[55]

305 20 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Daniel menyandarkan tubuhnya di tembok ruang rawat inap Arunika. Lantai teratas rumah sakit ini nampak kosong karena memang lantai khusus untuk keluarga Xu yang notabenenya pemilik rumah sakit ini. Dan untuk Daniel, itu pengecualian.

Yifan menyerahkan sebotol minuman pada Daniel. Daniel menerima botol itu. Tidak lama kemudian, beberapa orang perawat yang bertugas keluar dari ruang rawat Arunika. Melihat itu membuat Daniel bergegas masuk ke dalam ruang rawat Arunika.

Daniel menghampiri Arunika yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Selang infus menghiasi tangan kanannya. Daniel duduk di kursi di sebelah ranjang. Dia menggenggam tangan kiri Arunika erat.

“tidak ada luka serius. Aku sudah menanganinya dengan baik” jelas Haoyang.

Daniel mengangguk. “terimakasih”

“apa dia gadis yang membuatmu menjadi gila? Sebenarnya apa yang terjadi? Apa mungkin.. Lin Zhicun?”

Daniel bergumam. “dia sudah mati”

Haoyang menatap wajah Arunika yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. “dia cantik, seperti ibumu”

Setelah mengatakan itu, Haoyang pergi meninggalkan Daniel berdua dengan Arunika. Daniel menggenggam tangan kiri Arunika erat. Menenggelamkan tangan itu di wajahnya.

“maafkan aku Arunika, maafkan aku. Seharusnya kamu tidak melalui ini semua” bisik Daniel penuh penyesalan.

Arunika memukul kepada Daniel pelan dengan tangan kanannya yang lemah. “Berhenti meminta maaf. Aku udah bosen dengerin kamu minta maaf terus”

Daniel mengelus kepala Arunika pelan. Menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

“aku baik-baik aja. Lihat, aku bahkan udah diinfus” Arunika menunjukkan tangan kanannya yang dihiasi infus.

Arunika mencoba bangun dari tidurnya yang langsung ditahan Daniel.

“kamu butuh apa? Biar aku saja”

Arunika menggeleng. “aku enggak butuh apa-apa. Aku mau lihat kamu terluka atau enggak. Kamu ingatkan terakhir kali aku bertanya tentang luka, kamu bohong. Aku harus lihat sendiri sekarang”

Daniel terkekeh pelan. Kemudian dia berdiri. Memperlihatkan badannya yang tidak terluka sama sekali. “see? aku enggak terluka sedikit pun”

Arunika mengangguk. Rasa mengantuk mulai mendatangi dirinya. Perlahan Arunika menutup kedua matanya. Daniel yang melihat itu mengusap kepala Arunika pelan. Membantu Arunika untuk cepat terlelap dalam tidurnya. Dia mengerti. Arunika butuh istirahat. Arunika butuh menghilangkan kenangan buruk ini dalam tidurnya.

***

Next, [56]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang