Oops!

1.1K 57 10
                                    

"Ya sudah, saya temani biar gak sendirian kalau begitu." Ucapku enteng dengan menarik tangannya yang kugenggam.

"E-eh! DOKTER!"

"Iya atau tidak sama sekali! Aku akan membiusmu dan langsung membawamu ke rumah sakit bila kau masih memberontak." Ucapku tegas yang akhirnya membuat dirinya membungkam.

* * *

Vania POV

Sedaritadi aku hanya bisa diam dengan raut wajah yang begitu kesal. Boleh saja sih aku tertarik dengan dokter ganteng yang sampe sekarang aku juga gak tau namanya. Cuman gak gini juga! Hai, wahai kaum pria tolong mengertilah disaat wanita ingin sendiri!! Kenapa dia harus ikut disaat-saat seperti ini?!

Kalau dia ikutnya pas aku lagi pengen ngeganjenin dia mah boleh aja. Inikan situasi lagi gak mendukung, buat apa coba ikut? Udah mana daritadi cuman ditarik doang gak tau mau kemana, cuman lurus ke depan.

Kulirik dokter ganteng no name ini, yang ternyata dia malah tersenyum dengan menggoyangkan tanganku ke depan dan ke belakang.

Heckman! Berasa bapak bawa anaknya.

"Ehem! Dok, ini by the way kita mau kemana?" Tanyaku memecahkan keheningan dan berhasil membuat dirinya yang sedaritadi terus berjalan, berhenti. Dan tentu aku pun juga ikut berhenti karenanya.

"Loh? Sayakan cuman nemenin kamu. Jadi, kamu yang tahu seharusnya mau kemana. Kalau kamu gak tau mau kemana, mending kita balik aja ke rumah sakit." Perkataannya sungguh membuatku kesal setengah mati. Gimana aku mau ngasih arah ke dianya? Orang sedaritadi dia seenak jidatnya aja narik-narik aku!

"Aduh dokter.. gini ya, daritadi dokter narikin tangan saya dan jalannya lurus terus gak belok-belok. Dan gimana juga saya mau ngasih arah, orang daritadi ditarik?!" Ujarku sinis, membuat dokter ganteng no name ini malah nyengir menatapku dan segera melepaskan genggamannya.

"Owh iya, maafkan saya. Gak bermaksud lanacang, cuman spontan aja tadi gara-gara kamu tiba-tiba ngomong mau pergi. Jadi, kita balik ke rumah sakit?" Tanya dokter ganteng no name ini dengan senyuman yang membuatku pasti kelepek-kelepek kalau gak kesal seperti ini.

"Hell no! Lagian tujuan saya itu gak jauh dari sini, dokter kalau emang pengen buru-buru ke rumah sakit, duluan aja." Ucapku menjawab pertanyaanya yang sepertinya dia sangat menginginkan aku kembali ke bangkar rumah sakit sesegera mungkin.

HAH! Tapi sangat disayangkan itu takkan pernah terjadi sebelum aku bisa melepas rasa setres dan kesalku.

"Ya sudah, saya ikuti kamu kalau gitu. Kamu yang pimpin jalan, ayo." Ucapnya dengan memberi ruang di depan, sedangkan aku bingung kenapa dirinya begitu mau mengikutiku. Padahalkan kalau diingat seharusnya dia sudah harus kembali ke rumah sakit dari 10 menit yang lalu.

"Dok? Dokter emang gak ada pasien? Nanti gajinya dipotong loh dok, kalau bolos. Mending dokter nyelamatin banyak pasien dibanding ngikutin pasien gak jelas yang satu ini." Ujarku berharap dirinya terbujuk untuk segera kembali ke rumah sakit dan tidak menggangguku lagi.

Entah mengapa, bukannya menjawab, dirinya malah tertawa dengan menatapku jenaka.

Apa coba yang lucu?!

"Kamu gak usah khawatirkan saya, mau gaji dipotong atau pasien yang lainnya gimana. Karena ada dokter jaga yang lain tadi sudah saya beri pesan untuk menggantikan saya selagi saya ada di kafe bersama teman-teman saya. Dan prihal gaji? Gak jadi masalah buat saya." Ucapnya begitu enteng yang membuatku bingung.

Sekaya itukah orang ini? Sampai-sampai gaji tidak jadi masalah? Apa bener kata orang kalau pekerjaan dokter itu selain mulia, gajinya juga banyak? Agkh! Bodo amat! Mikirin gaji, jadi bikin kesal mengingat aku baru saja jadi pengangguran beberapa jam yang lalu.

CRAZY PATIENT ✔ (Fin)Where stories live. Discover now