[38]

321 23 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Malam mulai datang seiring dengan kepergian matahari. Membuat bulan mau tak mau menggantikan tugas matahari. Bulan tidak sendiri, dia dibantu oleh setiap lampu yang menyala di bumi. Mereka bekerja sama membuat bumi terang meski gelap masih menyelimuti.

Daniel menghampiri Arunika yang berdiri sendirian di balkon rumahnya. Daniel melingkarkan kedua lengannya di tubuh Arunika. Memeluk gadis itu dari belakang.

Arunika yang terkejut lantas melihat orang yang memeluknya. Lalu tersenyum kecil. Arunika menyandarkan kepalanya di dada bidang Daniel.

“hari ini aku bangun on time, enggak kesiangan. Aku sarapan di kampus bareng Elisa. Kamu tau, dia makan 2 mangkok bubur ayam tadi pagi. Perut dia itu emang gentong. Tadi pas mata kuliahnya Pak Fuzan ada kuis dadakan. Soalnya susah banget tau. Tega banget sih Pak Fuzan ngasih soal begitu”

Arunika menatap kedua mata Daniel lalu tertawa. Melihat Arunika yang tertawa, membuat Daniel pun ikut tertawa.

“aku akan bercerita kayak gini setiap hari. Kamu cukup dengerin aku aja. Aku enggak akan maksa kamu untuk cerita. Tapi aku mohon pegang janji kamu. Jangan tiba-tiba menghilang. Aku bakalan cepat tua karena stres mikirin kamu kalau sampai kamu tiba-tiba menghilang. For your information, I don't want to be a granny right now

Daniel tertawa. Dia mencubit hidung Arunika gemas. “kamu udah ada di tahap jadi ibu-ibu sekarang. Kerjaannya ngomel terus”

Arunika berdecak sebal.
Daniel merogoh saku celana panjangnya. Mengeluarkan sebuah kalung dari dalam sana. Daniel memasangkan kalung itu di leher Arunika. Arunika meraba liontin kalung itu. Dia tidak tau seperti apa bentuknya karena Daniel tidak menunjukkan kalung itu pada Arunika. Daniel hanya langsung memakaikannya ke leher Arunika.

“kaktus” kata Daniel yang mengerti maksud Arunika.

“kenapa kaktus? tumben banget ada laki-laki yang ngasih kalung bentuknya kaktus”

“dia mirip kamu”

“kenapa mirip aku? Aku berduri-duri emangnya?”

Kamu istimewa, seperti kaktus. Aku ingin kamu kuat seperti kaktus. Aku ingin kamu juga bersabar menunggu bungamu yang akan muncul. Mungkin akan lama, seperti Melocactus. Tapi aku harap kamu akan setia menunggu hingga bunga itu muncul.

Tidak ingin mendengarkan omelan panjang Arunika yang tidak akan usai, Daniel menuntun gadis itu menuju dapur. Mereka akan makan malam bersama.

Selesai makan malam, Daniel dan Arunika memutuskan untuk menonton film sesuai dengan permintaan Arunika. Jangan lupakan perdebatan mereka di setiap hal yang mereka lakukan. Arunika ingin menonton kartun sementara Daniel ingin menonton action. Perdebatan panjang pun terjadi. Persis seperti kemarin-kemarin. Keduanya tidak ada yang mau mengalah satu sama lain. Namun akhirnya Daniel yang menang kali ini.

Daniel melihat ke samping kirinya. Sedari tadi ia bicara tidak ada sahutan dari Arunika. Ternyata Arunika sudah tertidur. Daniel memandang wajah Arunika yang tertidur pulas. Dia mencubit hidung Arunika yang membuat gadis itu bergerak tak nyaman dalam tidurnya.

Daniel menggendong Arunika. Membawanya ke lantai dua menuju kamar utama. Daniel menidurkan Arunika di ranjang super besar miliknya. Dia memperhatikan wajah Arunika yang tertidur pulas. Daniel mengelus rambut Arunika pelan.

Wǒ ài nǐ
(Aku mencintaimu)

***

Next, [39]

REVENGEWhere stories live. Discover now