AkaKuro-2

299 36 23
                                    

Catatan:
Semua karakter KnB BUKAN milik Author. Typo akan bertebaran dan OOC kemungkinan besar akan terjadi.

Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kuroko berdiri di antara batu nisan yang berjajar rapi. Dia berdiri di depan makam dengan sebuket bunga lili putih yang disandarkan ke batu nisannya.

Kuroko Rin.

"Hisashiburi, Okaa-san." gumam Kuroko.

Si surai baby blu berdiri tegak, memandangi makam di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Dia rela membolos demi berdiri diam di depan makam seperti ini.

Kuroko ingat saat-saat ibunya terbaring di ranjang rumah sakit setelah mengalami kecelakaan. Saat yang membuatnya membenci wanita yang tengah melahirkannya.

***

31 Januari. Hari ulang tahun Kuroko yang ke-12. 1 tahun sejak pertunangannya dengan anak satu-satunya keluarga Akashi.

Kuroko berdiri mematung di ruang rawat ibunya. Ayahnya sedang membicarakan sesuatu dengan dokter. Sedangkan keluarga Akashi tengah berada di perjalanan menuju rumah sakit.

Si surai baby blue menahan tangisnya. Dia dekat dengan ibunya. Sangat dekat. Hanya ibunya yang mau menemaninya berjalan-jalan selama hanami.

"Okaa-san, jangan pergi." gumam Kuroko disela isaknya.

Ibunya diam saja. Itu membuat isak Kuroko semakin menjadi-jadi. Dia tidak mau ibunya pergi meninggalkannya. Dia tidak mau ditinggal sendirian oleh Ayahnya yang hanya memikirkan tunangannya itu.

"Berisik!"

Seruan itu membuat Kuroko tersentak. "... Okaa-san?"

"Kamu berisik sekali, Tetsuya!" gerutu sang ibu dengan suara seraknya.

"Okaa-san, ada apa?"

Perkataan ibunya selanjutnya membuat rasa cinta Kuroko pada ibunya berganti menjadi rasa benci. Perkataan yang sukses membuat pemikiran Kuroko terhadap dunia berubah 360°.

"Bagaimana aku bisa melahirkan anak tidak berguna sepertimu?!" seru ibunya histeris. "Andai saja anakku adalah Seijurou, pasti hidupku akan bahagia."

Laki-laki bersurai baby blue yang baru menginjak umur 12 tahun itu tersentak. Akashi lagi. Semenjak dia dikenalkan pada Akashi Seijurou, namanya seolah terhapus dari pemikiran kedua orang tuanya. Kuroko Tetsuya hanyalah bayangan tidak penting dari Akashi Seijurou. Bayangan yang selalu ada di bawah telapak kaki Akashi Seijurou.

Sang ibu mencengkeram bahu anaknya yang masih mematung. Tubuh kecil si surai baby blue digoncangkan kuat-kuat.

Kuroko meringis karena kuku palsu ibunya yang melukai bahunya. Belum lagi tubuhnya yang digoncang-goncangkan dengan kuat. Cairan bening mengotori wajahnya yang terbilang cantik dan imut untuk standar laki-laki. Tidak jarang banyak yang menganggapnya perempuan ketika masih TK.

Kuroko menangis dalam diam "Okaa-san... sakit..."

"Tetsuya, kamu mau mendengarkan perintah ibumu, kan?!"

Laki-laki bermarga Kuroko itu gemetar ketika melihat wajah ibunya yang tampak seram baginya. Dia menyembunyikan tangan gemetarannua di belakang tubuhnya dan mengangguk takut-takut. Dia takut ibunya akan menamparnya seperti yang dilakukan ayahnya ketika dia melakukan kesalahan, apalagi kalau di depan keluarga Akashi. Apalagi ibunya masih menggunakan cincin pernikahannya, pasti tamparannya lebih menyakitkan.

"Kamu harus membantu Akashi," kata Ibunya. "Kamu harus membantunya walaupun itu artinya kamu harus mengorbankan diri. Apa kamu mengerti, Tetsuya?"

Kuroko terdiam. "...Ya, Okaa-san."

Laki-laki bersurai baby blue itu berjengit ketika merasakan telapak tangan Ibunya menangkup wajahnya. Bukan kehangatan yang biasanya ia rasakan, hanya rasa dingin yang sukses membuat Kuroko semakin gemetaran.

"Kamu harus ingat, Tetsuya. Tidak ada yang membutuhkanmu. Kamu itu useless," kata Ibunya. "Kamu dibenci oleh dunia. Kamu diberikan hidup hanya untuk Seijurou."

Tak lama setelah mengatakan hal semacam itu, Ibunya meninggal. Kuroko meraung di sudut kamar. Dia menangis bukan karena Ibunya menghembuskan nafas terakhir. Dia menangis karena ucapan sang ibu.

Semenjak itu, pemikiran Kuroko akan dirinya sendiri berubah. Kuroko adalah bayangan Akashi. Kuroko hanya hidup untik Akashi. Dia dibenci dunia. Dia tidak berhak untuk marah pada Akashi. Dia useless.

***

Kuroko mengeluarkan amplop putih yang belum pernah ia buka. Surat terakhir ibunya yang belum pernah ia buka semenjak ia mendapatkannya. Dia menghela nafas. Berpikir sudah saatnya dia membuka. Lagian dia sudah terluka sejak lama, apa bedanya kalau lukanya bertambah satu.

Dia merobek amplop dan mengeluarkan kertas putih biasa dan tulisan yang tampak ditulis dengan tidak niat. Berbeda dengan surat penuh keistimewaan untuk Akashi Seijurou.

Kuroko Tetsuya.

Jangan terlalu senang bertunangan dengan Seijurou. Kamu itu tidak dianggap apa-apa baginya. Dia hanya tidak ingin direcoki orang tuanya dengan tuntutan bertunangan.

Kamu tidak punya hak untuk marah kalau Seijurou melirik orang lain. Kamu itu cuma pengganti bagi uang bantuan yang menyelamatkan perusahaan Otou-sanmu. Kamu hanya harus menerima apapun perlakuan Seijurou.

Tetsuya, kamu tidak lebih dari boneka Seijurou. Kamu hanya parasit bagi Seijurou. Bergantunglah pada Seijurou seperti parasit yang membutuhkan inangnya. Jadilah perisai Seijurou. Karena kamu tidak ditakdirkan berdiri berdampingan dengannya. Kamu ditakdirkan untuk menjadi bayangan yang lemah dari sosoknya yang agung.

Dunia membencimu, Tetsuya. Jangan lupakan itu.
Kuroko Rin.

Kuroko menjejalkan surat itu ke saku celananya. Dia memberikan lirikan terakhir ke makam ibunya sebelum dia bergegas pergi. Ternyata masih terasa sakit, ya. Padahal lukanya sudah banyak. Kuroko tidak mengira hanya membaca tulisan saja rasanya sama menyakitkan dengan mendengar langsung.

***

Kuroko menghela nafas. Dia berjalan menuju ruang OSIS. Dia hendak membuka ketika mendengar dua suara yang ia kenal. Wajahnya menjadi muram. Dia mengepalkan tangan kuat-kuat dan membuka pintu sedikit.

Wajahnya semakin muram. Dia melihat Akashi dan Furihata yang tengah mengobrol. Kuroko menghela nafas. Awalnya dia ingin mengambil arsip agar bisa ia kerjakan nanti malam. Tapi, sepertinya besok saja.

Dia menutup pintu dan berbalik pergi. Dia merasa dadanya sesak, namun dia menggeleng-geleng dan mencoba mengabaikan perasaan itu.

Kuroko, dengar kata Okaa-san. Kamu tidak punya hak untuk marah kalau Akashi melirik orang lain.

Ya. Tidak punya hak. Karena Kuroko hanya bayangan Akashi.

to be continued

Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa tekan bintang dan berkomentar.

Maaf up malam-malam dan mengganggu waktu istirahat kalian🙏

See you next chapter!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 24, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Spring SeasonWhere stories live. Discover now