Bukan Sahabat | 01 | Laki-laki tampan

564 48 179
                                    

"Semalam aku bermimpi kita bertemu. Walau mimpi tapi mengapa terasa nyata?"
-Cattleya Minerva.

***

Sejak SMP, Leya tidak pernah merasakan apa itu cinta dan bagaimana rasanya jatuh cinta kepada seseorang. Rasa sayang dan cintanya hanya berlaku pada sahabatnya, bukan untuk seseorang yang spesial.

Leya sangat suka membaca novel dan cerita dari aplikasi wattpad. Ia membaca cerita fiksi remaja tentang bagaimana indahnya percintaan remaja di SMA.

Jika boleh jujur Leya juga ingin di posisi tokoh utama perempuan di wattpad maupun di novel itu. Astaga, bahkan Leya suka berkhayal sendirian. Tetapi dia selalu berkata pada dirinya sendiri.

"Jatuh cinta itu hanya untuk orang-orang yang beruntung. Guekan bukan orang-orang yang beruntung."

Leya selalu mengklaim dirinya selalu sial dan tidak beruntung. Dia selalu tak percaya diri dan tak menyadari kelebihan yang ia lakukan atau ia miliki.

Leya bukan tipikal perempuan yang mudah mengagumi dirinya sendiri. Ia selalu merasa kasian pada hidup dirinya sendiri. Dan semua bentuk yang ia miliki di tubuhnya terutama matanya.

Leya memiliki sorot mata yang tajam dan ketika ia diam, maka orang-orang yang melihatnya pun akan berpikir Leya sedang marah atau tidak suka dengan mereka. Padahal Leya sedang tidak memikirkan apapun. Dan Leya tipe perempuan yang sukar tersenyum karena ia lebih suka menampilkan senyum atau ekspresi cerianya saat keadaan memang benar-benar mendukung dirinya untuk tersenyum atau tertawa.

Hari ini hari pertama ia masuk ke kelasnya. Sebelum mendapatkan kelasnya ia harus menunggu seperti murid lainnya.

Semua murid sudah masuk ke dalam kelasnya masing-masing, tetapi namanya belum terpanggil. Melihat keadaan sekitar yang mulai sepi, Leya berinisiatif untuk menanyakan kepada guru yang tadi memanggil nama para murid. Tetapi rasa gugup lagi-lagi datang pada dirinya.

Leya pun membuang nafas kasar dan bangun dari duduknya dan menghampiri guru berkacamata yang umurnya sepertinya sama dengan Papanya. "Permisi Pak, saya mau tanya, nama saya kok belum dipanggil ya, Pak?" tanyanya sopan.

Bapak itu menoleh, "Namanya siapa Nak?" tanyanya.

"Cattleya Minerva, Pak," jawab Leya sopan.

Bapak guru itu pun langsung membaca dan mencari nama Leya di kertas bertumpuk yang ia taruh di atas papan ujian. Lalu dia menoleh kepada Leya lagi, "Nama kamu gak ada Nak, sepertinya pihak kami ada kesalahan tak disengaja. Begini saja, bagaimana jika kamu pergi ke atas, itu di sana di lantai 2 bagian kiri paling pojok. Nanti kamu tanya ke situ biar nama kamu ada di daftar nama sekolah ya Nak."

***

Lagi dan lagi baru saja ia ingin mendapatkan kelas resminya. Ia harus berkutip dan menghadapi guru baru lagi. Entahlah, kenapa ketidakberuntungan selalu menghantuinya?

Setelah berbicara sopan dengan beberapa guru yang sepertinya seksi kesiswaan atau apapun itu, ia tak tau apa namanya.

"Aduh kelasnya yang mana sih X IPS 2 ini? Kok gak keliatan ya dari tadi?" ujar Leya dalam hatinya.

Sampai akhirnya Leya sampai di depan kelas paling bawah. Leya pun berhenti untuk membaca nama kelas itu dengan benar. "Bener kok tulisannya X IPS 2. Huft! lagi-lagi gue gugup," Leya membuang nafas berkali-kali karena rasa kegugupannya. Ia mendengar di dalam kelasnya ini sangat berisik. Sepertinya beberapa calon teman kelasnya sudah pada akrab. Leya lagi-lagi cemas, takut ia membuat kesalahan dan diasingkan lagi. Namun dia menguatkan diri bahwa dia bisa dan pasti bisa.

Bukan Sahabat [Completed✔️]Where stories live. Discover now