17

5K 592 57
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Spoiler spoiler lolSssttt sepertinya sebastian mau maksa ya hoho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Spoiler spoiler lol
Sssttt sepertinya sebastian mau maksa ya hoho

Ebook versi lengkap tersedia di google play buku dan karya karsa,
Versi buku cetal, ready stock wa aku 08125517788 utk order ya.

Cerita tetap dilanjutkan di wp sampai tamat

Part 17

Sebastian mengetuk-ngetuk jari-jemarinya di meja kerja dengan pikiran dipenuhi Pamela. Kemarin sore Pamela tak menungguinya pulang kerja seperti biasa. Begitu juga tadi malam, wanita itu tidak menungguinya di sofa ruang keluarga. Lalu tadi pagi, tidak menawarinya sarapan. Apa yang terjadi? Apakah Pamela tak ingin lagi berjuang meraih hatinya, seperti yang dilakukannya selama dua bulan terakhir ini?

Pemikiran itu anehnya membuat Sebastian resah.

Apa yang membuat Pamela menyerah? Sikap dingin Sebastian, atau diam-diam Pamela memiliki seseorang yang spesial?

Rasa gusar tiba-tiba menggelora di dada Sebastian.

Pamela tidak boleh dekat dengan pria manapun selama masih berstatus istrinya. Afair dan gosip miring akan memberi citra negatif pada Sebastian dan bisnisnya, juga keluarganya.

***

Tetes-tetes keringat membasahi wajah, juga sekujur tubuh Pamela yang sedang joging di atas treadmill yang ada di ruang khusus olahraga di lantai dua rumah mewah Sebastian. Gaun yang ia beli dan tak muat di tubuhnya itu telah memacu semangatnya untuk melunturkan lemak-lemak di tubuh. Ia harus bisa memakai gaun itu. Pokoknya harus.

Selama ini, sering Pamela menginginkan gaun-gaun tertentu tapi tak muat di tubuhnya dan ia hanya pasrah. Lalu apa yang berubah kali ini?

Sembari berlari, Pamela menyeringai sedih. Mungkin jauh di dalam hatinya ia ingin bisa memakai gaun seksi tersebut dan membuat Sebastian terpesona.

Terdengar sangat menyedihkan, bukan? Pernikahannya dan Sebastian tak ada masa depan. Akan berakhir, hanya menunggu salah seorang dari mereka berdua menggugat cerai. Namun sayangnya Pamela yang terluka dan putus asa ingin meninggalkan satu kesan terakhir di hati Sebastian sebelum mereka berpisah.

Ponsel Pamela yang ada di atas sebuah meja berdering singkat. Pamela menyudahi larinya dan turun dari treadmill sembari mengelap keringat di wajah dan leher dengan handuk kecil.

Hai, mel ...

Mata Pamela seketika melebar ketika membaca pesan dari Lukman.

Hai .... balas Pamela.

Nanti siang ada waktu? Bagaimana kalau kita makan siang bersama?

Pamela melirik cincin di jari manisnya, lalu kembali menatap ponsel. Ia mengetik: Maaf, Lukman, aku tidak bisa.

Ketika akan mengirim pesan tersebut, wajah dan sikap dingin Sebastian membayang di pelupuk matanya.

Pamela menghela napas panjang lalu menghapus pesan tersebut dan mengiyakan ajakan Lukman.

***

"Jadi kau sudah menikah?" Lukman melirik cincin yang melingkar di jari manis Pamela.

Pamela tersenyum dan mengangguk lemah. "Ya, dengan pria pilihan orangtuaku." Pamela tak mengerti mengapa ia mengatakan itu, mungkin karena sedih atas dinginnya pernikahannya dan Sebastian.

Mata Lukman sedikit melebar. "Yang artinya kalian tak saling mencintai?"

Pamela tertawa kering. "Begitulah."

Lukman menatap Pamela dalam-dalam. "Jadi, apakah kau bahagia?"

Pamela yang sedang memainkan sedotan jusnya, menghentikan kegiatan itu dan mengangkat wajah.

Tatapan keduanya beradu. Lukman mengangkat alis.

Pamela tersenyum masam. "Tak mudah membina rumah tangga jika tak saling mencintai, bukan?" dan aku telah sampai pada titik berhenti berusaha mempertahankannya, imbuh Pamela dalam hati.

Lukman menggangguk-angguk kecil. "Sudah berapa lama kalian menikah?"

"Dua bulan."

***

700 vote 70 komen, langsung update

Evathink
Ig: evathink

Yuks vote dan komen banyak2

Pamela and Her Bastard HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang