Part| 04

882 113 77
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak 😊

Happy Reading!♥

***

Saka berjalan menunduk menuju ke arah ruang kepala sekolah. Sesekali ia tersenyum kepada orang yang menyapanya. Saat dirinya sedang belajar di kelas tadi, salah satu temannya memanggilnya untuk pergi ke ruang kepala sekolah.

Untung saja, pas pelajaran terakhir. Jadi Saka tidak terlalu ketinggalan pelajaran.

Ngomong-ngomong, Saka tidak pernah mencari masalah, ia tidak pernah berkelahi ataupun semacamnya. Saka bisa di bilang murid teladan, karena itu ia menjabat sebagai ketua osis.

Namun .. ada satu kemungkinan mengapa ia dipanggil.

"Duduk, Saka." Kepala sekolah menyuruh Saka untuk duduk. Saka diam sejenak, lalu menarik salah satu kursi untuk duduk di depan pak kepala sekolah.

"Kamu tau, kenapa kamu di panggil ke sini?" tanya pak Dika-kepala sekolah.
Saka mengangguk cepat.

"Saya belum ada uang pak," jawab Saka jujur. Pak Dika nampak menghela nafas.

"Saya tau, gimana keadaan ekonomi keluarga kamu, Saka. Tapi aturan tetaplah aturan."

"Iya."

"Kamu sudah nunggak 3 bulan, belum bayar SPP." Pak Dika memberi jeda ucapannya, "Kalau kamu tidak segera melunasinya, maka kamu bisa dikeluarkan."

"Iya, pak. Saya tau."

"Kalau saja kamu di keluarkan dari sekolah ini, kan sayang. Nilai kamu sempurna, Saka."

Saka berusaha agar tetap tersenyum, "S-saya pasti akan membayar uang tunggakannya, Pak."

"Tapi .. kasih saya waktu."

Pak Dika mengusap-usap dagunya yang memiliki bulu-bulu halus. Kalau sudah begitu pasti dia sedang berpikir keras.

Akhirnya setelah beberapa menit mengusap dagunya, pak Dika mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kamu ikutan olimpiade 'kan?" Saka mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau kamu menang, jadi juara satu. Saya akan melunasi semua tunggakan uang bulanan kamu," lanjut pak Dika.

Saka membulatkan bibirnya, ia berkedip beberapa kali.
"B-benar pak?" tanya Saka memastikan.
Pak Dika mengangguk, benar-benar baik.

Saka menjabat tangan pak Dika seraya meletakkannya di dahi.
"Makasih, pak. Saya akan berusaha agar menjadi pemenangnya."

Saka melepaskan tangannya dari tangan pak Dika. Saka bersyukur mempunyai kepala sekolah seperti pak Dika. Yang pengertian, tahu akan keadaan ekonomi muridnya.
Ah. Benar-benar baik.

"Iya, kamu belajar lebih giat lagi. Olimpiade nya di mulai 2 minggu lagi 'kan?"

"Iya, pak."

Pak Dika melihat jam tangan nya, "Berhubung ini sudah hampir jam pulang, kamu boleh kembali ke kelas."

Saka mengangguk, ia menyalimi tangan pak Dika. "Sekali lagi, terimakasih pak."

Untuk Saka(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang