22

5.5K 596 47
                                    

Teman2, versi tamat
> valencia and her devil husband
> pamela and her bastard husband
> avery and her ice husband

Tersedia di:
GOOGLE PLAY BUKU
KARYA KARSA
(Unduh app di google play)

Versi buku cetak bs order di saya, WA 08125517788

Cerita tetap dilanjutkan di wattpad sampai TAMAT!

22

Pamela terkejut ketika tiba di rumah, ia mendapati Sebastian duduk di ruang tamu dengan tangan memegang gelas berisi cairan kecokelatan yang ia duga wiski.

Mata Sebastian menyala menatap Pamela. "Lepaskan pakaianmu!"

Langkah Pamela untuk ke kamar terhenti. Ia mematung dengan sebelah tangan menenteng tas dan sebelah lainnya memegang buket mawar pemberian Lukman.

"Apa kau tuli??"

Pamela bergeming dengan mata menatap Sebastian seakan pria itu gila.

"Lepaskan pakaianmu sekarang juga, Pamela Arunika!"

"Apa kau sudah gila?" Pamela akhirnya menemukan suaranya.

Sebastian terkekeh. "Kenapa? Apa kau takut Bi Lasmi melihat kita bercinta? Jangan takut, aku sudah menyuruh Bi Lasmi dan Pak Urip pulang," Sebastian bangkit dan menghampiri Pamela.

Pamela mencengkeram tas dan buketnya lebih erat. Suasana hati Sebastian tampaknya sedang buruk.

"Jika kau tak mau melepaskannya, maka aku dengan senang hati akan melakukannya," setelah mengatakan itu, Sebastian menarik Pamela hingga tubuh wanita itu membenturnya.

Pamela memberontak, memukul Sebastian dengan tas, sementara buket bunga terlepas begitu saja. Sebastian menginjak buket tersebut sembari melumat bibir Pamela dengan paksa.

"Dasar berengsek!" teriak Pamela sembari memalingkan wajah ke kiri dan kanan untuk menghindari ciuman Sebastian.

Alih-alih tersinggung, Sebastian terkekeh. "Sebentar lagi kau akan berpendapat berbeda, Sayang. " Lalu Sebastian menyeret Pamela ke kamar.

Pamela memukul-mukul lengan pria itu sekuat tenaga, tapi Sebastian seperti tak merasakan apa pun.

***

Sebastian mendorong Pamela ke ranjang, lalu berjalan cepat mengambil sesuatu di lemari pakaian. Ketika ia kembali, wanita itu sedang mencoba meninggalkan ranjang. "Apa kau sudah gila??" teriak Pamela marah.

Sebastian menyeringai sinis. "Kau yang membuatku gila! Bermain-main dengan lelaki lain di luar sana, eh? Kau harus dikasi pelajaran!"

Pamela terdiam dengan wajah memucat.

Sebastian bergerak cepat, kembali mendorong Pamela ke ranjang hingga terbaring, lalu dengan tangkas mengikat kedua tangan istrinya itu dengan dasi.

Dasi sutra harga jutaan yang ia beli ketika berlibur ke luar negeri tahun lalu itu tak akan bisa diselamatkan lagi. Ketika Sebastian akan melepas ikatan itu nanti, satu-satunya cara adalah dengan mengguntingnya.

"Lepaskan, bangsat!"

Sebastian terkekeh puas. "Kau harus tahu, Pamela. Kau sekarang Nyonya Alterio. Segala bentuk perselingkuhan tidak dibenarkan! Kau akan membuat malu keluargaku!"

"Aku tidak berselingkuh!" Pamela menggesek-gesekkan tangannya dalam usaha melepaskan diri, tapi tak membuahkan hasil.

"Tak ada maling yang bersedia mengaku." Sebastian terkekeh sinis melihat usaha Pamela. Sampai kapanpun wanita itu tak akan bisa melepaskan diri, kecuali Sebastian berbaik hati melepaskannya.

Pamela mengigit dasi yang mengikat tangannya, tapi usaha itu sia-sia.

"Tak perlu mencoba melepaskan diri, Pamela. Kau hanya bisa lepas ketika aku melepaskanmu."

Pamela menatap Sebastian dengan sorot marah. "Apa yang kau inginkan, hah?" Ia beringsut hendak meninggalkan ranjang, tapi Sebastian mendoronganya hingga kembali berbaring.

"Hanya ingin mengingatkanmu, bahwa kau istriku. Kau sepenuhnya milikku, jangan coba-coba bermain api, kau akan terbakar, Sayang." Setelah mengatakan itu, Sebastian membalikkan tubuh Pamela, memaksa wanita itu menungging.

"Lepaskan aku!" Pamela menggeliat-mencoba melepaskan diri.

Sebastian tertawa. "Memohonlah dengan manis, mungkin aku akan tersentuh."

"Dasar iblis!"

Umpatan Pamela membuat Sebastian tertawa semakin kuat, lalu pria itu menyingkap rok selutut Pamela hingga ke pinggang.

"Apa yang kau lakukan?? Jangan sentuh aku!"

"Aku hanya ingin menyenangkanmu, Sayang," goda Sebastian, lalu menarik turun celana dalam Pamela.

Pamela memberontak dengan segala caci maki. Sebastian terkekeh. Sungguh tak disangka, Pamela yang dua bulan ini begitu kalem dan manis, ternyata memiliki mulut pedas.

"Ssstts ..., diamlah. Kau akan menyukainya, aku janji."

Setelah mengatakan itu, Sebastian membenamkan wajahnya di antara kedua paha Pamela.

"Si.ala.n kau sebanstiann. Hen..tikan!!" teriak Pamela terengah.

Lidah Sebastian membelai belahan di pangkal paha Pamela.

Pamela mengumpat sembari menggeliat mencoba membebaskan diri, tapi tangan Sebastian dengan kuat mencengkeram kedua pinggul wanita itu.

Lidah Sebastian terus menjelajah, berupaya menyerang titik menyenangkan dari diri Pamela.

"Hen..ti..kan!" pinta Pamela dengan suara mirip mendesah.

Sebastian puas mendengar itu. Ia bukan pria yang senang seks dominasi, tapi sepertinya mengikat tangan Pamela adalah pilihan yang tepat. Wanita itu tak bisa melakukan apa pun untuk menghindari belaian lidahnya.

Sebastian terus mengeksplorasi kenikmatan yang ada di tubuh Pamela.

Sesekali Pamela mengumpat, di kali lain wanita itu mendesah, mengerang tertahan.

Sampai pada satu titik, Pamela menjerit dengan tubuh bergetar.

Sebastian tahu saat itu Pamela mencapai puncak, sesuatu yang tak ia persembahkan ketika percintaan kali pertama mereka tiga hari lalu.

"Dasar bajingan!" maki Pamela dengan suara lemah.

Sebastian tertawa lalu dengan gerakan cepat melepas celananya. Dalam sekejap ia sudah siap di antara kedua kaki Pamela lalu menyatukan tubuh mereka.

"Tidak! Jangan!"

"Diam! Dasar munafik!"

Lalu Sebastian bergerak dan terus bergerak. Memaksa Pamela mengikutinya mendaki puncak-puncak kenikmatan.

***

Evathink

Vote dan komen yang cetar yuks
700 vote 70 komen, auto next part

Pamela and Her Bastard HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang