[29]

398 23 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Arunika mengeluarkan selembar uang seratus ribu dari dalam dompet. Namun gerakannya kalah cepat dari tangan Daniel yang menyerahkan sebuah kartu kredit kepada kasir yang berjaga. Arunika menatap Daniel kesal. Dia merasa bisa membayar kaktus yang ia beli.

“sekalian” ujar Daniel tak ambil pusing.

Daniel mengambil empat buah kardus yang berisi berbagai jenis kaktus dari atas meja kasir. Arunika terkejut saat melihat hal itu. Daniel membeli ini semua? Untuk apa?

“kamu beli ini semua? Semuanya? Aku pikir kamu enggak suka kaktus” tanya Arunika bingung.

Daniel terkekeh mendengar pertanyaan kebingungan Arunika. Belum lagi ekspresi Arunika yang sangat menggemaskan di matanya.

“awalnya aku memang enggak suka. Tapi karena kamu suka, aku akan pajang ini semua di Lomi. Biar kamu betah kalau datang ke sana”

Arunika memukul pelan lengan Daniel. Ada-ada saja jalan pikiran Daniel. Selesai membayar dan berpamitan dengan Herman, keduanya berjalan berdampingan menuju mobil Daniel yang terparkir di parkiran kebun. Mereka berencana untuk makan di salah satu restoran yang tidak berada jauh dari kebun kaktus ini.

Saat mobil sedang melaju, Arunika sesekali memperhatikan Daniel yang sedari tadi melirik ke belakang melalui spion mobil. Hal itu membuatnya ikut melirik ke belakang melalui spion mobil yang ada di samping kirinya. Tidak ada yang aneh menurut Arunika. Hanya ada sebuah mobil di belakang yang jaraknya cukup jauh dari mobil Daniel.

“kenapa? Ada masalah?”

Daniel menoleh pada Arunika. “enggak ada”

Arunika mengangguk mengiyakan jawaban Daniel. Dia kembali memfokuskan pandangan pada jalanan yang ada di hadapannya. Namun, tiba-tiba Daniel menghentikan mobilnya secara mendadak. Untung saja Arunika memakai seatbelt dan ada tangan Daniel yang dengan sigap menahan tubuhnya hingga kepalanya tidak jadi membentur dashboard mobil. Kalau tidak sudah dipastikan Arunika akan punya karya seni baru di wajahnya. Sebuah benjolan berwarna biru.

Arunika melihat ke kanan. Ada sebuah mobil yang menyerempet mobil Daniel. Lalu mobil itu melaju kencang begitu saja tanpa mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Daniel memutarkan badannya ke arah Arunika. “you okay?

Arunika mengangguk. “i'm okay. Dia nyerempet mobil kamu? Terus pergi gitu aja? Kurang ajar banget sih. Kamu gimana? Ada yang luka?”

Daniel menggeleng lalu tersenyum kecil pada Arunika. Kemudian Daniel menekan salah satu tombol yang tertera di kemudi. Dia menelfon Yifan.

“Zhǎo chū fāshēngle shénme” titah Daniel.
(cari tau apa yang terjadi)

Sedetik kemudian, sebuah mobil berlalu cepat melewati mobil Daniel. Di dalam mobil itu ada Yifan dan seorang Shù lainnya. Selama ini jika Daniel pergi bersama Arunika, dia akan membawa Yifan dan satu orang Shù. Sebagai antisipasi apa yang akan terjadi. Seperti saat ini.

Daniel kembali melajukan mobilnya. Dia melirik kepada Arunika. “Aru, maaf kita enggak jadi makan di restoran yang kamu mau hari ini. Makan di rumah aku aja gimana? Aku akan masakin kamu makanan apapun yang kamu mau”

Arunika mencibir mendengar perkataan narsis Daniel. “okay, enggak masalah. Awas aja makanan kamu enggak enak”

Arunika memperhatikan Daniel sedari tadi. Sepertinya sesuatu yang buruk telah terjadi. Daniel dan Yifan berbicara dengan mandarin lagi. Begitu pula dengan raut wajah Daniel yang menjadi serius. Persis seperti saat di rumah Daniel waktu itu. Apakah Itu artinya ada sesuatu yang penting? Atau, apa itu artinya Arunika tidak boleh mendengar apa yang dikatakan Daniel pada Yifan? Entahlah. Arunika hanya bisa meraba-raba apa yang terjadi saat ini.

***

Next, [30]

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang