1

13.4K 982 33
                                    

halo temen2, maaf lama banget nggak update. stuck. hiks... akhirnya saya ubah sedikit ide ceritanya, baru deh bisa lanjut lagi .... btw nama tokoh utama saya ubah ya, jadi Pamela, biar enak bisa panggil "Mel ...." lol.

oh ya, ini series ke 2 hate to love loh. cerita tentang sebastian nih, temannya drake yang devil itu. hahaha

met baca!

moga suka

jangan lupa komen cetarnya!!! thanks



Part 1

"Jadi kau akan menikah? Dengan Angela? Bukannya kalian sudah putus?" Drake menatap Sebastian dengan alis terangkat.

Saat itu menjelang senja. Sebastian, Gabriel dan Drake sedang duduk-duduk di taman belakang rumah Sebastian, kesempatan langka untuk ketiganya berkumpul sejak Drake Arsenio menikah, tepatnya menjalani pernikahan yang harmonis dengan Valencia Oliver.

"Bukan dengan Angela." Hubungan Sebastian dengan selebgram cantik itu hanya bertahan tiga bulan. Sifat pencemburu Angela membuatnya gerah. Bahkan sampai saat ini gadis berusia 26 tahun itu masih memburu Sebastian, ingin mengajak bersama kembali.

"Lalu?" kali ini Gabriel yang bertanya. Pria pendiam itu menatap Sebastian dengan alis terangkat.

Sebastian menyesap kopinya, lalu mengangkat bahu dengan gaya tak acuh. "Namanya Pamela."

Drake dan Gabriel saling pandang dengan penuh tanya.

"Kekasih barumu?" tanya Drake.

Sebastian menggeleng. "Anak teman lama ibuku, dari Samarinda."

"Cantik?" Drake mengangkat alis jenaka.

Sebastian kembali mengangkat bahu. "Entahlah. Aku belum bertemu dengannya."

"Kau akan menikah, tapi sama sekali tidak tahu bagaimana wajah calon istrimu??" Drake menatap Sebastian tak percaya. "Yang benar saja!"

Sementara Gabriel tak berkomentar.

Sebastian kembali menyesap kopinya. "Sejujurnya aku tak ingin menikah. Tapi demi ibuku ...."

"Hei, Kawan, pernikahan bukan perkara main-main," nasihat Drake.

"Aku tahu. Jika tidak cocok, aku akan menceraikannya." Perceraian adalah hal terakhir yang Sebastian inginkan. Namun jika kelak rumah tangganya dan Pamela tak berjalan langgeng, mau tak mau pilihan itulah yang akan ia ambil.

"Wow. Kejutan," desis Drake. "Bukannya selama ini kau bilang hanya ingin menikah sekali seumur hidup dan dengan gadis yang kau cinta?"

"Benar sekali. Tapi aku tak punya pilihan, Drake."

Drake tampak ingin menukas, lalu tiba-tiba mengunci mulut.

Bagus. Sebastian pusing jika harus membahasnya berlarut-larut. Beberapa hari lagi ia akan menikah. Hampir sebulan sudah berlalu dari hari ia menerima permintaan sang ibu. Tadinya Sebastian pikir ia baru akan menikah enam bulan atau setidaknya tiga bulan lagi. Namun sang ibu mengejutkannya dengan berita pernikahan itu akan dilangsungkan dalam jangka waktu sebulan. Sepertinya ibunya takut ia berubah pikiran.

Sebastian yang tidak antusias dengan rencana pernikahan tersebut, memilih tidak berperan dalam segara urusan persiapannya. Ia bahkan menolak bertemu dengan sang calon mempelai. Untuk apa? Hanya buang-buang waktu, toh ia tetap harus menikahinya.

"Kalian harus datang," kata Sebastian setelah keheningan yang cukup panjang.

"Itu sudah pasti, Bung," jawab Drake, sementara Gabriel hanya mengangguk.

***

"Kau sangat cantik, Mel. Aku yakin mempelaimu akan terpesona."

Pamela Arunika menoleh, menatap Anisa, sahabatnya sedari kecil. Saat ini ia ditemani gadis seusia dengannya itu untuk mengepas gaun pengantin. Beberapa hari lagi ia akan menikah, meski belum bertemu langsung dengan sang calon suami, Pamela sangat bahagia.

Sampai di usianya yang ke-24, Pamela hanya pernah satu kali menjalin hubungan asmara. Itu pun ketika SMA. Pengawasan ketat kedua orangtuanya membuatnya tak bebas bergaul dengan lelaki.

Ketika sang ibu memilihkan jodoh untuknya, Pamela pasrah. Lalu ketika tahu kalau calon suaminya adalah Sebastian Alterio, Pamela senang bukan main. Pria itu bukan hanya sempurna secara fisik, tapi juga pebisnis andal. Bahkan, kata sang ibu, Sebastian orang yang dermawan, sering menyumbang ke yayasan yatim piatu, dan semua itu dilakukan secara diam-diam—hanya diketahui oleh orang terdekat saja, tak pernah digembar-gemborkan ke media atau membagikannya ke media sosial. Ibu Pamela mengetahuinya dari cerita ibu Sebastian.

"Kau yakin tidak ingin bertemu dengan calon suamimu lebih dulu, Mel?"

Pamela menatap sang sahabat dari cermin di depannya. Ia tersenyum dan menggeleng. Kata sang ibu, Sebastian sangat sibuk. Pamela maklum, Sebastian seorang pengusaha batu bara ternama di Kalimatan Timur. Tentunya pria itu tak punya banyak waktu luang, bukan?

Anisa menghela napas panjang. "Kau akan menikah dengan orang asing, Mel. Kau tahu itu 'kan?"

Pamela terdiam. Ia tahu itu, tapi jika tidak mengambil kesempatan ini, kapan lagi? Umurnya terus bertambah. Orang-orang pasti akan tertawa jika tahu ia hanya pernah berpacaran satu kali, bahkan tak pernah berkencan dalam lima-enam tahun terakhir. Menjadi anak semata wayang dari pasangan Liliana dan Agung Liandra, tidaklah mudah. Ya, ia bergelimang harta. Ayahnya pemilik restoran seafood terkenal di Samarinda. Sejak lahir, Pamela tak pernah kekurangan materi. Akan tetapi ada yang kurang dari hidupnya. Kebebasan.

Sering Pamela bertanya-tanya, jika saja ia bukan anak tunggal, mungkinkah kedua orangtuanya tidak akan seprotektif itu?

Pamela berbalik dan mengulas senyum pada Anisa. Kali ini senyumnya tak lagi seceria tadi, cenderung dipaksakan. "Aku percaya dengan pilihan ibuku, An. Setiap ibu pasti ingin anaknya bahagia, bukan? Ibuku pasti memilih pria terbaik untuk menjadi suamiku."

Anisa pun terdiam.

***


gimana, gaessss? jangan lupa vote dan komen cetarrr yahhhh. makasi.

love

evathink

Pamela and Her Bastard HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang