Plan

523 35 11
                                    

Vania Pov

"So.. Treats or Tricks? take it or leave it?" Kutatap pria tampan dihadapanku dengan dalam, namun sangat disayangkan tawarannya itu membuat harga diriku terasa jatuh karena pernyataannya dengan segala hal yang serba singkat.

Apa dia kira aku segampang itu?

Memang iya aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini, tapi itu hanya berlaku saat aku masih menjadi wartawan. Bukan seperti sekarang. Apa dia fikir aku bodoh menganggap bahwa tawarannya tersebut hanyalah sesuatu yang sebenarnya terdapat rencana didalamnya?

You guys asking me why the hell I know it?

Remind me, aku sudah berpengalaman hidup sebagai seorang wartawan selama 7 tahun dengan berkutat menghadapi berbagai macam jenis orang yang jelas aku mulai bisa perlahan membaca setidaknya apa yang sebenarnya ada di otak mereka. Aku bukan cenayang, tapi secara ilmu psikologis dibeberapa buku yang pernah kubaca, itu sangat membantuku mencari bumbu berita yang menarik dan faktual.

Hah! Dan sekarang sesuai dengan dugaanku.. lihatlah pria tampan yang membuat diriku selalu memikirkannya, namun aku yakin dirinya tentu saja tidak sebaliknya.

Dari awal bertemu, aku tahu dirinya merupakan lelaki yang sangat mandiri dan fokus dengan ambisinya. Bisa terlihat dari pancaran matanya setiap dirinya memeriksaku sebagai seorang dokter. Dan biasanya, tak jarang mereka yang seperti itu akan sangat pemilih ataupun bisa jadi.. tak mau memiliki suatu ikatan dengan seseorang karena bagi mereka itu adalah salah satu hambatan untuk meraih apa yang mereka inginkan.

Dan sekarang. Dengan tiba-tiba dirinya menawarkan walau dirinya menyatakan kami bisa mencoba.

Well..

Dari tatapannya dan bagaimana gestur tubuhnya yang sangat percaya diri saja aku bisa tahu dia penuh dengan rencana yang entah bisa disebut matang atau tidak.

Jujur aku menyesal menanyakan apa maksud dia mengundangku untuk makan malam saat ini. Hatiku sudah berbunga-bunga, tapi dalam sekejap bunga itu serasa dipangkas habis sampai batangnya pun tak tersisa.

Sepertinya ini akan menjadi sama dengan pekerjaan sialanku yang dulu membuatku menjadi dipecat seperti ini.

"I'll take it-"

Kulihat mimik wajahnya berganti menjadi lebih cerah, seperti lega dengan ucapanku. Namun tidak semudah itu aku berbicara seperti ini tanpa mengetahui apa motif dari tawaran yang dirinya berikan tersebut.

"-Apa rencanamu?" Tanyaku lebih lanjut setelah sempat ucapanku terpotong sebelumnnya. Mendengar perkataanku tersebut tak lama membuat dirinya tersenyum manis, namun tentunya bukan makna yang manis yang kudapatkan dari mimik senyuman yang dirinya berikan itu.

"Ternyata benar ucapan Rion, tidak sama seperti wanita yang selama ini tertarik denganku." Gumamannya tersebut membuat diriku hanya dapat memangkukan kedua tanganku diatas meja makan tersebut dan duduk lebih anggun.

Ya.. inilah caraku bernegosiasi dengan orang selama ini, apabila ada penawaran yang siapa tahu bisa menguntungkan diriku sendiri. Walaupun aku hanyalah seorang wartawan, tapi bukan berarti aku hanya seorang babu berita yang perlu kalang kabut kesana kemari. Wartawan memiliki sesuatu yang berbeda dari yang lain bagi diriku pribadi. Tanpa wartawan belum tentu kalian semua bisa mendapat sumber informasi dengan mudah. Walau terkadang masih banyak berita yang diberitakan tidaklah sesuai dan banyak masyarakat yang tidak memercayai media, tapi bukan berarti pekerjaan sebagai seorang wartawan hanya sebuah guyonan belaka.

"Ya, aku memang tertarik denganmu. Kau memang memiliki kharisma yang sangat memukau menurutku saat pertama kali aku baru melihatmu. Tapi bukan berarti, aku sebagai seorang perempuan yang tertarik denganmu bisa dengan bodoh hanya berharap padamu ataupun tidak menaruh curiga disaat kau sendiri menantangku untuk mendapatkan nomormu, namun kau duluan yang memberikannya, bukan?" Ya itulah yang sedaritadi ingin kukatakan padanya.

CRAZY PATIENT ✔ (Fin)Where stories live. Discover now