya tersipu malu mendengar ucapanku. Aku hanya dapat tersenyum kecil melihat tingkahnya. Ya, saat ini aku sedang berada di sebuah restaurant bersama dengan seorang gadis yang sebenarnya merupakan salah satu mantan pasienku beberapa minggu yang lalu. Entahlah aku memutuskan untuk mengajaknya makan atau bisa disebut sebagai sebuah bagian dari rencana yang mungkin dapat berguna bagi kita berdua. 

"Kau ingin makan apa?" Tanyaku membuka buku menu yang sudah diberikan oleh salah satu pelayan restauran disini. Kulihat dirinya pun langsung membuka buku menu tersebut dan mulai membolak-balikan setiap halaman yang terdapat dibuku menu tersebut. Hingga akhirnya diputuskannya untuk memesan sirlion steak dengan black paper souce, serta dengan lemonade. Begitupun juga dneganku yang langsung memesan makanan yang ingin kupesan beserta dengan minumannya. 

Setelah hal tersebut, pelayan restauran yang mencatat semua pesanan kami pun undur diri, sehingga meninggalkan kami berdua. 

"So..? How's life?" Tanyanya dengan senyuman canggung dengan matanya yang menatapku dengan binar. Melihat hal itu hanya mampu membuatku tersenyum geli. Aku tak buta melihat seorang gadis di depan mataku saat ini tentunya tertarik denganku. 

Dan aku pun sudah menyadari hal tersebut sejak dirinya kutemukan di coffee shop, dengan acara kabur-kaburannya tersebut yang mampu membuatku harus memutuskan sebuah peraturan baru yang tentunya membuat dirinya semakin kesal dengan pembatasan waktu saat dirinya masih dirawat di rumah sakit milik keluargaku. 

Kedua tanganku kuletakan diatas meja dan saling menyatukan semua jari-jariku. "Semuanya baik dan seperti biasa penuh dengan pasien, walau sudah tidak ada pasienku yang kabur-kaburan seperti beberapa minggu yang lalu sih." Ucapku dengan menaikan salah satu alisku yang mampu membuat dirinya memutar kedua bola matanya. 

"Dan itu artinya kau bersyukur bahwa aku sudah tidak mengganggu setiap peraturan yang selalu tentunya akan kulanggar sebagai seorang pasien rumah sakit." Ucapnya geli yang mampu membuatku tersenyum geli. 

"By the way.. sekarang ucapan obrolan kita bukan saya-anda lagi, huh?" 

Aaa.. ternyata dia menyadarinya. 

Aku pun melihat kedua lenganku di depan dadaku dan tersenyum kearahnya yang saat ini menatapku dengan senyuman remehnya, "I guess yes, and akan berlanjut seterusnya."

"Woah.. How confident you are" Ucapnya dengan tersenyum geli menatapku, dan aku hanya dapat menjawabnya dengan sebuah senyuman kecil. Kurasa walau dirinya menyukaiku, dia bukan salah satu wanita yang mudah menyerahkan hatinya begitu saja kepada orang yang dia sukai. 

Menarik..  

"Jadi, ada apa ini sampai tiba-tiba dokter yang aku kuyakini kau tak buta bahwa aku tertarik dengan kau mengingat kita pernah membuat sebuah perjanjian di sebuah taksi dimana aku akan mendapatkan nomormu tanpa bantuan orang lain, tapi nyatanya aku malah dapat nomormu sendiri dari dirimu sendiri, huh?" 

Mendengar pertanyaannya tersebut mampu membuatku terkekeh dan tersenyum bangga ternyata dirinya memang seorang mantan wartawan yang sangat cerdas dan tidak mudah tertipu dengan segala hal yang bisa malah menjerumuskan dirinya. Jika kalian bertanya kenapa aku bisa tahu dirinya adalah seorang mantan wartawan, maka jawabannya adalah aku sudah menyelediki latar belakangnya setelah diriku memutuskan untuk mengikuti salah satu saran dari ketiga sahabatku. 

CRAZY PATIENT ✔ (Fin)Where stories live. Discover now