[27]

397 24 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Daniel memberhentikan mobilnya di sebuah bangunan setengah lingkaran. Sebuah toko dan kebun kaktus sekaligus. Arunika tersenyum lebar saat turun dari mobil. Dia menggandeng tangan Daniel, mengajaknya masuk ke dalam bangunan itu.

Kebun kaktus ini merupakan lokasi yang selalu didatangi Arunika paling tidak sebulan sekali. Dia tidak bisa terlalu sering ke sini karena jaraknya cukup jauh dari tempat kos nya. Kebun kaktus ini milik seorang lelaki paruh baya bernama Herman. Orang yang sudah dianggap Arunika seperti ayahnya sendiri saking dekatnya Arunika dengan Herman.

Ketika masuk ke dalam bangunan, kedua mata pengunjung akan disuguhi oleh berbagai jenis macam dan model kaktus yang terpajang di sepanjang lorong. Selain menjual kaktus, kebun ini juga dilengkapi beberapa spot foto yang instagram-able. Tidak jarang pengunjung datang hanya untuk berfoto. Meski tidak sedikit juga yang memborong kaktus-kaktus milik pak Herman.

“bapak” seru Arunika saat melihat Herman yang sedang menanam sebuah kaktus.

Herman menoleh ke kiri. Dia ikut tersenyum melihat Arunika yang datang mengunjungi kebun kaktus miliknya. Arunika meraih tangan kanan Herman. Dia mencium punggung tangan Herman. Persis seperti yang dilakukannya kepada kedua orang tuanya.

“bapak lagi nanam apa? Melocactus?”

Herman mengangguk. “iya. Kemarin kamu nyari ini kan?”

Arunika bergumam. “iya pak. Tapi malah habis ya kemaren. Yang ada pun masih kecil-kecil banget, belum sebesar yang Aru cari kemaren”

Herman terkekeh. Dia melirik ke arah Daniel yang hanya diam mendengarkan obrolannya dengan Arunika. Melihat lirikan Herman, Arunika langsung tersadar. Dia belum memperkenalkan Herman pada Daniel.

“oh iya, sampai lupa. Pak, kenalin ini Daniel”

“pacar kamu ya?” bisik Herman.

Arunika tersenyum malu lalu  mengangguk pelan merespon pertanyaan Herman. Herman terkekeh melihat reaksi Arunika yang malu-malu kucing padanya. Herman dan Daniel pun berkenalan. Mereka saling menjabat tangan satu sama lain.

“ya sudah, kamu keliling aja. Bapak mau lanjutin nanam ini dulu” ujar Herman.

Arunika mengangguk mengiyakan. Dia mengajak Daniel untuk berkeliling kebun. Arunika memperhatikan setiap kaktus yang dipajang di kebun ini. Banyak sekali. Dan dia sudah punya hampir semuanya. Beberapa ia letakkan di rumah Ayahnya yang ada di Bandung. Sedangkan yang menjadi kesukaannya ia letakkan di kamar kos nya.

“ini namanya Cereus Tetragonus. Lucu kan, kecil-kecil gini kaktusnya” Arunika menunjuk salah satu kaktus di hadapannya.

“kalau ini Echinocactus Grusonii atau biasanya orang bilang ini golden barrel. Soalnya bentuk dia mirip gentong” ujar Arunika masih menjelaskan kaktus-kaktus di hadapannya.

“nah ini, kaktus yang aku bilang kemaren. Namanya Echinofossulocactus. Cantik kan durinya. Pertumbuhan dia sedikit lambat dibandingkan kaktus yang lain. Dia butuh waktu tiga tahun untuk berbunga. Bener-bener menguji kesabaran orang yang menanamnya”

Daniel tersenyum lebar melihat Arunika yang terlihat sangat bahagia saat menjelaskan semua jenis kaktus yang dilihatnya. Kaktus benar-benar sudah menyatu dengan jiwa Arunika. Gadis itu sangat menikmati bidang ini. Ketika wanita lain lebih memilih untuk menanam bunga, Arunika malah memilih kaktus. Arunika tidak perduli dengan tren. Dia hanya ingin menikmati apa yang menjadi kesukaannya.

Arunika mengambil sebuah pot. Dia menunjukkanya ke hadapan Daniel. “kalau ini mirip kamu  Cephalocereus Senilis. Mirip kamu kan?”

Daniel menaikkan sebelah alisnya bingung. Kenapa Arunika menganggapnya mirip dengan kaktus aneh ini. Kaktus ini memiliki rambut-rambut putih yang mengiasi seluruh permukaan kulitnya.

“kenapa?”

Arunika tertawa. “kamu itu mirip banget sama dia. Lihat, kamu sama dia sama-sama punya uban”

“apa kamu bilang?” kata Daniel geram.

Daniel meraih tubuh Arunika. Ia menggelitik Arunika yang membuat gadis itu menggeliat kegelian. “kamu bilang aku ini udah tua? Udah ubanan?”

Arunika menggeliatkan tubuhnya menahan geli dari gelitikan Daniel. “haha… okay, okay, aku nyerah. Damai, damai, please. Daniel stop please, haha”

“aku dapat apa kalau damai? I want a winwin solution

Arunika berdiri menghadap Daniel. Tiba-tiba Arunika mendekatkan wajahnya ke wajah Daniel. Dia mengecup Daniel singkat, tepat di pipi kanan pria itu. Daniel terdiam mendapatkan kecupan kejutan dari Arunika. Arunika yang merasa malu, bergegas pergi meninggalkan Daniel. Melihat Arunika yang menjauh, Daniel menyegerakan langkahnya untuk mengejar Arunika.

***

Next, [28]

REVENGEWhere stories live. Discover now