[14]

497 24 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

“aku akan ambil kaktusmu, tunggu di sini sebentar” titah Daniel. Sedetik kemudian ia dan Yifan menghilang dari pandangan Arunika. Keduanya menuju lantai dua rumah ini.

Lima ment.

Sepuluh menit.

Lima belas menit.

Daniel dan Yifan tidak kunjung kembali. Hal itu membuat Arunika memutuskan untuk berjalan sebentar mengelilingi rumah ini. Di lantai satu rumah ini tidak terlalu banyak ruangan dan sekat. Di bagian kiri ada dua ruangan, dapur dan kursi santai. Lantai satu ini sepertinya memang sengaja dibuat longgar. Arunika melihat ada sebuah kolam renang dan taman kecil di bagian belakang rumah.

Arunika berbalik, pandangan matanya mengarah ke sebuah benda kecil di ujung tangga lantai dua. Ada kucing rupanya. Sepertinya sejenis british short hair. Segera saja Arunika menghampiri kucing itu. Saat akan membawa kucing itu dalam gendongan, dia lari. Lantas Arunika mengikuti kemana kucing itu pergi.

Kucing itu berhenti membuat Arunika langsung meraih dan menggendongnya. Arunika mengelus-elus kucing berwarna abu-abu itu.

“kamu lucu banget sih” bisik Arunika pelan. “aku enggak nyangka Om-om itu punya peliharaan lucu kayak kamu. Nama kamu siapa?”

Kucing itu mengeong sambil mengelus-ngeluskan badannya kepada Arunika. Merasa nyaman dengan kehadiran Arunika yang menggendongnya. Samar-samar Arunika mendengar suara orang berbicara. Tapi tunggu dulu, sepertinya bukan menggunakan bahasa Indonesia.

Mandarin?

Arunika mendekatkan diri menuju sumber suara. Asalnya dari ruangan yang tidak jauh dari tempatnya berada. Pintu ruangan itu tidak sepenuhnya tertutup. Membuat Arunika bisa melihat sosok dua orang pria di sana, Daniel dan Yifan. Mereka tengah berbincang serius. Terlihat jelas dari raut wajah kedua pria itu. Yifan seperti tengah menjelaskan sesuatu pada Daniel. Sementara Daniel melihat entah apa itu di tabletnya.

Ngomong apaan ya mereka? Wajar sih mereka bisa ngomong mandarin, emang mirip keturunan cina. Udah ah, ngapain deh aku nguping mereka, kurang kerjaan banget, yok cing kita pergi

Arunika berjalan pergi meninggalkan Daniel dan Yifan sambil menggendong kucing abu-abu tadi. Tapi yang tidak ia sadari, Daniel melihat bayangan Arunika. Membuat pria itu tau ada Arunika di sana.

Arunika kembali ke tempat asalnya. Duduk di kursi breakfast bar bersama dengan teman barunya, si kucing abu-abu.

“nama kamu siapa sih? Masa aku manggilnya cing doang” tanya Arunika sambil mengelus kepala kucing itu yang tengah tiduran di atas breakfast bar.

“Pika”

Arunika menoleh ke kiri. Ke arah asal suara yang baru saja didengarnya. Ada Daniel yang menuruni tangga dengan tangan kanannya membawa sebuah kaktus.

“Pika? Jangan bilang nama panjangnya Pikachu?”

Daniel mengangguk mengiyakan. Ia duduk di sebelah Arunika. Tangannya terulur menggelitik Pika yang mendekatinya. Kucing itu mengeong pada Daniel. Seolah tau Daniel adalah tuannya yang sesungguhnya.

Arunika tertawa mendengar hal yang baru saja dikatakan Daniel. Pria itu sangat tidak kreatif dalam memberi nama. Arunika menerima kaktus yang diberikan Daniel padanya. Ia tersenyum lebar. Akhirnya kaktus itu kembali padanya.

“kamu suka kaktus?”

Arunika mengangguk. “ini namanya Melocactus. Cantik kan? Dia seperti punya mahkota di kepalanya”

“kenapa kaktus? Kenapa bukan bunga seperti wanita yang lain?”

Arunika tersenyum. “Om tau, kaktus itu sangat istimewa. Dia bisa bertahan sendirian di padang yang gersang. Dia bisa mencari air sendiri sejauh apapun letak air itu berada. Dia terlihat sangat kuat dari luar, penuh dengan duri, membuat siapa aja mungkin enggan memegangnya. Tapi, dia bisa memancarkan pesonanya sendiri. Membuat orang-orang istimewa lain jatuh cinta pada pesonanya itu”

Arunika memandang Daniel. “mungkin banyak orang mengira kalau kaktus enggak berbunga, padahal kenyataannya kaktus itu punya bunga. Walaupun ada beberapa yang butuh waktu yang lama untuk berbunga, misalnya Echinofossulocactus. Dia butuh waktu tiga tahun untuk berbunga. Tapi disitulah yang membuat kaktus menarik”

Arunika memandang kaktus di hadapannya. “interesting right? There are many things we can learn from cactus. Dia itu istimewa”

Daniel mengelus kepada Arunika pelan. Arunika terlihat sangat menyukai kaktus. Sepertinya dia harus menyuruh Yifan membeli kebun kaktus untuk dia berikan pada Arunika. Benar, dia harus menuyuruh Yifan melakukan itu.

Arunika bangkit dari duduknya. Membuat Daniel menaikkan sebelah alisnya bingung.

“saya harus pulang, terimakasih atas makanannya dan kaktus ini” ujar Arunika menggerakkan kaktus di tangannya.

Daniel memegang tangan Arunika. Mencegah gadis itu untuk pergi. “aku anter. Arunika, aku anter”

Arunika baru hendak akan menolak tawaran Daniel. Tapi seperti biasa, saat Daniel sudah menyebut namanya, Arunika akan merasa terhipnotis dan mengikuti semua perkataan Daniel.

“ayo” ajak Daniel.

Arunika menoleh pada Pika yang masih setia tiduran di atas breakfast bar.

Bye Pika, aku pulang dulu” pamit Arunika. Dia mengelus-elus Pika untuk yang terakhir kali.

Arunika mengikuti Daniel yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Daniel berdiri di samping pintu mobil yang sudah terbuka. Menyuruh Arunika masuk dengan gerakan kepala. Arunika segera masuk ke dalam mobil menuruti isyarat Daniel.

***

Next, [15]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang