Part| 36

462 33 38
                                    

Yeyy!! Update lagiii!!!

Selamat membaca!!❤️🔥

***

Saka nya yang perhatian, baik, sweet, pintar, telah pergi. Vio senang jika Saka ada dan baik-baik saja, namun dengan sifat dan perilaku berbeda Vio merasa itu semua sia-sia.

Saka milik Vio, bukan siapa-siapa. Kenapa Tuhan menggantikan seseorang yang berbeda di samping Saka saat ini? Vio merasa bahwa Tuhan berlaku tidak adil.

Hey! Selama ini cukup Saka yang merasakan sakit, sekarang waktunya Vio merasakan apa yang di rasa Saka dahulu.

Tetapi Vio bukanlah gadis kuat. Dia selalu menangis jika keinginannya tidak di penuhi. Dan selama ini yang selalu ada di samping Vio, yang selalu menemani, yang selalu mengerjakan pr nya tidak ada.

Vio sangatlah bergantung kepada Saka. Dan untungnya Saka selalu rela. Dia memang laki-laki yang kuat.

Keluarganya sudah tidak utuh, namun Saka masih bisa tersenyum. Terkadang dirinya harus banting tulang hanya untuk makan. Dan parahnya kekasihnya tidak tau menahu semua tentang Saka.

Yang Vio pikirkan hanyalah Saka harus ada untuknya. Ini memang egois.

Vio meremas ujung baju yang di kenakan nya, dia menatap ke arah jendela. Hujan rintik menemani Vio saat ini, dia mengingat-ingat kenangan nya bersama Saka dulu. Apakah Saka tertekan jika bersama dirinya?

Jawabannya pasti tidak. Saka rela melakukan apapun demi Vio, hanya saja mungkin dia tidak ingin merepotkan kekasihnya.

Mungkin, Saka ingin beristirahat dan mungkin nantinya dia akan kembali.

Vio jadi teringat kejadian tadi di sekolah. Saat dirinya memeluk Saka, Saka malah mendorong Vio. Tapi kepada Bella, Saka malah terlihat seperti perangko yang selalu menempel seakan tidak mau lepas.

"Aku benci ketika kamu meluk cewek lain, Saka. Aku gak suka. Kenapa kamu kaya gini?! Aku di sini nangisin kamu!! Kamu di sana pasti sama cewek centil itu." lirih Vio terisak. Rasa bersalah kembali menyelimuti Vio.

Dia tau dia egois, namun dia tidak mau mengaku. Itulah Vio, si gadis manja yang selalu bergantung kepada kekasihnya.

"Vio! Ada tamu, dia mau ketemu sama kamu!" Elisa yang berteriak memanggil Vio dari bawah. Namun, Vio menghiraukan hal itu.

"Vio!!"

Elisa yang jengah pun lantas menemui Vio yang berada di kamarnya. Saat membuka pintu kamar, Elisa melihat Vio yang sedang termenung.

"Sayang, di bawah ada temen kamu."

"Fara?" tebak Vio tanpa melihat ke arah Mommy nya.

"Bukan. Dia cowok," ucap Elisa.

"Saka ... " gumam Vio lalu bergegas untuk segera menemui Saka.

"Eh, t-tapi bukan ... " ucapan Elisa terpotong sebab Vio telah menuruni tangga.

Elisa tau bagaimana hubungan Saka dan Vio saat ini. Dia mengetahui semuanya dari Fara, teman Vio.

Vio menuruni tangga dengan semangat, dia melihat ke arah sofa, ada seorang laki-laki yang memakai jaket berwarna hitam. Vio tidak bisa melihat wajahnya di karenakan orang itu membelakanginya.

Tapi, Vio yakin itu pasti Saka.

"Saka, aku tau pasti kamu bakalan dat──loh? Kak Zidan?"

Ekspektasi memang tidak se indah realita, bukan? Vio mengira Saka dan yang datang bukan dirinya.

"Hai, Vio. Lama kita gak ketemu," kata Zidan seraya berjalan mendekat ke arah Vio.

Vio mundur beberapa langkah, "K-kak Zidan ngapain ke sini?" tanya Vio sedikit gugup.

"Gak boleh emangnya?"

Vio tersenyum kikuk, "B-boleh, tentu boleh. Tapi, Kak, ini udah malem."

"Ya gak papa, sengaja. Aku mau ngajakin kamu jalan."

"T-tapi ... "

"Gak papa, kan, Tante?" kata Zidan saat melihat Elisa baru saja turun dari tangga. Elisa melirik Vio yang mengisyaratkan untuk menolak. Namun sepertinya Elisa ingin Vio melepas semua beban pikiran dengan berjalan malam.

"Boleh, kok. Asal jangan kemalaman aja pulangnya. Yaudah, Vi. Kamu siap-siap dulu gih." suruh Elisa.

Dengan langkah gontai, Vio menaiki tangga untuk bersiap-siap.

Elisa tersenyum ke arah Zidan, "Maklum, dia lagi galau," ucap Elisa seraya terkekeh pelan. "Eh, duduk-duduk. Tante mau bawain minum."

"Gak usah, Tante, jangan repot-repot." tolak Zidan halus.

"Gak papa, tunggu ya," setelahnya Elisa berjalan ke dapur.

Zidan menyunggingkan senyum, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan sangatlah bermanfaat untuknya. Dia akan membuat Vio jatuh di pelukannya dan dapat Zidan pastikan Vio  akan menjadi milik Zidan, selamanya.

***

"Kamu mau makan?" tanya Zidan untuk ke sekian kalinya dan respon Vio hanya menggelengkan kepala. Sebenarnya Vio tidak ingin bersama Zidan. Namun terpaksa, sudah terlanjur.

"Mau belanja?"

Masih tetap sama, Vio menggeleng. Zidan menghembuskan nafas kasar, tidak mudah ternyata untuk menghilangkan Saka dari pikiran Vio.

"Kamu mikirin apa sih, Vi? Kamu dari tadi diem aja, aku ajak ngobrol kamu malah geleng-geleng kepala." ujar Zidan sedikit jengkel dengan perilaku Vio.

"Kakak sebenernya mau ngajakin aku kemana?" tanya Vio tanpa menghiraukan pertanyaan Zidan.

"Y-ya, jalan-jalan aja. Biar pikiran kamu lebih seger."

"Kalo gitu, turunin aku disini. Sekarang!" celetuk Vio yang membuat Zidan memberhentikan mobilnya secara mendadak. Untung saja, Vio memakai pengaman jika tidak dapat di pastikan dahinya pasti akan lebam karena benturan.

"Kak Zidan apa-apaan, sih?!" gerutu Vio.

"Loh, kamu yang apa-apaan. Kenapa mau turun di sini?" Zidan bertanya balik.

"Aku mau pulang, Kak."

"Kita baru aja jalan, Vi. Kamu mau ke bioskop? Belanja ke mall? Atau apa pun aku turutin." Zidan berusaha membuat Vio agar nyaman bersama dirinya. Dia rela memberikan apapun untuk seseorang yang dia suka.

"Aku mau pulang!" tegas Vio.

"Kamu gak suka jalan sama aku Vi, hm? Kamu masih mikirin Saka?! Apa dia mikirin kamu? Apa dia peduli sama kamu, Viola?!"

Vio membulatkan matanya mendengar semua perkataan Zidan. Dapat dia dengar ada rasa tidak suka ketika Zidan menyebutkan nama Saka.

"Kalo tau jawabannya kenapa masih nanya? Lagian aku yakin kalo misalnya Saka bakal inget aku lagi. Kenapa Kakak kayak engga suka kalo aku sama Sa──"

"Kalo aku jawab iya, kamu bakalan gimana?"

"M-maksud nya? Kak Z-zidan ... "

Zidan menghembuskan nafas nya, dia tau jika Vio mulai curiga akan dirinya. Tapi jika Vio mengetahui kalau dirinya sangat menginginkan Vio, pasti Vio akan menjaga jarak atau mungkin menjauh. Tidak! Zidan tidak bisa membiarkan itu semua terjadi.

"Lupakan, kita pulang." final Zidan seraya menyalakan mobilnya kembali dan bergegas untuk pulang.

Zidan sedikit mempercepat mobilnya, sepertinya dia sedikit emosi.

Dalam hati Vio berdoa semoga apa yang di pikirkan nya tidak terjadi sama sekali.

TBC!

Ntar aku update lagi, yupp! Sabar lagi nulis. Btw aku semangat nulis karena kalian😍

Komen Saka! Ntar aku update hehe.

Untuk Saka(Hiatus)Where stories live. Discover now