26

4.6K 529 38
                                    

Teman2, maafkan lama banget saya gak update. Saya bener2 minta maaf. Saya sibuk sekali. Oh ya sebagian besar cerita saya sudah pindah ke dreame/innovel, ada yg GRATIS (novelet lowongan cinta, n rencanannya judul2 lain menyusul), klo temen punya akun dreame/innovel, jangan lupa follow aku ya, id evathink

Btw met baca ya, moga suka.

26

Kondisi Agung Liandra cukup baik. Meski kakinya masih bengkak dan belum bisa berjalan tanpa bantuan kruk, tapi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Perlahan-lahan kaki Agung akan sembuh kembali.

Untuk sementara restoran sepenuhnya dipercayakan pada Santony, sepupu Pamela yang sudah bertahun-tahun menjabat sebagai manajer.

"Kapan kau akan pulang ke Balikpapan, Nak?" Pamela yang duduk di ruang keluarga bersama ayah dan ibunya, mengalihkan tatapan dari layar ponsel.

"Mungkin besok, Ma. Kenapa?" Pamela menatap sang ibu. Alisnya terangkat.

Liliana tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Sayang. Mama hanya khawatir jika kau terlalu lama di sini, Sebastian akan marah."

Sebastian bahkan tak peduli, batin Pamela. Sudah dua hari ia pulang ke rumah orangtuanya, tapi Sebastian sama sekali tak membalas pesan atau pun menghubunginya. Suami macam apa dia? Ya, ya, hubungan mereka bisa terbilang belum selayaknya suami istri yang saling mencintai, tapi setelah hubungan intim panas mereka yang berkali-kali itu, Sebastian setidaknya memberi sedikit perhatian, ya kan?

Pamela tersenyum kaku pada sang ibu. "Sebastian tidak akan marah, Ma."

"Syukurlah kalau begitu, Sayang."

"Ma, aku akan pergi makan soto banjar dengan Anisa." Pamela berdiri.

Sang ibu mengangguk. "Hati-hati di jalan, Sayang.

"Mama dan papa mau soto?" Pamela menatap kedua orangtuanya silih berganti.

"Tidak," Agung dan Liliana serentak menjawab.

"Bibi sudah masak, Sayang," imbuh Liliana.

"Oh, oke." Pamela pun berpamitan kepada kedua orangtuanya dan berlalu.

***

Sebastian menekan bel, lalu menunggu dengan tak sabar.

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka. "Sebastian? Mama tidak tahu kau akan datang!"

Sebastian tersenyum melihat keterkejutan sekaligus rasa senang yang terpancar di mata ibu mertuanya. "Ya, Ma. Ini mendadak." Sebastain tidak tahu kegilaan apa yang telah menyerang saraf otaknya, karena tanpa sadar ia telah berkendara di jalan tol menuju Samarinda, lalu tiba di rumah mertuanya.

Senyum Liliana melebar. "Kau pasti merindukan Pamela."

Sebastian sedikit berjengit mendengar itu. Benarkah kegilaannya ini akibat merindukan istrinya itu?

Liliana membuka pintu lebih lebar. "Ayo, Nak, masuk."

Sepuluh menit kemudian Sebastian sudah disuguhi kopi dan mengobrol dengan ayah mertuanya. Ketika ditawari makan siang bersama, saat itulah Sebastian yang sejak awal sudah bertanya-tanya akan ketiadaan Pamela, bertanya pada mertuanya.

"Pamela pergi makan soto banjar dengan temannya."

Akhirnya dengan sopan Sebastian menolak tawaran makan siang ibu mertuanya, dengan alasan ingin segera bertemu Pamela.

Yah, harus dikui, itu bukan sekadar alasan, tapi kenyataan.

***

Pamela dan Lukman berdiri berhadapan di halaman parkir rumah makan soto banjar legendraris Bu Santi, yang tersohor se-Samarinda. Keduanya sudah selesai makan dan bersiap pulang. Tadinya rencananya mereka akan makan bertiga bersama Anisa, tapi di saat-saat terakhir gadis itu membatalkan janji karena ada urusan mendesak.

"Bagaimana kalau nanti malam kita makan kepiting asap, Mel?" tanya Lukman sembari menatap Pamela dalam-dalam.

Ajakan yang sangat menggoda, tapi sayangnya Pamela harus menolak. "Besok aku akan pulang ke Balikpapan, Lukman, malam ini aku ingin makan malam bersama kedua orangtuaku dan melewatkan waktu bersama mereka."

Lukman mengangguk mengerti. "Oh, oke, kalau begitu."

"Pamela."

Pamela dan Lukman sontak menoleh ke sumber suara. Mata Pamela seketika melebar. "Sebastian??"

***

Evathink
Follow instagram, innovel/dreame: evathink

Makasih ya temen2
Jangan lupa vote dan komen, mudah2an aku bs sering update mulai skr

Pamela and Her Bastard HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang