Bukan Sahabat | 30 | Akhir dari semuanya, cinta, sahabat, dan kebersamaan

169 10 5
                                    

"Jika boleh aku memilih, lebih baik aku tak pernah mengenal kamu, daripada aku harus mendekati jurang kegelapan tanpa bisa memanjat lagi." — Cattleya Minerva.

***

Leya membanting keras pintu kamarnya. Membuang sembarangn tas sekolahnya. Menjatuhkan dirinya begitu saja ke lantai kamar yang dingin. Rambut yang berantakan dan kepalan tangan itu masih terlihat jelas.

Emosi Leya masih bisa ia kendalikan tadi, tapi sekarang tidak.

"Ahhh!" pekiknya sembari bangun dan berjalan dengan cepat ke arah tembok kamarnya.

Leya menonjok tembok kokoh itu dengan kedua tangannya secara bergantian. Darah segar keluar begitu saja. Rasa sakit itu tak bisa ia rasakan, seolah mati rasa. Luka itu tidak biaa sebanding demgan luka hatinya sekarang.

Leya kecewa, sangat kecewa. Leya marah sekali. Leya benar-benar ingin menghancurkan apapun di sekitarnya. Hingga tiba-tiba bayangan Bara terlintas di dalam pikirannya yang kalut.

Tangan Leya berhenti, menjatuhkannya di atas angin. Kalimat dari Bara di masa lalu mampu memghentikannya.

"Bar, aku kadang kalau emosi banget suka lampiasin ke tembok-tembok atau rambut aku."

"Lho? Kok gitu sih kamu?"

"Abisnya aku gak tau harus nyalurin emosi aku pake apa Bar."

"Hey! Kamu gak boleh kayak gitu lagi ya? Hati kamu udah Leya, masa badan kamu mau kamu siksa juga?"

"Ahhh!" jerit Leya sembaru menjambak rambutnya sendiri dengan kuat hingga beberapa helaian pun jatuh ke lantai kamar.

Tubuh rapuh itu terjatuh lemas sambil terduduk. Leya sangat berantakan dan menakutkan. Leya hancur, bagaimana bisa takdir sejahat ini kepadanya?

Tidak cukupkah keluarga Leya yang punya takdir tak indah? Kenapa harus kisah cinta dan persahabatannya juga hancur?

Leya lagi-lagi menangis sendirian. Menumpahkan segala perasaan yang ia pedam selama ini. Rasa sakit ini benar-benar membuat Leya tak terkontrol.

Leya mengerutuki nasibnya yang teramat jelek. Takdir yang tak pernah menghantarkannya pada pintu cahaya keindahan. Selalu diberi harapan lalu dihempas ke dasar jurang yang gelap.

Rasanya tubuh Leya tak sanggup berdiri lagi. Tubuhnya sudah tidak kuat menahan beban ini semua. Leya terlalu lemah untuk kasus yang kali ini.

***

Seperti mayat hidup, Leya tetap masuk sekolah walaupun kemarin terjadi peristiwa paling tak terlupakan sepanjang hidupnya.

Selama di kelas, Leya hanya membaca novel dan mendengarkan musik ketika tak ada guru yang mengajar.

Saat jam makan siang, Leya menolak ajakan Dirga dengan kasar. Lebih baik Leya diam saja di dalam kelas daripada nanti harus bertemu tukang pengkhianat dan penjahat hebat.

Leya bosan, ia menyenderkan punggungnya di kursi. Leya menatap sekeliling kelasnya.

"Huftt! Keluar dulu aja deh!" Leya akhirnya keluar dari kelas untuk berkeliling sebentar— menghilangkan rasa bosan.

Bukan Sahabat [Completed✔️]On viuen les histories. Descobreix ara