Bukan Sahabat | 11 | Menjadi jauh

121 14 87
                                    

" Awalnya aku tak suka, namun kenyataan menamparku, kini aku tergila-gila padamu."
- Cattleya Minerva.

***

"Cie Leya tadi disapa sama anak sebelah," sahut Sisil yang entah datang sejak kapan.

Leya menatap Sisil datar lalu mendengus sebal. "Jadi dia sebelahan sama kelas kita?" tanya Leya.

Sisil mengangguk. "Iya, lo kok gak tau sih? Padahal tadi sapa-sapaan lho," ujar Sisil mengompori.

"Wih kenapa nih?" Yona yang baru saja datang langsung bergabung dengan Leya dan Sisil.

"Ini si Leya kedapetan di depan mata gue lagi dua-duan ama anak sebelah! Mana cakep lagi!" seru Sisil heboh membuat rasa penasaran Yona menambah dua kali lipat.

"Ih apaan sih?" ujar Leya tak suka dengan ucapan Sisil.

"Duh Ya, kita berdua gak bakalan buka mulut berkoar-koar kemana-mana deh! Ceritain dong, gimana kok lo bisa deket sama anak sebelah?" tanya Sisil membuat Leya semakin tak nyaman.

"Deket apaan sih Ya Allah."

"Gak ada apa-apa, gue aja gak kenal dia," jawab Leya membuat Sisil geleng-geleng kepala.

"Masa sih?" tanya Sisil bingung.

"Ish! Yang bener yang mana sih?" kesal Yona karena dia seperti dipermainkan, yang satu jawab a, dan yang satu lagi jawab b.

"Gue," balas Leya.

"Awas aja Ya, kalau gue liat lo berdua lagi bakalan gue introgasi!" seru Sisil diikuti anggukan Yona di sampingnya.

"Iya terserah kalian aja deh." Leya menatap kehadiran seseorang yang semalam membuat ia uring-uringan karena balasan pesan yang sedikit ambigu.

"Astaga, Bimo nambah ganteng aja."

Bimo jalan ke arah barisan Leya, membuat jantung Leya berdetak makin cepat. Namun, sangat disayangkan bahwa Bimo hanya melewati Leya tanpa menoleh atau menyapa seperti biasa.

"Lagi?"

Leya kembali murung, wajahnya ia tenggelamkan ke dalam tumpuan tangan di atas meja. Berkulat dengan pikiran dan hatinya yang tidak sinkron, membuat ia lagi-lagi rasanya ingin berpecah menjadi dua bagian saja. Bentrokan antara pemikiran dan hatinya sangat berbeda, membuat kepalanya mendadak sakit dan hatinya nyeri.

"Kenapa Bim? Kenapa? Lo kenapa sebenernya?"

"Kenapa rasanya sakit Bim?"

***

Leya baru saja keluar dari kamar mandi wanita, dirinya bersolek sebentar pada cermin yang ada di luar kamar mandi.

"Udah cantik kok!" sahut seseorang yang membuat kepala Leya menoleh ke asal suara.

Bara dengan antek-anteknya datang sambil membawa bola basket yang diapit di lengan kanannya. Jangan lupakan senyum dengan deretan gigi darinya. Bukannya Leya makin terpesona dengannya malah nambah jengkel melihatnya tengil seperti itu.

"Ck, mau apalagi sih dia?" gumam Leya kesal.

Bara maju beberapa langkah untuk menyamakan tubuhnya di hadapan Leya. Dengan senyum yang mengembang, rambut yang sedikit acak-acakan, dan pelipis yang sedikit berkeringat. Sedangkan Leya hanya menatapnya sinis dan datar tanpa minat.

"Udah cantik kok! Ngapain make kacaan lagi?" tanya Bara dengan senyum yang lebar beserta gigi yang ia pamerkan.

Leya menatapnya tanpa minat, benar-benar tatapan tak suka dan datar kepada Bara. "Suka-suka gue!" serunya lalu berbalik ingin pergi namun Bara menahannya.

Bukan Sahabat [Completed✔️]Where stories live. Discover now