[23]

447 27 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Taksi yang ditumpangi Arunika berhenti di depan rumah Daniel. Arunika bergerak turun dari taksi online yang ditumpanginya. Dia menekan bel rumah Daniel. Tidak lama, Yifan membukakan pintu untuknya. Arunika masuk ke dalam rumah ditemani dengan Yifan yang berjalan pelan di depannya. Arunika memerhatikan sekeliling rumah. Masih sama, sepi. Rumah ini sangat sepi menurut Arunika. Wajar saja, hanya ada Daniel dan Yifan yang tinggal di rumah seluas ini.

Apa dia selalu sendirian kayak gini?

Yifan mengantar Arunika ke depan kamar Daniel.  Dia membukakan pintu kamar Daniel. “Bos ada di dalem, aku permisi dulu”

Arunika memandang Yifan yang pergi menjauh. Meninggalkan Arunika sendirian di depan pintu kamar Daniel. Arunika mengetuk pintu kamar Daniel. Meminta izin untuk masuk. Tetapi tidak ada jawaban. Arunika mencoba lagi, dan hasilnya sama. Tidak ada jawaban. Hal itu membuat Arunika memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Daniel. Ia menyembulkan sebagian kepalanya di pintu. Memantau situasi di dalam kamar Daniel. Merasa aman, Arunika melangkah masuk ke dalam.

Arunika mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar Daniel. Kamar Daniel cukup besar, mungkin dua atau tiga kali lebih besar dari kamar kos yang ditempatinya sekarang. Warna hitam dan abu-abu mendominasi kamar Daniel. Sebuah tempat tidur berukuran besar menjadi titik utama kamar ini. Ada dua sliding door yang membatasi kamar. Sliding door di sebelah kanan tempat tidur adalah walk in closet. Sedangkan yang di sebelah kanan tempat tidur, sepertinya kamar mandi.

Arunika melihat Daniel yang terbaring di atas tempat tidur. Ia menghampiri Daniel. Mendekat kepada pria itu untuk melihat keadaannya. Arunika memerhatikan Daniel dengan seksama. Sepertinya Daniel baik-baik saja. Dia terlalu sehat untuk dibilang sedang sakit.

“karena aku udah dateng dan udah ngelihat Om, aku pamit”

Baru satu langkah Arunika berjalan, tiba-tiba ia merasakan sebuah lengan hangat melingkari bahunya. Daniel memeluknya. Begitu erat. Hingga Arunika bisa merasakan deru napas Daniel di telinganya. Arunika terdiam di tempat mendapat perlakuan seperti itu.

i miss u so bad

Daniel mempererat pelukannya di bahu Arunika. Tidak ingin Arunika pergi seperti sebelum-sebelumnya. Daniel menginginkan Arunika ada di sisinya malam ini. Hatinya tidak bisa berbohong. Daniel sangat merindukan Arunika. Merindukan semua yang ada pada diri Arunika.

“aku harus pergi” desis Arunika.

Arunika melepaskan tangan Daniel yang memeluk bahunya erat. Namun gerakannya terhenti saat mendengar suara aneh dari perut Daniel. Arunika memandang Daniel. Bertanya apa yang terjadi dengan matanya.

Daniel yang mendapat tatapan seperti itu malah tertawa. “aku laper”

Tanpa permisi, Daniel menarik tangan Arunika. Menuntun gadis itu menuju meja makan yang ada di samping breakfast bar. Daniel mendudukkan Arunika di salah satu kursi di sana.

“temenin aku makan, please” kata Daniel memohon saat Arunika bersiap akan pulang.

Arunika terdiam. Setelah menimbang beberapa saat, Arunika mengangguk pelan. Ia kembali duduk di posisinya semula. Melihat hal itu tentu membuat Daniel tersenyum lebar. Ia Merasa menang karena berhasil membuat Arunika tetap tinggal di rumahnya.

Daniel memulai aksi masaknya. Ia memasak sebuah hidangan sederhana agar Arunika tidak terlalu lama menunggu. Daniel takut kalau terlalu lama menunggu, Arunika akan pergi. Siapa yang tau apa yang akan dilakukan Arunika. Pikiran Arunika terlalu sulit untuk ditebak.

Daniel menghidangkan sebuah piring di depan Arunika setelah beberapa saat berkutat dengan alat-alat dapur. Arunika mengucapkan terima kasih saat Daniel memberikan makanan kepadanya. Keduanya hanya makan dalam diam selama beberapa saat hingga akhirnya Arunika membuka mulut memulai obrolan.

bodyguard itu, Om kan yang nyuruh mereka ngawasin aku?”

Daniel tersenyum miring, lalu mengangguk kecil.

“untuk apa?”

“melindungi kamu, selama aku enggak di sini” ujar Daniel lembut.

“emangnya Om kemana? Terus kenapa Om harus nyuruh anak buah Om ngawasin aku? emangnya aku siapanya Om? Kita ini hanya dua orang asing yang enggak saling kenal”

Daniel menggenggam tangan kiri Arunika yang ada di atas meja. “maaf aku enggak bisa kasih tau kamu aku darimana. Satu hal yang perlu kamu tau, kamu itu titik bagiku. Titik yang menjadi poros kehidupanku sekarang. Titik yang akan menentukan takdir hidupku”

Arunika terdiam. Apa maksud Daniel mengatakan itu semua. Apa dia sedang latihan drama. Ini tidak lucu menurut Arunika.

“Om jangan bercanda, aku lagi males ngeladenin bercandaan Om” kesal Arunika akhirnya.

“menurut kamu aku bercanda? aku serius Arunika”

Daniel menatap Arunika penuh keyakinan. Dia sangat yakin dengan perasaannya pada Arunika. Dia tau, kini poros hidupnya ada pada Arunika. Hanya Arunika yang bisa membuat hatinya bergetar seperti sekarang ini.

Sedangkan Arunika, dia tidak tau apa yang ada dipikirannya saat ini. Semua ini terlalu mendadak. Pengakuan Daniel terlalu mendadak. Hati dan pikirannya tidak siap mencerna apa yang baru saja dikatakan Daniel. Arunika menatap mata Daniel dalam. Jelas dia bisa melihat kejujuran dan kesungguhan di sana. Daniel tidak main-main dengan ucapannya ternyata.

“aku udah selesai. Aku pamit pulang”

Arunika bangkit. Ia ingin pulang saat ini juga. Arunika butuh waktu untuk berpikir mengenai apa yang baru saja terjadi. Dia harus mencari tau apa  sebenarnya isi hatinya. Lagipula ini semua terlalu mendadam baginya. Hati dan pikirannya belum siap. Apalagi Daniel mengungkapkan perasaannya secara tidak langsung. Membuat Arunika tidak merasa yakin dengan perasaan Daniel padanya.

“Arunika, aku anter”

Hah. Ini dia. Suara ini. Suara ini sudah lama tidak Arunika dengar. Suara yang selalu menghipnotis Arunika. Daniel bergegas pergi menuju lantai dua. Mengambil kunci mobil yang ada di kamarnya. Kemudian kedua insan manusia itu pergi bersama menuju kos Arunika.

***

Next, [24]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang